Bab 11: Ice Cream

6.7K 615 42
                                    

"Ical!"

Suara manja Orleanna yang satu itu selalu membuat lelaki satu itu menoleh. Ia masih berkutat dengan diktat tebalnya mengenai penyakit dalam ketika gadis itu main menyandarkan tubuhnya di bahu Kaisar.

"Apa?" tanya Kaisar sedikit terganggu.

Orleanna tersenyum manis. Ia tampak begitu bersemangat. "Kata buku yang aku baca soal Jakarta—"

"—Maksudnya buku 101 Place You Must Visit in Jakarta?" potong Kaisar.

"Iya!" Orleanna makin bersemangat. "Nah, menurut buku itu, katanya, ada toko es krim yang udah berdiri lama banget. Toko es krim Italia, gitu! Mampir yuk ke sana."

Kaisar memutar bola mata. Ia menatap Orleanna dengan kesal. "Lean, kamu tau, kan, aku tuh lagi sibuk banget! Besok aku ujian, ada skill lab juga."

"Y-ya, nggak harus sekarang, kan?" Orleanna berusaha membujuk.

Kaisar tak menjawab. Ia kembali pada diktat bacaaannya. Kadang-kadang, kehadiran Orleanna yang semakin dekat malah membuatnya kesal. Gadis itu seperti meminta waktu Kaisar setiap hari. Rasanya, Kaisar berharap mereka bisa melakukan hubungan jarak jauh saja seperti dulu.

"Kamu tau nggak kenapa aku suka sama es krim?" celoteh Orleanna lagi.

Kaisar menengok tanpa bersuara. Menunggu jawaban Orleanna.

"Karena es krim itu dingin tapi manis, kayak kamu," kata gadis itu lagi sambil tersenyum lebar-lebar.

Kaisar menarik napas. Buat sebagian orang, mungkin kalimat Orleanna yang seperti itu mampu membuat hatinya berdebar. Tetapi sekarang, Kaisar bahkan tidak punya hasrat sama sekali untuk tersenyum. Ia hanya memutar bola mata dan melengos.

"Terserah kamu, deh," ucap Kaisar dingin sambil kembali melanjutkan belajarnya. Salah satu yang Kaisar sesali.

*

Orleanna dan Kaisar sama-sama turun setelah puas melihat-lihat. Pasangan itu berjalan bersisian. Dari sisi manapun, semua orang pasti mengira mereka sepasang kekasih. Mereka terlalu cocok.

Ya, tetapi, kenyataannya tak pernah seindah itu, kan?

Kaisar tercenung sejenak. Kepalanya berkelana ke kejadian beberapa tahun lalu.

"Kaisar!" Panggilan itu membuyarkan lamunan Kaisar yang sedari tadi ke mana-mana.

Kaisar menengok. Ia menatap Orleanna yang tersenyum seperti anak kecil.

"Kita mau ke mana habis ini?" tanya Orleanna seraya mengunyah permen kapas yang baru dibelinya. "Makan siang?"

Kaisar tersenyum. "Makan es krim."

"Es krim?!"

Tepat seperti dugaan Kaisar, wajah Orleanna langsung antusias. Binar matanya benar-benar bersinar seperti anak kecil.

"Iya, kita makan siang es krim," ucap Kaisar lagi.

Orleanna terdiam sejenak. Ia benar-benar tak habis pikir. "Beneran?"

"Beneran, Orleanna." Kaisar tersenyum menanggapi gadis itu yang sekarang benar-benar menganga.

"Tapi, lo bukannya nggak suka makan es krim?" Orleanna masih bingung. "Apalagi lo selalu bilang butuh makan berat kalau makan siang."

Kaisar mengangkat satu bahu. "Ya, di sana ada makanan lain juga, nanti gue makan."

Orleanna yang kalah omongan dengan Kaisar yang super santai cuma bisa diam sambil menurut. Kini, keduanya menaiki mobil menuju sebuah gang kecil yang tak jauh dari sana.

REKINDLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang