Bab 28: Konspirasi

5.3K 426 13
                                    

Kaisar berjalan di rumput yang masih basah dengan embun pagi ini. Ia berjalan pelan sambil mendengarkan derapan langkah sepatu kuda dan decakan yang terdengar sayup-sayup.

Lelaki itu berjalan menuju jalan setapak yang terlalu familiar untuknya hingga sampai pada sebuah arena pacuan kuda yang luas yang dibatasi pagar kayu. Dari kejauhan, ia dapat melihat seorang perempuan duduk tegak sambil menunggangi kuda warna cokelat tua yang dengan gagah berlari.

Kaisar tersenyum kecil sebelum ia berjalan ke arah pondok. Matanya masih terkunci pada perempuan satu itu hingga pada akhirnya, pandangannya tertutup seutuhnya oleh tembok pondok yang terbuat dari kayu.

Kakinya masuk ke pintu yang terbuka. Dagunya terangguk ketika melihat dua penjaga yang tengah membereskan alat-alat berkuda. Sementara di sebuah tempat duduk panjang yang terletak tak jauh dari Kaisar, seorang lelaki yang berwajah mirip Orleanna tengah melepaskan sepatu botnya.

Pandangan lelaki itu melirik tajam ke arah Kaisar. Ia menaikan alis dengan decihan mengejek.

"Gue pikir lo akan terlalu sibuk kerja sampe nggak akan dateng," sindir lelaki itu.

Kaisar hanya menarik napas. Keluarga Kartawidjaja memang tengah liburan di Lembang akhir pekan ini. Selain mencari hiburan dan rehat sejenak, Freya juga ingin mengunjungi panti tempatnya dibesarkan. Sementara, Orleanna sudah terlalu rindu untuk berkuda.

Sayangnya, Kaisar tak bisa ikut berangkat bersama kemarin. Lelaki itu punya jadwal di rumah sakit yang tetap harus dikerjakannya.

"Kamu kerja dulu. Bukan masalah uangnya, tapi, kamu dokter. Tugas kamu itu nyelamatin manusia. Coba bayangin berapa banyak orang yang bisa kamu selamatkan." Itu kata Orleanna.

Kaisar menghela napas. Orleanna. Rasa-rasanya, gadis itu semakin hari semakin dewasa saja. Biarpun tetap manja, sih.

Kaisar kemudian melirik ke arah Orion sejenak. "Gue memang punya kerjaan yang harus gue pertanggung jawabkan, Oxion. Dan gue punya—calon—tunangan yang harus selalu gue sayang. Dua hal itu nggak akan bisa gue pilih mana yang lebih besar."

Oxion melengos. Ia masih malas meladeni Kaisar.

Sementara, Kaisar tengah memandangi gadis berkuncir satu yang masih berkuda di lapangan pacu dari jendela yang sedikit terbuka. Ia tersenyum tipis.

"Gue tau lo nggak akan langsung bisa setuju sama keputusan Orleanna buat balik sama gue," kata Kaisar sambil tak melepaskan pandangan dari perempuan satu itu. "Tapi, gue bakal buktiin kalo gue mampu dan pantas buat Lean."

Oxion hanya mengangkat alis. "Lo terlalu percaya diri, Kaisar."

Kaisar diam sejenak. Ia tersenyum miring. "Karena cuma itu yang gue punya." Ia menjawab santai.

Oxion mendecih. Ia tak ingin melanjutkan perdebatannya ketika menyadari seekor kuda bergerak mendekat lalu berhenti. Tak lama, suara lompatan terdengar keras.

"Ical!" Teriakan riang itu menggema begitu saja.

"Hai, Eyan."

Kaisar tersenyum lebar ketika si peneriak berlari dan menghambur ke arahnya.

Tangan Orleanna melingkar di pinggang Kaisar. Kakinya berjingkat untuk mengecup bibir Kaisar cepat.

"Kangen!" kata gadis itu manja.

Kaisar tersenyum geli. Ia ikut melingkarkan tangannya di pinggang Orleanna. "Kamu capek?"

"Laper!" Orleanna berkata cepat.

"Ya udah, nanti kita cari makan langsung." Kaisar memberikan solusi dengan nada lembut seperti pada anak kecil.

Orleanna mengangguk dengan senyum. "Eh, tapi, kamu kan baru sampe. Berangkat jam berapa tadi? Kamu capek? Mau istirahat aja di vila? Nanti aku pesan online aja."

REKINDLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang