Bab 25: Messy Heart (18+)

10.6K 442 25
                                    

Kaisar saat remaja bukan anak bodoh. Ia juga bukan anak kurang pergaulan yang tak mengerti apa-apa mengenai hubungan intim. Hanya saja, lelaki itu tak mau ambil pusing. Ia merasa, hal itu belum saatnya.

Tetapi, tidak dengan Orleanna. Gadis itu tersenyum miring. Kancing seragamnya terbuka tepat di hadapan Kaisar. Tangan Orleanna menggenggam erat pergelangan tangan Kaisar. Ia mengarahkan tangan itu--ah bukan, telunjuk itu, tepatnya--ke kulit putih mulusnya.

"Kai, yakin?" tanya Orleanna pelan sambil terus menggerakan tangan Kaisar dan memaksanya untuk menyusuri tubuh tersebut.

Kaisar menelan ludah. Ia tahu, ia tak akan tahan.

"Memangnya kamu nggak mau sama badanku?"

Kaisar mengulum bibir. That body is something he would die for. Tetapi, haruskah? Bolehkah?

"Kamu kebanyakan gaul sama Xion," ucap Kaisar membuang wajah. Ia tak ingin terlihat mengingini Orleanna.

"Masa?" Orleanna makin menggoda.

Kaisar mengulum senyum. Ia menatap Orleanna yang memiringkan kepalanya. "Lean, aku nggak bisa tahan kalau kamu begini terus."

Orleanna masih tersenyum. Senyum yang terus menggoda. Senyum yang akhirnya meluruhkan pertahanan Kaisar seutuhnya.

Hal itu berulang. Terus dan terus. Orleanna adalah pemimpin permainan. Ia yang akan mengaba-abakan untuk memulai. Kaisar hanya lelaki yang mengikuti di belakang sebelum mengambil alih dan meluluh lantakan gadis itu hingga berteriak histeris, melenguh bersamaan, lalu melepaskan semua hasrat yang terpendam.

Bukannya tak ingin. Bukannya tak bisa. Kaisar tidak mau Orleanna sampai merasa bahwa ia memacarinya hanya untuk berhubungan badan. Kaisar ingin Orleanna tahu bahwa dirinya tulus mencintai gadis itu.

Jelas hal itu pernah disampaikannya. Tetapi, ketika Kaisar mengutarakan hal tersebut, Orleanna hanya menggeleng pelan.

"Mengapa orang yang sudah menikah boleh melakukan hubungan badan? Malah menganggap hubungan itu adalah sebuah wujud cinta paling dalam? Tetapi, kita tidak boleh." Orleanna mengutarakan pertanyaan sebagai jawaban balik atas apa yang diucapkan Kaisar hari itu.

Kaisar saat itu menggeleng. Ia tidak tahu jawabannya.

"Karena memang pada dasarnya, hubungan badan adalah wujud cinta paling dalam. Maka dari itu, dibutuhkan komitmen yang besar untuk melakukannya." Orleanna tersenyum lembut. "Kegiatan itu butuh dilakukan dengan penuh pertanggung jawaban. Selain bisa menimbulkan nyawa lain--yang jelas harus dipertanggung jawabkan--hubungan badan juga membuat emosi kita terikat jadi satu. Makanya, mungkin ada yang mengartikan aktivitas itu sebagai bersetubuh. Menjadi satu tubuh."

Kaisar menelan ludah. "Tapi, Lean--"

"--Aku bukan Xion yang gila. Aku dan kamu, kita dari awal sudah terikat dengan semua perjanjian dan rasa. Lalu, apa yang harus ditunggu?"

Kalimat itu mengiang di kepala Kaisar. Dan sampai hari ini, kalau boleh jujur, Kaisar masih tak bisa melepaskan Orleanna dari kepalanya sendiri. Ia hanya mau Orleanna. Tubuhnya mau gadis kecil itu. Secantik apapun gadis lain yang ia kencani, birahinya cuma akan naik untuk satu perempuan: Orleanna.

Apa benar apa yang dikatakan Orleanna dulu? Mengapa ia tidak bisa bernafsu dengan orang lain? Tetapi, mengapa banyak orang--seperti Oxion--yang bisa melakukan hubungan badan dengan siapa saja?

Emosi. Satu kata yang menggambarkan semuanya. Atau setidaknya, itu yang diberitahukan oleh psikolog klinis yang ia datangi beberapa minggu lalu.

Hubungan seksual dilandaskan oleh emosi. Tanpa emosi, semua akan mati. Dan emosi Kaisar hanya akan menyala ketika berada bersama Orleanna seorang.

REKINDLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang