Bab 7: Morning Boo

9.3K 777 41
                                    

Kaisar melirik ke arah Orleanna yang masih tertidur dengan lelap. Pagi itu, Kaisar bangun lebih dulu. Kepalanya masih terbayang ciuman semalam. Dan percayalah, hal itu membuat lelaki ini terjaga semalaman.

Sangking memabukannya, Kaisar tak berpikir panjang lagi. Ia malah membawa Orleanna menuju rumahnya, membopong gadis itu ke kamarnya, lalu menidurkan perempuan itu di sebelahnya. Hanya tidur. Ia tidak melakukan apapun lagi malam tadi.

Ah, ia mengintip sedikit sih. Menyentuh sedikit juga. Benar. Kaisar berani bersumpah. Tak sampai satu detik.

Kaisar tak berani melakukan lebih ketika Orleanna tengah mabuk. Lebih tepatnya, ia tidak bisa. Buat Kaisar, menyetubuhi Orleanna di saat gadis itu tak sadarkan diri sama saja dengan pemerkosaan. Ia butuh persetujuan penuh dari perempuan tersebut.

Mata Orleanna mulai mengerjap pelan dan itu membuat Kaisar mau tak mau pura-pura kembali tidur. Ia tidak ingin Orleanna tahu bahwa gadis itu sudah diperhatikan sedari tadi.

Orleanna di sisi lain mengerjap-ngerjapkan matanya tak percaya. Ia menelisik langit-langit dan wangi ruangan yang membuatnya rindu. Otaknya terus berpikir bahwa ia masih bermimpi, atau berada dalam pengaruh alkohol atau keduanya hingga tubuhnya berbalik dan menengok.

Kini, di hadapan Orleanna tampak seorang lelaki yang tidur dengan telanjang dada. Mata Orleanna mengerjap-ngerjap tak percaya. Ini mimpi nggak sih?

Kaisar—pura-pura—mengucek mata merasa terusik. Ia membuka matanya pelan. Menatap wajah Orleanna yang tampak bingung.

"Cal? Eh, Kaisar? Eh, ini beneran? Kita kenapa? Gue lagi kenapa?" Kaget dan panik, Orleanna memeriksa tubuhnya sendiri. Pakaiannya masih lengkap. Apa yang sebenarnya terjadi?

"Kemarin lo mabok," jelas Kaisar.

Orleanna memiringkan wajah. "Ya, itu gue tau, terus?"

"Terus, lo mau digondol cowok." Kaisar berdecak. Ia memutar bola matanya. "Lo udah nggak waras, ya? Mau aja dicium cowok sembarangan, hah?"

Nada Kaisar yang tiba-tiba menjadi tinggi mengakibatkan Orleanna terlonjak. Lelaki itu tampak marah. Mengenal Kaisar hampir seumur hidup membuat gadis satu itu tahu kapan kaisar marah atau kesal.

"Ya, kenapa emangnya? Gue punya hak buat ngatur hidup gue sendiri!" Orleanna berkilah. Ia tak ingin kalah dari Kaisar.

"Apa kata lo?"

"Ya, kenapa? Lo juga punya cewek baru, kan? Gue nggak boleh gitu cari cowok?" ucap Orleanna dengan nada semakin tinggi.

"Cari cowok nggak dengan cara kayak gitu, Lean!" Kaisar meninggikan nada.

"Terus? Gue harus apa?" Ia berkata makin keras. "Lo bisa sama cewek lain dan gue nggak tau lo ngapain, sementara, gue? Gue empat tahun nggak ngapa-ngapain."

Kaisar melirik ke arah Orleanna yang tersulut emosi. Ia diam. Membiarkan Orleanna mengeluarkan seluruh kemarahannya.

"Kata lo, lo mau sekolah, tapi lo malah pacaran!" sindir Orleanna lagi. "Lagian, lo sama gue udah jadi mantan. Mau gue tidur sama siapa juga suka-suka gue, kan?"

Kaisar bangun dari tidurnya. Ia berguling. Kini, tubuh kekarnya berada di atas Orleanna. Tangannya berada di sisi kiri dan kanan gadis tersebut, mengungkung tubuh kecil di bawahnya agar tak bisa lari ke mana-mana.

Orleanna dan Kaisar saling bertatapan dengan tajam. Mereka tak ada yang mau mengalah.

"Apa perlu gue ulang apa yang kita lakuin kemarin malam?" tanya Kaisar parau.

Nada lelaki itu terdengar menyeramkan. Kini, bulu kuduk Orleanna merinding.

"Atau memang lo sengaja karena lo mau gue cium lagi?" tanya Kaisar semakin menjadi.

Orleanna membelalak. Sejujurnya, ia lupa apapun yang terjadi malam kemarin. Ia ingat berkenalan dengan Warren, tetapi setelah ia meminum minumannya keduanya, ia lupa semua hal yang terjadi.

Gadis itu tampak tersenyum miring. Seolah menantang Kaisar melakukan apapun yang ingin ia lakukan.

"Okay, you ask for it!" Kaisar menundukan tubuhnya. Lagi-lagi memagut bibir Orleanna. Ritme itu terjadi lagi dan Orleanna tak bisa mengelak untuk membalas secara otomatis. Tubuh itu masih bekerja dan aktif begitu Kaisar mendekat.

Sial, sial, sial! Orleanna merutuk. Kepala dan badannya sudah tak sinkron lagi.

Kaisar tersenyum puas melihat Orleanna yang menatapnya sayu. "You're still a good kisser." Kaisar berucap pelan.

Orleanna tersentak. Kalimat puijan itu tak bisa dianggap pujian semata oleh Orleanna. Ia bingung harus merespon bagaimana.

"Cal, maksudnya, Kaisar, kita nggak bisa begini." Orleanna mendorong Kaisar pelan. "Kita udah putus. Lo udah punya cewek dan—"

"—Dan sayangnya, Orleanna Kartawidjaja masih mau Kaisar Winarta jadi pacarnya." Kaisar tertawa geli dengan nada mengejek.

Orleanna bersemu. Hatinya akui, ia memang masih menginginkan Kaisar. Tetapi, mengaku di depan Kaisar cuma akan membuat harga dirinya luruh.

"Kemarin lo tanya sama gue, enakan main sama cewek baru atau sama lo." Kaisar terkekeh mengulang kalimat Orleanna.

Orleanna terbelalak. What? Perempuan itu benar-benar kaget. Ia panas dingin. Ia tahu dirinya sendiri dan bisa saja, ia melakukan hal yang terduga. Seperti, buka baju di depan Kaisar atau malah mati-matian mengajak Kaisar bercinta.

Tung-tunggu, apa jangan-jangan... Orleanna tergagu. Ia menggeleng keras.

"Lo panik ya?" tanya Kaisar dengan senyum miring. "Lo lagi mikir, mabok gitu, lo ngelonte nggak?"

Orleanna nyaris batuk mendengar kata-kata Kaisar yang tak ada saringannya. Ia mengulum bibir takut-takut.

"Kalo gue bilang, kemarin gue nyobain goyangan lo lagi, lo siap nggak dengerin pengumuman pemenangnya siapa yang jago goyang?" goda Kaisar makin menjadi.

Orleanna bangun dari kasur dan langsung melempar Kaisar dengan bantal. Wajahnya sudah semerah kepiting rebus. Ia berniat beranjak turun namun Kaisar menarik tangannya. Tubuh Orleanna kini jatuh ke atas kasur lagi.

Mata mereka bertemu. Senyum lembut terhias di wajah Kaisar. Senyum yang membuat Orleanna berusaha mati-matian agar tidak meleleh di tempat.

"Masih enak lo, Lean," bisik Kaisar.

Tepat seperti dugaan Kaisar, Orleanna langsung salah tingkah. Gadis itu ingin kabur, namun Kaisar memeluknya semakin erat.

"Kalo lo butuh kehangatan, lo bisa kok ngelacur sama gue," bisik Kaisar.

"Ngomong apa lo?" Orleanna mendelik.

"Jangan kasih badan lo ke orang lain. Buat gue aja." Kaisar berkata lagi. Kali ini, nadanya terdengar tegas. "Gue bakal bayar mahal buat lo."

Orleanna mendecih. Ia melepaskan pelukan Kaisar. Ada rasa aneh menjalar dalam dadanya. Ia kesal bukan main.

"Jadi, lo punya pacar lain tapi ngejadiin gue rebound lo gitu? Nggak, makasih!" Orleanna berkata tajam. Ia menatap Kaisar dengan pandangan marah. "Gue nggak tau apa yang terjadi sama kita semalam, tapi buat gue itu kesalahan."

Kaisar mengulum senyum. Tak ada yang terjadi semalam, tetapi, melihat Orleanna berasumsi seperti ini, rasanya lebih baik, Kaisar tak berkata jujur sama sekali.

"Kesalahan, ya?" ucap Kaisar enteng. "Dulu ada yang bilang sama gue, sebuah hubungan seks itu tidak pernah jadi sebuah kesalahan. Nggak ada seks yang hanya berlandaskan nafsu semata kalau dua orang sudah ingin melakukannya bersama-sama."

Orleanna menahan napas. Itu adalah kata-katanya dulu. Gadis itu berbalik. Ia menarik napas dan berencana mengabaikan Kaisar.

"Lagian, lo bisa bayar gue pake apa? Bayaran gue mahal, tau?" ketus Orleanna sambil berjalan ke arah kamar mandi.

Kaisar lagi-lagi tersenyum memandang punggung Orleanna yang hilang di balik pintu kamar mandi. Ia menarik napas panjang.

Kalo gue bayar pakai hati, jiwa dan raga gue, kurang nggak, Lean?

REKINDLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang