Bab 10

173 26 4
                                    

Setelah tidak terasa bila sudah terlalu lama didalam perpustakaan, dengan gerakan cepat Elle menutup buku yang sedari tadi dibaca nya, tatapan nya beralih kearah Arken yang masih nyaman memerhatikan nya.

"Terima kasih sudah mau meminjamkan buku kepadaku." Ujar Elle terdengar tulus.

"Jangan sungkan, bahkan kau boleh memiliki semuanya."

Seketika Elle tersenyum tipis. "Perpustakaan ini begitu indah, aku sangat suka, namun aku tidak bisa memiliki nya."

Arken mengangguk mengerti. "Kau benar kau tidak bisa memiliki nya saat ini, tapi suatu saat nanti."

"Hah?"

Kedua alis Elle terangkat pertanda jika dirinya kurang paham dengan perkataan Arken, namun pria itu tidak berniat untuk menjelaskan nya lebih detail, Arken menarik tangan Elle untuk ikut berdiri.

"Kau ingin membaca buku lagi?"

"Ah tidak, mungkin aku akan melanjutkan nya besok."

"Kalau begitu sekarang kau tidur, diluar sudah malam." Arken berjalan untuk menaruh buku yang telah Elle baca, setelah selesai Arken dengan cepat menarik lengan Elle untuk pergi keluar perpustakaan.

"Kau lapar? Aku akan menyuruh Rebecca untuk mengantarkan makanan nya ke dalam kamarmu."

Elle mengangguk ragu. "Terima kasih, aku akan menunggu didalam kamar."

Pintu perpusatakaan tertutup rapat, Elle mulai melangkah, jalan yang diambil berbeda dengan Arken karena letak kamar mereka, Arken memerhatikan Elle dengan tubuh belum ia gerakkan, setelah melihat punggung kecil milik gadis itu perlahan menghilang Arken pergi meninggalkan tempat itu yang terasa sunyi.

Tapi sepertinya Elle tersesat, gadis itu terus berjalan dengan pikiran berkeliaran kemana-mana, jalan yang dirinya lalui sangat berbeda, Elle mulai kalut ketika dirinya terus melangkah hingga sampai disudut ruangan, terlihat sebuah pintu menjulang dengan ukiran yang berbeda dengan pintu lain.

Hati Elle seperti menyuruh untuk masuk, namun otaknya menolak karena rasa takut, jika tahu begini lebih baik Elle meminta Arken untuk mengantar nya sampai ke kamar.

Mata bulatnya melirik ke segala penjuru, karena rasa penasaran nya tiba-tiba mencuat dengan pelan Elle berjalan kearah pintu dengan cat hitam pegam itu.

"Aku baru tahu jika ada ruangan disekitar sini." Setelah masuk Elle mengerjapkan mata nya berulang kali, ruangan dibalik pintu menjulang tadi sangat pelit dengan pencahayaan nya.

Gelap, sangat gelap, Elle berjalan dengan hati-hati, tangan nya bergerak kesana-kemari hingga Elle merasakan dirinya memegang sebuah tirai, dengan cepat Elle menariknya, membuat cahaya rembulan langsung merambat masuk.

Kini ruangan nya tidak terlalu segelap tadi, Elle dapat melihat barang-barang mewah berserakan diatas marmer tanpa berbentuk, meja serta rak buku terlihat sudah tidak berupa, tatapan nya berlabuh kearah dinding, dahi Elle seketika mengerut, banyak lukisan terpajang dengan bentuk yang sama, sama-sama telah dirusak.

Satu lukisan menarik perhatian Elle, setelah berdiri tepat didepan lukisan yang memperlihatkan seorang pria dengan Mahkota kebesaran nya, Elle menarik lembaran lukisan yang sudah disobek, menyatukan nya hingga wajah pria itu terlihat jelas, meskipun ada beberapa debu yang menghalangi.

Keningnya lebih mengerut, pria di lukisan itu terlihat tidak asing baginya, jika diperhatikan lagi lebih dalam pria itu mirip seseorang.

Seperti mirip Arken.

"Tidak mungkin!" Elle menggeleng cepat, mengusir tebakan nya yang mengasal.

Tatapan nya meneduh, Elle belum tahu Arken makhluk seperti apa, meskipun wajah pria itu habis tertelan urat-urat hitam dengan sebelah wajah menghangus seperti terbakar api, hati Elle sangat yakin, hatinya sangat yakin jika pria didalam lukisan itu adalah Arken.

Waktu terbuang karena terlalu serius memerhatikan lukisan, Elle memindahkan pandangan ke arah lain, kedua mata bulat nya menemukan sesuatu yang menakjubkan, Elle berjalan meninggalkan lukisan ke arah sebuah meja bundar kecil yang tinggi.

Meja tersebut menampung sesuatu yang membuat Elle tidak bisa berkata-kata, terdapat sebuah kotak kaca, didalam nya terlihat ada sebuah jam pasir tengah berjalan, butiran-butiran pasir berkilau berjatuhan dengan begitu lambat, berbeda dari jam pasir yang lain, benda itu terlihat begitu elok diterpa cahaya sang rembulan.

Letaknya diluar balkon, Elle dapat melihat pemandangan luar dengan jelas, angin yang menggoyangkan butiran salju mengantarkan udara dingin yang menusuk kulit.

Tak menunggu hal lain lagi, dengan hati-hati Elle membuka kotak kaca, dirinya terperangah saat melihat jam pasir nya, iris matanya ikut melengking kilau, jari telunjuk Elle menusuk lapisan luar jam pasir, bayangan hitam mulai terlihat dari arah belakang namun Elle tidak menyadari nya, lengan kecil milik Elle melekat disetiap sisi kotak kaca, hendak membuka nya, namun segera terurung saat bayangan hitam menampakkan wujud aslinya.

"Kenapa kau kemari?!" Ujar suara rendah yang langsung mengagetkan Elle.

Elle berbalik, bersamaan dengan itu kuku tajam menepis wajah nya.

"TIDAK ADA YANG MENYURUHMU UNTUK KEMARI!" Hardik sosok yang tak lain Arken dengan amarah yang meluap-luap.

Setelah mendapat luka di wajah nya Elle langsung terduduk lemas, tangan nya memegangi sebelah wajah dengan kepala mendongak, menatap Arken yang jelas berbeda.

Wajah pria itu lebih menyeramkan dari biasanya, Elle baru mengetahui jika Arken memiliki sayap, kedua taring yang mengkilat tajam dengan tatapan yang menghunus membuat ke-dua bahu kecil Elle bergetar karena takut.

"A-aku ti—"

"KELUAR!"

Elle tersentak, sontak tubuh nya langsung bangkit, telat satu detik saja Elle akan berubah menjadi puing-puing kecil seperti meja disamping nya karena ekor tajam milik Arken, suara pria itu begitu menggelegar menambah ketakutan didalam hati Elle, tuas pintu berhasil Elle raih, dengan cepat Elle menariknya, saat tubuh kecil nya berhasil keluar dari dalam Arken membanting reruntuhan lemari kearah Elle, beruntung nya terhalang oleh pintu lebar.

Elle berlari terseok-seok karena kedua kaki nya bergetar hebat, buliran air sudah membendung di penghujung pelupuk, tidak menyangka jika Arken akan semurka itu kepada-nya, padahal Elle hanya memasuki ruangan biasa.

Elle berpikir jika itu ruangan biasa, namun beda halnya dengan Arken.

Ketakutan luar biasa yang membungkus rongga hati nya membuat Elle berlari kearah pintu utama, benak nya memaksa Elle untuk melarikan diri.

Dan Elle sendiri menyetujui nya.

Rebecca yang sedang membawa nampan berisi makanan mengerutkan dahinya saat melihat Elle berlari tergesa-gesa, karena rasa penasaran Rebecca pun berteriak agar suaranya terdengar oleh Elle.

"Nona kau mau kemana?!"

Elle menoleh kearah sumber suara dengan kaki terus berlari, Rebecca yang awalnya tersenyum merubah raut menjadi tertegun saat melihat wajah Elle dipenuhi oleh lelehan air mata.

"Astaga, ada apa dengannya?"

Pintu raksasa yang akan segera tertutup berhasil Elle lewati, akhirnya gadis itu tiba dihalaman luas kerajaan Alterniamon.

Elle menunduk dengan lengan mengusap pipi nya yang mengeluarkan darah segar, kuku panjang nan tajam Arken menorehkan goresan yang lumayan dalam disana, perasaan takut kini ditemani oleh kekecewaan.

Elle merasa kecewa saat melihat sikap Arken yang jelas berbeda, bahkan pria itu seperti akan membunuhnya detik itu juga, padahal tadi Arken masih bersikap lembut kepadanya.

Mendengar suara teriakan Damian yang memerintahkan prajurit untuk mengejarnya, Elle segera kembali berlari memutar arah ke belakang kerajaan, sekuat tenaga menarik gerbang agar terbuka.

Butuh beberapa menit Elle dapat membukanya, setelah itu dirinya langsung memasuki hutan lebat yang dipenuhi pepohonan tanpa daun.

Belakang kerajaan rupanya menaruh hutan belantara yang termakan salju, dengan perasaan sesak di dadanya Elle tidak mempedulikan sekitar dan terus masuk semakin dalam.

To be continued...

LOVE AND CURSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang