Bab 18: Protect You

4.7K 433 32
                                    

Oxion menatap ke arah pintu. Melepas kepergian Orleanna dengan lelaki lain. Warren. Oxion tahu betul siapa lelaki itu. Setidaknya, Oxion berhubungan baik dengan kakaknya. Ia kenal betul keluarga Warren. Lelaki itu juga baik. Selama Oxion mengenal Warren, ia tahu Warren hanya setia pada satu perempuan sampai dikhianati segitu rupa.

Hancur, terluka, Oxion tahu bagaimana Warren menghadapi semuanya. Dua orang baik yang sama-sama menderita.

Si tengah itu menghela napas. Dari semua orang, hanya dirinya lah yang menentang Orleanna dan Kaisar untuk kembali. tentu bukan tanpa alasan. Kaisar terlalu banyak menyakiti Orleanna. Sehingga, Oxion tak akan membiarkan lelaki itu menusuk lebih dalam luka ke dalam dada adiknya.

Sejak kecil, ketika Oxion berusia dua atau tiga tahun dan bertemu dengan adik perempuannya yang masih baru lahir dan bahkan belum memiliki nama, si ayah berjongkok dan mengatakan hal ini padanya, "Jangan bikin adik nangis, ya? Harus jagain adik."

Ketika itu, Oxion pikir, ia akan mengabaikan perkataan ayahnya. Namun, melihat si adik yang tertidur manis membuat perasaan tersendiri di dada Oxion. Apalagi ketika lelaki itu pertama kalinya mendengar tawa si adik yang baru berusia beberapa bulan.

Oxion memang masih kecil, tetapi, ia ingat betul betapa manisnya si adik yang kemudian dinamakan Orleanna tersebut.

Di satu siang pada saat usianya yang kesembilan tahun, Oxion menemukan adiknya menangis dengan luka dan kotoran di sekujur tubuh. Beberapa orang merisak Orleanna. Karena katanya, Orleanna tak mau berbagi makanan.

Orion hanya bisa menenangkan Orleanna sementara Oxion bangkit dan pergi. Tak lama, anak-anak yang merisak adiknya itu nyaris lumpuh dan buta.

Tentu, Akasa dan Arum sebagai orangtua dari Oxion dipanggil ke ruang kepala sekolah. Oxion yang takut hanya bisa menunggu di luar ruangan. Ia berharap, si ayah tak menghukumnya.

Tetapi, setelah kejadian itu, Akasa memanggilnya. "Duduk, di sana." Begitu kata Akasa sambil menunjuk sofa ruang keluarga di senja itu

Oxion mengulum bibir. Ia benar-benar gemetar.

"Kenapa kamu pukul anak-anak itu, Oxion?" tanya Akasa lembut.

Lembut. Oxion tak salah dengar! Ia bahkan mendongak untuk memastikan bahwa yang bicara adalah ayahnya.

Oxion menunduk takut-takut. "Ada yang jahatin Lean. Mereka jahat sama Lean."

Oxion siap kalau si ayah mengeluarkan ceramahnya. Tetapi, lelaki yang berumur tiga puluhan itu malah berdiri dan tersenyum. Ia memeluk anak lelakinya begitu erat.

"Memang, Xion nggak boleh pakai kekerasan. Tapi, Xion hebat sudah mau jagain Lean." Kalimat itu membuat Oxion luruh lantah. Ia menangis secara tiba-tiba. Belum selesai tangisnya. Ia merasa seseorang lain memeluknya. Tangan kecil yang hangat yang membuatnya terenyuh.

"Kak Xion, makasih." Suara serak terisak terdengar di telinga lelaki itu.

Oxion memeluk erat adiknya. Seerat yang ia bisa lakukan. Jika ada yang bilang bahwa Oxion adalah jelmaan seperti ayahnya, mungkin, apa yang dikata orang benar. Karena fakta bahwa dua lelaki Kinardjo itu sangat menyayangi Orleanna terasa amat jelas.

Oxion dan Orleanna lebih mirip kembar daripada Orion. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu bersama. Bahkan berbagi rahasia bersama.

Hanya Orleanna yang diberitahu Oxion tentang perasaan rahasianya pada Freya. Dan, hanya Oxion yang tahu tentang perasaan rahasia Orleanna pada Kaisar.

Ya, Kaisar.

"Aku suka Kaisar, Kak." Kata-kata itu membuat Oxion sedikit sesak.

Selama ini, rasa sayang dan perhatian Orleanna selalu ditujukan untuk Oxion. Ketika si adik jatuh cinta, rasanya janggal.

REKINDLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang