Bab 17

131 20 5
                                    

Arken terus saja berjalan mondar-mandir mengitari meja rapuh yang menampung sebuah buku dipermukaan nya, Helena yang sedari tadi memandang Raja nya hanya menghela nafas panjang, sesudah sarapan pagi tadi yang ditemani kehangatan langka, di sinilah sekarang Arken berada, disebuah aula utama istana Alterniamon, bau-bau anyir yang berasal dari bangkai bertahun-tahun silam masih menguar diudara, tapi itu tidak mengganggu sedikitpun pikiran Arken yang tengah bekerja keras.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?!" Pria itu menggerutu lalu memukul dinding disana hingga retak.

Arken tidak merasa kesakitan sebab tulang nya lebih keras ketimbang dinding itu, Arken tiba-tiba berjongkok sambil menenggelamkan wajah diantara lipatan tangan, gelenjar-gelenjar aneh tengah berterbangan didalam hatinya, sungguh ini membuat dirinya berdebar-debar.

Perasaan aneh ini, jelas membuat Arken melemah.

Beruntung diruangan itu hanya ada dirinya dan Helena, kepala pelayan yang tidak jarang selalu bersikap seolah-olah menjadi ibu dan menggantikan mendiang sang Ratu terdahulu, Arken tidak tahu harus mencurahkan segala perasaan yang tengah menembaki nya saat ini kepada siapa selain kepada Helena.

"Kurasa aku sudah lebih dulu mencintai nya... " Lirih Arken yang masih menenggelamkan wajah tanpa mau menatap Helena saat ini.

Wanita kurcaci itu tersenyum lebar mendengar perkataan pelan yang Arken ujarkan.

"Ini berita baik, aku sungguh bahagia menjadi orang pertama yang mengetahui nya." Sahut Helena yang dibalas geraman kesal oleh Arken.

"Kutukan itu akan hilang bila Elleza mencintai-ku!"

Arken memejamkan matanya sesaat. "Monster seperti-ku tidak bisa membuat nya menoleh untuk membalas perasaan-ku, untuk sekarang aku merasa benar-benar bodoh!"

Helena berjalan mendekat, menghampiri Arken lalu mengusap punggung pria itu pelan, sontak Arken langsung terbelalak dengan sinar kecil dimata nya yang turut ikut bergetar.

"Serahkan semua itu kepada kami." Ujar Helena lembut.

"Aku dan yang lain nya akan mempersiapkan semuanya untuk nanti malam, yang harus kau lakukan saat ini adalah berlatih berdansa agar semuanya berjalan lancar."

Arken langsung mendongak, lalu menoleh kebelakang yang sudah menampilkan lima kurcaci disana, siapa lagi kalau bukan orang-orang yang sudah menganggap nya sebagai keluarga sedarah, mereka adalah Lèiv, Damian, Daren, Rebecca dan Helena. Kelima orang yang selalu mengikuti langkah Arken tanpa peduli kemanapun pria itu pergi, tanpa pernah menyesal dengan keputusan yang selalu Arken buat, bahkan sekarang, mereka tidak menaruh dendam sedikitpun kepada Arken yang sudah menjerumuskan mereka kedalam lingkaran hidup penuh kehampaan serta kegelapan.

Damian tiba-tiba merentangkan sebelah lengan kepada Lèiv yang langsung disambut oleh pria itu.

"Jangan khawatir Tuan Damian, aku akan selalu menginjak kakimu yang berjamur itu!" Ujar Lèiv membuat Damian langsung tergelak.

"Dan setelah selesai aku akan membenturkan kepala-mu yang penuh dengan lumut itu!" Balas Damian sambil membawa tubuh Lèiv ke tengah aula tersebut.

Kelakuan kedua pria kurcaci yang ceritanya tengah berdansa itu tidak luput dari pandangan Arken, untuk pertama kalinya Arken tersenyum tipis melihat kelakuan bawahan nya itu, seakan-akan tengah meledek nya. Tenang saja, dansa Arken tidak akan sepayah Lèiv yang kaki nya tampak berbelit-belit karena kesulitan untuk menyamai langkah Damian.

Arken mulai bangkit setelah berjongkok cukup lama, kaki jenjang yang sayangnya tinggal tulang itu mulai melangkah, menghampiri meja yang diatas nya terdapat buku, Arken langsung mengambil buku tersebut.

LOVE AND CURSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang