Bab 29: Beautiful Sequel

7.5K 422 19
                                    

Dari spion, Kaisar bisa melihat Orleanna yang sudah berjalan ke arah mobil hitam milik lelaki itu. Kaisar buru-buru menyalakan mesin juga menghidupkan pendingin agar gadis itu tak kepanasan ketika masuk.

Beberapa detik kemudian, perempuan itu membuka pintu penumpang yang berada di samping pengemudi. Wajahnya sumringah dan bercahaya seperti mentari pagi menjelang siang ini.

"Oxion mana?" tanya Kaisar begitu melihat Orleanna datang sendiri.

"Masih ngeliatin kuda sebentar, dia balik sendiri ke vila nanti," jawab Orleanna sambil memasang sabuk pengaman.

Kaisar mengangguk sambil melajukan mobilnya. Jalanan Bandung pagi itu tak terlalu ramai walaupun akhir pekan.

Radio memutar lagu dari ponsel Kaisar. Jenis lagu akustik yang sangat identik dengan Kaisar yang suka bermain gitar.

Kalau Orleanna pikir, kapan ya terakhir kali lelaki satu itu bermain gitar sambil bernyanyi di hadapannya? Rasanya, ia rindu masa-masa itu. Ia ingat ketika Kaisar bernyanyi dengan gitarnya di acara sekolah. Saat itu, lelaki itu memanen banyak sekali penggemar dalam lima menit waktu pertunjukannya.

Tidak. Orleanna tidak kesal. Ia malah senang. Pacarnya itu bisa mendobrak cangkangnya sendiri. Walaupun setelahnya, ia tidak mau masuk sekolah karena malu.

"Kenapa senyum-senyum?" tanya Kaisar.

Orleanna menggeleng. "Nggak, nggak apa-apa."

Kaisar terkekeh kecil sambil menatap jalan dan sesekali menatap layar ponselnya yang menunjukan peta jalan.

"Ngomong-ngomong, kamu kok tumben nggak nanya aku mau makan di mana?" tanya Orleanna tiba-tiba.

Kaisar berdeham pelan. "Tadi, aku ada cari tempat brunch enak sembari nungguin kamu."

Orleanna mengangguk pelan mendengar kalimat Kaisar yang terlihat meyakinkan.Gadis itu duduk tenang dengan punggung bersandar di jok.

Tak lama kemudian, mereka telah sampai di sebuah restoran minimalis yang terlihat modern. Kaisar mengamit tangan Orleanna seraya berjalan masuk ke dalam restoran tersebut.

Lelaki itu menarik napas. Ia menatap lekat gadis yang masih dengan polos berjalan di sisinya tersebut. Genggaman tangan Kaisar semakin erat.

"Mau duduk di mana?" tanya Orleanna menyapu seisi ruangan.

Kaisar tersenyum misterius. Ia malah menarik Orleanna menuju ke lantai dua. Dahi Orleanna jelas berkerut. Ia tampak bingung pada sikap Kaisar yang tiba-tiba terasa aneh.

Lantai dua terdiri dari ruangan-ruangan privat. Dan dilihat dari sisi mana pun, area ini belum buka. Mungkin, dibuka ketika malam hari, atau ketika sedang ramai.

Kaisar masih menarik Orleanna ke sebuah ruangan bernomor tiga. Ia kemudian berbalik.

"Boleh tutup mata?" tanya Kaisar.

Orleanna mengangkat alis. Kejutan apa ini? Ia bahkan tidak berulang tahun hari ini. Gadis itu tetap menurut dan menutup mata.

"Sekarang, balik badan." Kaisar membalikan tubuh Orleanna untuk membelakangi pintu.

Tak lama, tangan Kaisar membuka pintu pelan. Angin AC dingin menghembus ke punggung Orleanna.

"Balik pelan-pelan, terus buka mata."

Orleanna memutar badan dan membuka matanya pelan. Pelan sebelum membelalak kaget.

Ruangan di depannya dihias begitu rupa. Ada kelopak-kelopak bunga yang bertebaran di lantai. Lilin-lilin kecil yang membentuk jalan hingga balon-balon warna merah.

REKINDLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang