Perlahan, sepasang matanya terbuka, cahaya mentari berlomba-lomba masuk hingga menyilaukan penglihatan, setelah beberapa hari ini tidak sadarkan diri dan hanya kegelapan yang bisa ia rasakan, Elle dapat kembali bangun meski dengan tubuh terasa kaku, setelah seluruh kesadaran nya terkumpul, Elle mulai mendudukkan diri, dahi gadis itu mengernyit bingung ketika mendapati sebuah kalung melingkar dileher nya, Elle memegang liontin berlian dari kalung tersebut.
"Apa Arken memberikan kalung ini kepada-ku?"
Setelah mengamati kalung tersebut sambil mengulas senyum manis, tatapan Elle beralih kearah kaca bening yang tidak jauh dari ranjang nya tengah menampilkan butiran salju, terlihat damai meski tidak sesuai dengan suasana langit.
Gadis itu mulai turun, dengan hati-hati Elle melangkah hingga berdiri dihadapan kaca bening, ntah mengapa hari sekarang terasa berbeda, lebih sunyi. Elle tidak mendengar suara-suara burung ataupun para prajurit istana yang selalu bercengkrama ringan, alam pun tampak berbeda, menjatuhkan butir-butir salju yang terlihat lebih kecil dari biasanya, tidak selebat hari-hari lalu.
"Kemana semua orang?"
Sungguh, telinganya ikut mendingin karena kesunyian yang mendalam, namun tidak lama pintu kamar nya terbuka, memunculkan sosok Rebecca yang hampir menjatuhkan sarapan diatas nampan untuk Elle.
"No-nona... "
Sontak Elle langsung berbalik, dirinya terkejut ketika melihat Rebecca berlari kecil setelah menaruh nampan diatas marmer, lalu berhambur memeluk erat dirinya.
"Syukurlah Nona.. Anda sudah bangun... " Wanita kurcaci itu menumpahkan isak tangis nya di pelukan Elle yang sudah berjongkok, membalas rengkuhan nya tak kalah erat.
"Ada apa? Apa aku membuat kalian kerepotan?"
Rebecca menarik tubuh nya kemudian mendongak, sudut mata wanita itu terus saja mengeluarkan cairan bening. "Nona.. "
Elle mengusap sudut mata Rebecca lembut. "Dimana yang lain? Jarang sekali Helena tidak ikut bersama-mu, dimana dia?"
Sekujur tubuh Rebecca tiba-tiba bergetar, bersamaan dengan jam kayu disana berdenting, detik itu juga tubuh Rebecca mengeluarkan butiran pasir yang cukup deras, Elle yang melihat nya sontak terbelalak.
"A-apa yang terjadi?!"
Rebecca mencengkram kuat permukaan gaun Elle seraya susah payah berujar. "Te-temui yang mulia... Waktu nya sudah tiba.. "
Benar, Elle begitu merindukan Arken karena sudah lama tidak bertemu dengan pria itu, tapi kejadian yang menimpa Rebecca benar-benar membuat dirinya syok.
"Ke-kenapa?" Kedua tangan Elle bergetar takut saat seluruh wajah Rebecca perlahan melebur, pasir dari tubuh wanita itu berjatuhan mengenai gaun nya dan mendarat di sana.
"Ku-kutukan nya... Semua orang yang ada disini sudah lebih dulu pergi seperti diriku Nona, termasuk Nyonya Helena.. "
"H-hah?" Air muka Elle langsung berubah.
"Te-termasuk yang mulia juga... Dia akan seperti kami... "
"Di-dimana Arken? A-aku ingin bertemu dengan-nya!"
Mata bulat Elle mulai dilapisi air ketika melihat Rebecca kehilangan anggota tubuh nya yang perlahan berubah menjadi pasir.
"Yang mulia berada di ruangan itu... Ruangan yang terdapat jam pasir... Yang mulia ada disa—"
"TIDAK!" Elle menjerit histeris ketika Rebecca sepenuh nya melebur menjadi pasir hingga tumpah keatas gaun nya.
Tangis pilu seketika keluar dari bibir Elle, gadis itu langsung beranjak meski sekujur tubuh masih terasa sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE AND CURSE
Fantasy[Utamakan follow sebelum membaca.] Please, don't copy my story. ──────────── Sosok Raja Alter yang tidak kenal dengan ampun membuat semua rakyat kerajaan Alterniamon hanya bisa bertekuk lutut dihadapan nya, terbuai dengan kekuasaan membuat dirinya...