Bab 9B: Cause I'm Only Yours

9.4K 591 30
                                    

Warning 18+ (ini bisa di skip ya kalau kalian nggak nyaman) Bakalan di posting di KK once sudah tamat :)

*

Orleanna berdecak pelan sambil merapikan makanannya. Ia kemudian berdiri ke arah bak cuci sambil meletakan kotaknya di sana. Kaisar mengikuti dari belakang.

"Lo beneran ngajakin gue jalan?" tanya Orleanna lagi untuk ke seratus kalinya.

Kaisar mengulum senyum lalu menganggguk. "Iya, Eyan sayang."

Orleanna bergidik. Seumur hidupnya, Kaisar hampir tak pernah mengucapkan kata dan kalimat seperti ini. Apakah Orleanna perlu mengecek jika Kaisar jangan-jangan punya kembaran identik seperti Orion dan Oxion?

Kaisar tersenyum ketika melihat Orleanna yang masih kebingungan. Mungkin, Orleanna merasa aneh dengan sifatnya. Sesuatu yang sebenarnya selalu ia tahan sejak lama. Ia harap, Orleanna tak tiba-tiba jadi ilfeel dengan kelakuannya itu.

Tetapi, senyum malu-malu Orleanna menjawab semuanya. Kaisar bernapas lega melihat itu.

"Ayo, mandi. Lo kan mandinya lama," ucap Kaisar dengan memburu-burui.

"Emang kita mau ke mana sih?" Orleanna tampak bingung. Ia memiringkan kepala. "Ini lo lagi ngajak gue jalan, kan?"

Kaisar menarik napas. Sabarnya habis. Lelaki itu mendekat, mengangkat tubuh kecil Orleanna. Ia tak tahu karena Orleanna terlampau ringan atau ia sudah sering menggendong perempuan itu. Dengan mudahnya, Kaisar membopong Orleanna menuju kamar mandi di kamarnya.

Jelas, bukan Orleanna namanya kalau tidak melakukan perlawanan. Tetapi, ia juga tahu, sepengalamannya dengan Kaisar, semua itu percuma.

Kaisar langsung meletakan tubuh Orleanna di depan pancuran air. Tangannya dengan cepat membuka handuk yang menutupi tubuh Orleanna. Kini, pemandangan di hadapan Kaisar membuat lelaki itu kelu. Gadis itu tengah mengenakan two-piece swimsuit warna hitam yang membentuk jelas siluet tubuhnya.

Kaisar buru-buru membalikan badannya. Ia mengangkat kepalanya ke atas. Ada dua reaksi yang akan muncul dari Orleanna.

Pertama, ia akan marah. Reaksi wajar jika seseorang yang bukan siapa-siapa. Perempuan manapun pasti akan berteriak lalu mengusir pergi lelaki yang dengan asal membuka pakaiannya begitu saja.

Kedua, memeluk dari belakang lalu menggerayani tubuh Kaisar. Ya, reaksi yang pasti akan selalu Orleanna lakukan dua tahun.

Kaisar menghitung dalam hati. Tiga, dua, satu.

Tak ada reaksi. Orleanna diam. Kaisar mau tak mau berbalik. Ia kini melihat Orleanna tertunduk. Gadis itu memegangi ujung pakaian Kaisar. Bahunya bergetar hebat tak karuan.

"Lean?"

"Ical," lirih Orleanna kecil. "Mau kamu apa sih?" Nada gadis itu berubah. Ia seperti kembali ke masa empat tahun lalu. Suaranya manja dan lembut.

Kaisar terdiam. Ia menelan ludah.

"Kita udah putus, kan?" tanya Orleanna lagi. "Udah empat tahun, kan? Terus kenapa? Kenapa masih begini?"

Kaisar membuang muka. Ia jadi sedikit merasa bersalah. Apakah yang ia lakukan berlebihan? Mengapa ia dengan sangat refleks melakukan hal tersebut?

"Kamu mau mainin aku begitu?" tanya Orleanna lagi.

Kaisar menarik napas. Ia menarik gadis itu ke dalam pelukannya. "Kadang kamu bisa bego, ya?" desisnya ketika Orleanna malah terisak semakin keras. Laki-laki itu membelai rambut Orleanna yang masih setengah basah.

"Kamu punya pacar, kan?" Orleanna berucap lagi. "Kenapa memperlakukan aku kayak gini? Apa kata pacarmu nanti? Ical, maunya apa?"

Mereka terdiam. Kaisar terlihat berpikir keras. "Kalo mau kamu, boleh?" tanya Kaisar tiba-tiba.

Orleanna mendongak. "H-hah?"

Tak banyak bicara, Kaisar menunduk. Bibirnya menyapu bibir manis Orleanna pelan. Ia merengkuh pinggang ramping mantan pacarnya itu.

Pergulatan itu terjadi begitu saja. Dari ciuman kecil, berubah menjadi lumatan. Kaiisar menghisap bibir bawah Orleanna pelan hingga gadis itu membuka mulutnya sebelum melesakan lidahnya perlahan ke dalam rongga mulut Orleanna. Saling membelit, saling merasakan, semuanya terasa memabukan.

Tangan Kaisar bergerak menurunkan tali di pundak Orleanna hingga tubuh bagian atas Orleanna kini terpampang jelas. Kulit basah itu menyentuh kaos Kaisar. Lelaki itu menyentuh salah satu gundukan lemak favoritnya, tangannya mencubit puncak itu dengan gemas. Lenguhan terdengar meluncur dari bibir Orleanna.

Kaisar menarik napas. Sudah berapa lama ia tidak mendengar desahan Orleanna? Rasanya, masih sangat candu di telinga.

"Ical," desah Orleanna untuk kedua kalinya di sela-sela ciuman mereka.

Tanpa sadar, mereka bergerak hingga tubuh Orleanna menghantam keran air yang mengucurkan cairan bening itu dari pancuran. Kegiatan keduanya sama-sama terhenti. Mereka saling menatap, melempar senyum sebelum tertawa kecil.

"Kita gila," kata Orleanna pelan.

"Kita memangnya pernah waras?"

Tanpa mematikan keran, Kaisar menunduk. Ia membiarkan air membasahi pakaiannya.

Bibirnya menciumi bibir Orleanna lagi. Kali ini, ia mulai turun ke bawah. Bibir itu mengecup leher Orleanna. Meninggalkan jejak-jejak kemerahan yang tampak pada leher gadis itu.

Kaisar terus turun. Bibirnya kini mulai menyentuh dada Orleanna. Tak lama, mulutnya sudah melahap salah satu dari sepasang benda favoritnya itu. ia menghisapnya kuat-kuat dan Orleanna langsung memekik kecil.

Kaisar tak peduli. Tangannya  bergeriliya ke arah lain. Jari jemarinya menyentuh lipatan selangkangan Orleanna.  Salah satu jari telunjuk diselipkannya ke dalam celana Orleanna. Tangan itu langsung menyentuh tepat di intinya.

"Aku nggak bawa pengaman hari ini, kamu masih ada sisa di rumah?" tanya Kaisar.

Orleanna menggeleng. "Nggak. Nggak ada." Gadis itu berkata dengan kesusahan.

"Sayang banget," ucap Kaisar. Ia meraba bagian sensitif itu. "Berarti hari ini, kamu yang aku servis." Tanpa aba-aba, Kaisar memasukan jari tengahnya secara brutal. Mengaduk-aduk seluruh isi lubang yang seharusnya dimasuki pusakanya itu.

Orleanna mengerang kencang. Tak sanggup berkata apa-apa. Ia meracau tak kepuguan. "Ical! Jangan."

"Jangan?" Kaisar tertawa mengejek. "Tapi kamu suka?"

Orleanna memerah. Kebiasaan Kaisar muncul lagi. Lelaki itu selalu  begitu ketika sudah berada di atas ranjang. Seperti punya dua kepribadian lain.

"Kamu suka, kan?" tanya Kaisar berbisik.

Orleanna menelan ludah. Ia tidak bisa berbohong.

"Jawab, Lean!"

"Y-ya, su-suka," jawabnya terbata.

"Then, enjoy your service, Ma'am."

"Ical!" Orleanna makin berteriak.

Kaisar tersenyum miring. Ia suka menikmati wajah Orleanna yang memerah dengan mulut terbuka dan mata sayu seperti itu. Rasanya, ia sangat rindu dengan semuanya.

"Ini juga hukuman buat kamu, Lean." Kaisar berbisik tepat di telinga Orleanna.

"Hu-huku-man apa?"

"Kemarin, kamu bisa-bisanya deket sama cowok lain di kelab," ucap Kaisar dengan tajam. "Aku nggak suka."

"C-Cal..."

"Hari ini, kamu harus tau, badan kamu cuma boleh ngerespon sentuhanku aja, Lean. Nggak boleh yang lain," kata Kaisar tegas. "Paham?"

Orleanna menahan napas. Ia benar-benar tak bisa merespon. Tubuhnya seperti disiksa dengan deraan kenikmatan yang begitu rupa. Ia hanya bisa mengangguk sambil melenguh seperti orang bodoh.

"Good," ucap Kaisar terdengar puas. "You are mine, Lean. You. Are. Mine."

REKINDLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang