Bab 3

187 28 0
                                    

Elle segera membawa tubuh Rebecca keatas ranjang, matanya membola ketika melihat luka tusukan dibagian leher dan pipi kurcaci itu, baru akan mengambil kain untuk membalut luka tersebut, tangan nya sudah lebih dulu ditahan oleh Lèiv.

"Jangan terlalu khawatir, lukanya akan segera sembuh." Ujar Lèiv membuat Elle langsung menautkan alis.

"Tidak mungkin lukanya akan sembuh begitu saja!"

"Coba kau lihat." Lèiv menunjuk Rebecca menggunakan dagunya, dirinya langsung melepaskan cekalan di tangan Elle.

Bola mata Elle langsung menatap Rebecca yang sudah mendudukkan dirinya, luka yang terukir diwajah wanita kurcaci itu sudah menghilang.

"Ba-bagaimana bisa?" Elle menatap Rebecca dengan tatapan tidak percaya.

"Itu bukan hal yang aneh." Ujar Damian seraya mengulas senyum, kepalanya langsung memandang sup yang dibawa Rebecca sudah berantakan dimana-mana. "Sepertinya kita harus mengambilkan yang baru."

"Biar aku saja." Elle yang akan beranjak dari duduknya langsung ditarik kembali oleh Rebecca.

"Tidak usah Nona Elle, biar aku saja."

"Tapi kau barusan terluka, aku takut kau kembali dan mendapatkan luka baru." Elle langsung melepaskan pegangan Rebecca yang berada diujung gaun nya.

"Tidak." Cegah Rebecca yang langsung melompat dari ranjang, namun Elle sudah lebih dulu keluar bersama Lèiv dan Damian.

"Memangnya kenapa?" Tanya Daren yang masih diam didalam kamar tersebut. "Mungkin Nona Elle ingin melihat-lihat istana ini."

"Kau tidak mengerti!" Balas Rebecca dengan kepanikan yang tiba-tiba. "Ya-yang mulia... "

Daren langsung mendekati Rebecca ketika mendengar perkataan nya. "Ada apa dengan yang Mulia?"

"Dia sangat marah ketika aku menceritakan tentang Nona Elle." Rebecca menunduk dengan kekhawatiran yang mulai datang.

"Jangan bilang jika kau mendapatkan luka itu dari yang mulia?" Tanya Daren yang mulai tidak tenang.

Rebecca mengangguk. "Yang mulia melakukan itu ketika dia menanyakan tentang sup yang-ku bawa untuk siapa, dan aku menjawab nya untuk Nona Elle."

"Saat mendengar itu yang mulia tiba-tiba marah, hingga menyobek leher dan pipiku." Sambung Rebecca dengan kedua bahu terlihat bergetar.

Sedangkan Daren langsung membulatkan mata. "Gawat!" Dirinya langsung menarik pergelangan tangan milik Rebecca. "Kita harus segera menyusul mereka!"

"Atau Nona Elle akan bertemu dengan yang mulia." Sambung Daren yang sudah membuka pintu besar kamar itu.

"Apakah itu hal yang buruk?" Tanya Rebecca.

"Tentu saja hal yang buruk!" Daren langsung mendengus. "Jika hal yang baik, mulia tidak akan melukai-mu saat kau menceritakan tentang Nona Elle!"

Daren langsung mempercepat langkah nya hingga berlari, di ikuti Rebecca yang masih dicekal olehnya.

•••

Beralih kepada Elle yang tengah menatap lorong-lorong istana dengan tatapan takjub, namun sesekali Elle bergidik ketika melihat jaring laba-laba yang berwarna hitam menghiasi lorong tersebut.

"Apa istana ini tidak pernah dibersihkan?" Tanya Elle membuat Lèiv disebelah nya langsung menatap nya.

"Tentu saja setiap hari selalu dibersihkan, hanya saja jaring itu sangat cepat muncul."

"Kalian pasti kesulitan membersihkan nya, apalagi dengan tubuh kalian yang kecil."

"Yang kau katakan memang kenyataan, tapi ntah mengapa aku selalu merasa jika itu adalah sebuah hinaan." Ujar Damian saat mendengar perkataan Elle.

LOVE AND CURSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang