Tubuh kecil Elle bergerak dengan sebelah lengan meraba-raba kebagian samping nya yang terasa kosong, perlahan dirinya membuka mata, dahi nya mengerut samar ketika tidak ada wujud Arken disamping nya, setelah beberapa detik diam seraya mengumpulkan kesadaran Elle mulai beranjak, gadis itu mengucek mata sambil turun dari ranjang, saat hendak melangkah, Elle terkejut ketika menangkap Rebecca tengah berdiri sambil membawa satu buah gaun, gadis itu termundur beberapa langkah.
Fisik kecil Rebecca hampir saja tidak terlihat dan hampir Elle tabrak.
"Pagi Nona!"
"A-ah pagi juga." Elle tersenyum kikuk.
"Ini gaunmu untuk sekarang, jika ingin mencari keberadaan yang mulia, dia tengah berada di luar kerajaan."
Rebecca seakan-akan tahu apa yang tengah Elle pikirkan saat ini.
"Ba-baiklah. Terima kasih."
Rebecca pamit lalu berjalan keluar meninggalkan Elle yang terdiam, gadis itu tidak berniat mengganti pakaian nya, dengan senyuman lebar dipagi hari yang perlahan terukir Elle segera berlari kecil ke luar kamar, detik sekarang yang Elle pikirkan adalah Arken.
Pria itu berhasil membuat hari-hari nya terasa manis, tidak redum seperti dulu, bukti nya sekarang, Elle tidak sabar bertemu dengan dirinya, gadis itu memilih untuk segera menghampiri dibanding membersihkan diri.
Tidak peduli tentang hal apapun, akhirnya Elle tiba di luar pintu utama, kedua bola mata nya dapat melihat Arken yang tengah duduk diatas anak tangga ditemani secangkir teh hangat beserta buku didalam genggaman nya.
Hati-hati Elle melangkah, dengan pelan menghampiri Arken yang belum menyadari tentang keberadaan nya.
"Hai!"
Arken sedikit terkejut ketika suara lembut itu menginterupsi pendengaran nya disertai tepukan pelan diatas pundak nya, setelah menutup buku, Arken menoleh—menatap Elle yang sudah duduk manis disamping nya.
"Kapan kau bangun?" Tanya gadis itu.
Arken berdehem pelan. "Seperti nya aku bangun terlalu pagi, karena begitu semangat saat melihat di luar sudah tidak ada badai."
"Dengan tidak membangunkanku, begitu?"
Arken menarik sudut bibir nya saat melihat raut muka Elle yang sudah menggemaskan, padahal masih pagi.
"Kau tidur begitu nyenyak, aku tidak tega untuk membangunkanmu Elleza."
Elle tiba-tiba tersipu malu, hingga tatapan nya jatuh ke arah buku yang beberapa menit lalu Arken baca.
"Aphrodite?" Ujar Elle ketika melihat lambang Dewi Cinta disampul buku yang tengah Arken genggam.
"Benar." Bukan nya memperlihatkan buku tersebut kepada Elle, justru Arken semakin menjauhkan nya dari jangkauan gadis itu.
"Apa itu kisah tentang Dewi Aphrodite?" Elle kembali mengintip buku yang sudah Arken sembunyikan dibalik jubah nya, membuat rasa penasaran nya langsung mencuat.
"Ya! Dan kau tidak boleh tahu!"
Elle menaikkan kedua alisnya. "Mengapa?"
Arken tidak bersuara lagi, ia segera mengalihkan obrolan seraya memandang halaman kerajaan yang tidak ditumbuhi oleh sebuah bunga, hanya pohon tanpa dedaunan yang berdiri di tengah-tengah halaman berselimut salju itu.
"Karena badai nya sudah reda, bagaimana kalau kita bermain disini?"
Elle terdiam, sepasang mata nya dapat melihat sebuah burung-burung yang sesekali mendarat diatas tumpukan salju dihalaman kerajaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE AND CURSE
FantasíaDILARANG MENYALIN/MENIRU/MENGAMBIL SEBAGIAN MAUPUN SELURUH ISI DARI CERITA INI. ──────────── Setelah dihukum menjadi monster karena kekejamannya, Arken menemukan satu harapan: cinta sejati. Ketika seorang gadis mendekati hatinya yang beku, akankah k...