Prolog

614 40 6
                                    

Terbangun nya sebuah istana megah dan berdiri kokoh, dikelilingi oleh sebuah bunga lily yang terlihat cantik saat diterpa sinar rembulan. Bunga tersebut mengelilingi halaman serta belakang istana, tampak terombang-ambing ketika hembusan angin datang.

Bunga lily tampak menari-nari seperti para insan yang memenuhi aula besar untuk menghibur sang Raja. Namun sosok itu terlihat biasa saja, dari raut wajahnya tidak menggambarkan akan kepuasan.

Menumpu dagu dengan sebelah lengan nya, sang Raja hanya diam, namun hembusan nafas tiba-tiba keluar dari mulutnya, membuat semua orang yang berada di sana langsung mengeluarkan keringat dingin.

Apa Raja-nya mulai bosan?

"Bawa mereka semua kemari."  Perintah sang Raja membuat pria yang sedari tadi berada disamping nya langsung mengangguk.

Para wanita yang tadinya berada ditengah-tengah aula itu segera menyingkir ketika seseorang datang dibalik pintu sambil membawa segerombolan orang dengan leher dan kedua kakinya di ikat.

Ruangan besar itu seketika langsung sunyi, tidak ada yang berani membuka mulut, bahkan tidak ada yang berani bertanya tentang apa yang akan dilakukan oleh Rajanya.

Sang Raja beranjak dari singgasana nya, melihat semua orang berpakaian compang-camping tengah menunduk dihadapan nya, rantai besi yang melingkar dileher masing-masing terlihat berkarat, sudah dipastikan benda besi itu sudah menempel disana terlalu lama.

Memiringkan kepala nya, seketika raut meremehkan tercetak diwajah sang Raja, dari tatapan nya tersirat akan jijik ketika melihat rakyatnya yang serba kekurangan, dan dirinya benci hal itu.

"Ambilkan pedang-ku."

Perkataan dari sang Raja membuat semuanya meneguk saliva nya dengan susah payah, tidak lama tangan kanan nya membawa pedang miliknya, tampak berkilau.

"Ka-kami mohon yang mulia!" Ujar salah satu dari budak sambil bersujud dibawah kaki sang Raja.

Srett!

Perkataan dari budak tersebut di jawab oleh tebasan pedang yang memutuskan urat leher nya hingga kepala nya tidak lagi menyatu dengan anggota tubuh.

Semuanya menegang, melihat pemandangan didepan mata, seketika raut semuanya langsung berubah menjadi ketakutan.

Berbeda dengan sang Raja, tampak tidak ada guratan bersalah maupun menyesal, raut wajahnya masih datar.

"Manusia seperti kalian hanya merusak pemandangan istana-ku saja!"

Seketika benda tajam yang masih didalam genggaman sang Raja kembali terayun, bergerak kesamping leher orang-orang yang masih memohon, namun permohonan nya tidak didengarkan, hingga mau tak mau nyawa mereka langsung melayang.

Tebasan demi tebasan terus berlanjut, darah pun mulai merambat keluar memenuhi marmer istana, semua penghuni istana hanya menunduk, tidak ada yang berani mengangkat kepalanya.

Jeritan dari orang-orang tidak dihiraukan, sang Raja masih mengayunkan pedang nya, hingga jubah yang dikenakan nya ternodai oleh cairan merah dari budak di depan nya.

Berdecak marah, sang Raja langsung mengayunkan benda tajam nya dengan brutal, dalam hitungan detik para budak dihadapan nya langsung mati, tubuh mereka tergeletak dengan bersimbah darah, bahkan anggota tubuhnya sudah tidak utuh.

"Pemandangan kerajaan Alterniamon tidak cocok untuk makhluk menjijikkan seperti kalian!"

Suara dari sang Raja sangat menusuk bagi orang-orang yang tidak mempunyai kekuasaan serta kekayaan, padahal mereka sudah berusaha untuk bertahan hidup dalam limbah kotor yang di penuhi lumpur, memakan sepotong roti yang terdampar di atas tumpukan sampah, namun mereka harus rela ketika Raja nya merenggut nyawa mereka secara percuma.

LOVE AND CURSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang