Chapter 3 : Berbaur

28 5 0
                                    

Disclamire
Nor Even Wish
Masashi Kishimoto-Sama
Alternative Universe

X-MEN : THE OMEGA

©LESSINFEITH/LONGLIVE AUTHOR

"TEME DIBELAKANGMU!"

Sebuah kaki besi raksasa hampir saja menginjak Sasuke. Untung saja teriakan Naruto menyadarkannya sebelum kaki baja itu membuatnya rata dengan tanah.

"Sial!" Sasuke mengumpat keras saat ia menyadari kalau pikirannya sedang tidak fokus. Ia melihat sekeliling. Naruto sedang berusaha menghadang rakasasa besi dengan sebuah angin topan besar.

"Bantu aku!" Naruto berteriak entah kepada siapa. Segerombolan serangga datang dan menggerogoti tangan kanan robot raksasa itu hingga tak tersisa. Namun robot itu menembakan peluru dari tangan yang lainnya. Seketika tubuh Chouji menjadi raksasa dan menghalau semua peluru itu dengan perisai yang ada diperutnya.

Neji sedang berdiri di atas sebuah mobil dan memperhatikan robot setinggi lima belas meter dengan seksama. Terlihat garis-garis urat muncul di sekitar matanya dan Neji pun bisa melihat keseluruhan bagian dalam dari robot itu. Ia mencari titik kelemahan dari robot itu.

"Lee, potong kabel yang ada di lehernya!" Lee yang mengerti langsung berlari ke arah robot itu dan memanjat ke lehernya dengan cepat tanpa disadari oleh robot itu. Setelah sampai di pundak si robot pemuda dengan potongan rambut Bruce Lee itu menendang kabel yang ada pada leher si robot sampai putus.

"Lee!" Tenten melemparkan sebuah granat aktif dari bawah dan langsung di tangkap oleh Lee. Dia melemparkan granat itu ke dalam bagian tubuh robot itu dan ia melompat dari sana.

BOOM !

Terdengar suara ledakan, bagian dada dari robot itu meledak. Tapi ledakan itu tidak cukup besar. Alih-alih tumbang robot itu malah menyerang membabi buta.

"Kerusakan sistem, robotnya mengalami kerusakan sistem. Berbahaya! Berbahaya!" Shikamaru berteriak.

Disaat semua orang-orang menjauh dari robot yang mengamuk itu. Sasuke malah berlari kearah robot raksasa itu dan menghilang dari pandangan tertutupi oleh asap.

"Sasuke!" Semuanya berteriak panik. Suara gaduh itu berhenti hanya menyisakan asap tebal. Mereka semua menunggu apa yang terjadi. Tiba-tiba sebuah kepala besi melayang diudara dan terjatuh dengan suara berdebam keras di tanah. Sasuke muncul dari kepulan asap tebal dengan wajah malas.

"Selalu begitu, tidak sabaran." Tenten berbisik pada Neji.

"Simulasi selesai, kalian bisa beristirahat." Ujar Guru Guy. Seketika tempat mereka berlatih berubah menjadi sebuah ruangan bundar dengan dinding plasma perak. Tanah tempat mereka tadi bertarung kini berubah menjadi lantai perak mengkilat. Mereka semua keluar dari ruangan yang bertuliskan RUANG SIMULASI X-MEN.

"Hei Teme, kenapa kau tidak fokus tadi? Kau hampir diinjak." Kata Naruto begitu mereka keluar dari ruangan itu.

"Aku tahu." Balas Sasuke malas.

"Apa yang mengganggu pikiranmu? Tidak biasanya." tanya Naruto lagi.

"Gadis itu, Haruno. Aku tidak suka padanya." Jawab Sasuke jujur.

"Ah, jadi karena itu. Itu tidak penting Teme. Bahkan aku tidak melihatnya dari pagi."

"Kau lihat caranya berbicara pada orang lain, aku juga tidak suka saat dia menatap orang lain. Rasanya aku ingin menyetrumnya."

"Dia mungkin tidak ramah. Mungkin kau harus lebih ramah padanya jadi dia bisa bersikap lebih baik. Ya mau bagaimana lagi ini kan keputusan Profesor Sarutobi untuk menerimanya bergabung dengan X-Men. Kita tidak tahu asal-usulnya." Jelas Naruto.

"Mungkin kau benar," Sasuke meninggalkan Naruto sendiri. Entah kenapa Naruto merasa kalau Sasuke tidak sungguh-sungguh dengan perkataanya.

"Kita bisa mulai sekarang Sakura, bersiaplah!"

Di ruangan lain Profesor Sarutobi dan Kakashi sedang mencoba untuk melatih Sakura. Kakashi sedang berdiri di depan sebuah mesin dan bersiap untuk menekan sebuah tombol merah. Sedangkan Profesor Sarutobi sedang memperhatikannya di atas kursi rodanya. Sakura berdiri di tengah ruangan itu. Ia memakai pakaian seadanya. Hanya celana jeans sepatu dan sebuah jaket berwana putih.

"Kita mulai!" Kakashi menekan tombol merah itu. Tiba-tiba saja sebuah pintu mobil muncul seperti hologram entah dari mana dan melayang kearah Sakura. Hampir saja pintu itu menghantamnya sebelum pintu itu berhenti beberapa senti dari tubuhnya dan mendarat dengan dentuman keras.

"Bagus!"kata Profesor Sarutobi. Kakashi menekan lagi tombol itu dan barang lain seperti lemari kayu kecil muncul dan hampir menghantamnya. Kali ini Sakura menghalaunya dan lemari itu terpental menjauh.

Tak lama kemudian benda-benda lain yang lebih besar bermunculan dan semakin lama semakin cepat sehingga harus membuat Sakura sesekali menghindar. Kini sebuah kursi kayu muncul dari arah kanannya dan Sakura berusaha menahan dengan tangan kanannya, lalu sebuah meja kecil datang dari sebelah kirinya, ia menghadangnya dengan tangan kirinya. Namun tak disangka sebuah guci melayang dari depan. Sakura menarik tangan kanannya dan menonjok guci itu hingga hancur berkeping-keping. Baru saja Sakura menurunkan tangannya sesuatu yang sangat keras menghantam punggungnya dan membuatnya langsung terjatuh dan meringis kesakitan.

"Sudah bagus, tapi belum matang. Perhatianmu masih terbagi." Kata Profesor Sarutobi.

"Bisa kita mulai lagi?" Sakura bangkit dari duduknya dengan terengah-engah. Matanya menyiratkan kemarahan. Dia mulai kesal.

"Baiklah kita mulai lagi!" Kakashi kembali menekan tombol merah dan benda-benda itu kembali berterbangan ke arah Sakura. Kini gadis itu tidak hanya menghindari dan menghalaunya. Seringkai ia menonjok benda-benda itu hingga hancur dan penyok. Saat barang-barang itu melayang kearahnya semakin cepat Sakura terlihat semakin kesal. Ia terus menonjok dan menendang setiap benda yang terbang ke arahnya.

"Arrrggghhhhh!". Ia kesal dan marah. Ia berhenti, seluruh benda yang melayang kearahnya berubah menjadi abu sebelum sempat menyentuh tubuh Sakura. Kakashi terlihat kaget melihat peristiwa yang baru saja terjadi. Begitu juga dengan Profesor Sarutobi meski ekspresinya terlihat tenang matanya memancarkan kekagetan yang sama.

"Kakashi, kurasa sudah cukup latihannya." Profesor Sarutobi mengangkat tangannya mengisyaratkana agar Sakura duduk beristirahat. Dengan satu tekanan tombol semua barang-barang yang sudah memenuhi ruangan itu lenyap dan ruangan kembali bersih.

"Apa itu tadi?" tanya Sakura.

"Itu hanya Hologram dengan teknologi tinggi sehingga saat menyetuh tubuhmu menjadi nyata. Itu biasa dipakai untuk latihan." Jelas Kakashi.

"Sakura, pertahananmu sudah sangat bagus. Kau hanya perlu menyempurnakannya lagi. Ada satu benda yang meleset dan mengenaimu tadi Sakura. Karena konsentrasimu masih kurang. Kurasa kau tidak terbiasa dengan serangan yang bertubi-tubi." Kata Profesor Sarutobi.

"Tidak, aku biasanya kabur." Jawab Sakura jujur. Ia memang memilih jalan aman dengan melarikan diri.

"Ini masih permulaan, kau masih harus banyak belajar." Balas Profesor Sarutobi.

"Kenapa aku harus belajar?" tanya Sakura.

"Karena, sejak kemarin kau resmi menjadi bagian dari sekolah ini. Kau tahu kan kalau sekolah adalah tempat belajar? Meskipun ini bukan sekolah biasa."

Sementara itu jauh di tempat lain. Seseorang sedang merencanakan sesuatu.

"Para mutan yang terpilih telah dipersiapkan Tuan." Seorang laki-laki berkacamata berdiri di hadapan seorang pria pucat dengan menunduk.

"Kapan kita akan menyerang?" tanya laki-laki berkacamata itu lagi.

"Secepatnya, Kabuto. Aku tidak mau melepaskan gadis Omega itu." Mata ular sang Tuan berkilat tajam.


X MEN: THE OMEGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang