Prolog

22.3K 1K 32
                                    

Kaisar dan Orleanna memang punya hubungan spesial. Mereka telah mengenal mungkin bahkan sejak masih dalam kandungan. Dibesarkan bersama, apapun yang mereka lakukan seolah terhubung satu sama lain.

Tetapi, Kaisar sadar bahwa ada perasaan yang berevolusi di dalam dadanya. Perasaan membuncah yang aneh. Rasa berdebar yang amat kencang.

Dulu, mereka sering dimandikan bersama, bahkan tanpa benang sehelai pun menutupi tubuh. Kaisar lupa, sejak kapan kegiatan itu berangsur-angsur menghilang. Karena kini, ia bahkan masih sering melamun kotor ketika melihat bentuk tubuh perempuan itu yang tak lagi datar seperti papan triplek.

Ia juga tak tau, sejak kapan dirinya sadar bahwa perempuan di hadapannya adalah seseorang yang bisa membuatnya panas dingin. Semuanya terasa aneh, membingungkan namun membuat jantungnya berdegup seperti orang gila.

Ia lupa sejak kapan mulai melihat gadis di depannya sebagai orang yang berbeda. Ia tak ingat kapan pertama kalinya perasaan dalam dadanya membuncah setiap kali melihat perempuan itu muncul.

Namun, seiring dengan perubahan itu terjadi, sejak itu juga, banyak laki-laki yang mulai mengajak Orleanna mengobrol. Ada pias malu-malu yang tampak dari para lelaki itu sementara si gadis hanya meresponi dengan santai seolah tak merasakan apapun. Dan, Kaisar yang—saat itu baru masuk SMA—cuma bisa terbakar api cemburu.

Hingga suatu hari, secara tak terduga, ketika Kaisar tengah menghabiskan waktu berdua bersama Orleanna saat belajar bersama, dorongan dan hasrat yang kuat membuat laki-laki ini tak bisa berpikir. Ia secara naluri mengecup bibir ranum gadis itu. Sebentar saja. Mungkin, kurang dari satu detik. Saat itu, rasanya Kaisar ingin mengubur dirinya sendiri.

"Ma-maaf," ucap Kaisar kikuk.

"Kenapa lama banget buat kamu berani cium aku?" Orleanna berucap ketika ciuman sepersekian detik itu berhenti.

Mata Kaisar membulat sempurna. Ia tampak kaget.

"Apa?" Kini Orleanna berkata dengan pandangan yang terbuang.

Wajah Kaisar malu-malu. Ia tampak benar-benar gugup. "Aku menyukaimu," kata Kaisar pelan.

Kaisar berharap, Orleanna akan bereaksi kaget dengan pengakuan cintanya. Tetapi, gadis itu tampak tenang. "Aku tau. Sudah dari dulu, kan?"

Kaisar menelan ludah. Ia mengangguk kecil. "Maaf karena aku cium kamu sembarangan. Aku... Aku..."

"Kenapa harus minta maaf?" Orleanna bertanya ringan. Gadis itu tersenyum kecil. Senyum manis yang membuat Kaisar meleleh.

"Soalnya—"

"Ah, ya, kamu harus minta maaf!"

Tiba-tiba, Kaisar panas dingin. Ia benar-benar ketakutan.

"Karena ciuman itu kurang lama, Kaisar." Ia tertawa kecil. Tangannya meraup pipi Kaisar. "Aku juga menyukaimu, sudah sejak lama, Kaisar."

Ciuman itu berlanjut. Mereka sudah tidak tahu siapa yang memulai. Kaisar dan Orleanna sama-sama terbawa oleh emosi dan suasana. Kemeja Kaisar sudah tergeletak entah ke mana. Orleanna sudah berada di bawah kungkungan tubuhnya hingga...

"Apa yang kalian lakukan berdua?"

Suara menggelegar itu terdengar begitu nyata membuat Kaisar dan Orleanna menahan napas.

"Papa," desis Orleanna.

"Om Akasa?" Kaisar menelan ludah.

Riwayat mereka habis sudah. 

REKINDLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang