36

963 41 1
                                    

25 september 2022

Selamat Membaca
Alicea Lovez
_____

"Lok memang kakekku benar-benar bersalah bisakah aku menebus kesalahannya?"
_______

"bagaimana denganmu? apa kau akan memaafkan orang yang ingin membunuhmu?"

Pertanyaan Chaning berhasil membuat hatinya tertegun, tubuh Alice langsung lemas.

"Tidak, tentu saja tidak, tapi bila aku menjadi kamu, aku pasti akan memilih untuk mendengarkan kata hatiku saja." jawab Alice pelan.

"Munafik" teriak Chaning.

"Bagaimana lok ternyata orang yang ingin membunuhmu adalah keluargamu sendiri, apa kau akan memaafkannya sesuai dengan kata hatimu?"

"Itu sulit?"

"Lalu bagaimana dengan ku, apa itu beda?" kata Chaning sambil menagis.

Dengan perlahan ia berjalan mendekati Alice, karena takut Alicepun melangkah mundur.

"Tadi kau bilang ingin menebus kesalahan kakekmu, apa yang bisa kau lakukan untuk ku?"

"Apa yang kau inginkan, akan aku lakukan!"

Chaning sangat marah mendengar jawaban dari Alice, bukan jawaban ini yang ingin didengarnya tapi demi kakeknya Alice berkata demikian.

Amarah yang dirasakannya membuat Chaning menjambak keras rambut Alice lalu menariknya kebawah hingga kepalanya menongak ke atas, Alice meringis kesakitan berusaha untuk melepaskan diri dari Chaning.

Kembali Chaning menarik rambut Alice ke arahnya hingga tubuh mereka saling bersentuhan, Chaning  menunduk hingga dapat melihat wajah sendu Alice dengan jelas, air mata yang jatuh kepipinya bukanlah tangisan untuknya.

Wajah Chaning begitu jelas dilihat Alice, kedua manik matanya terlihat marah bagaikan adanya api membara didalamnya.

"Apa termasuk ini?"

Chaning langsung mencium Alice dengan paksa, namun Alice berhasil mendorongnya lalu menampar Chaning dengan keras.

"Aku memang ingin menebus kesalahan kakek, tapi apakah seperti ini caramu memperlakukan wanita Chaning Floreez?"

Chaning tertawa keras, bahkan ia tidak suka Alice menyerah demi orang lain, meski itu keluarganya sendiri. Alice adalah miliknya, dan Alice hanya untuknya. Jadi dia ingin Alice menyerahkan diri hanya untuknya.

Ia bahkan tidak perduli bila wanita itu akan membencinya lagi, karena hatinya sudah terlanjur sakit, awalnya ia ingin Alice bisa bersamanya kembali karena masih ada cinta dihatinya, tapi semua yang didengar Chaning membuat kepercayaannya runtuh, tidak mungkin secepat itu Alice melupakannya.

Chaning menyeret paksa Alice masuk kedalam kamar, lalu mendorongnya hingga terjatuh ke atas tempat tidur, kemudian merobek pakaiannya dan membukanya dengan paksa tanpa tersisa, lalu menindih tubuhnya yang telanjang.

Chaning melihat Alice menangis dibawahnya, namun tanpa hentinya Chaning menyetubuhinya. Aroma tubuh Alice yang selalu membuatnya rindu kini dapat dirasakannya kembali. Meski dengan cara yang tidak pernah diharapkan Chaning sebelumnya tapi hanya dengan cara ini bisa membuat hatinya puas karena sudah melampiaskan rasa sakit hatinya.

Setelah puas Chaning melempar selimut ketubuh Alice. Kemudian pergi meninggalkan Alice setelah memakai baju. Perihal ini kembali terjadi dan mengingatkannya pada kejadian sebelumnya.

Bukan ini yang diinginkan Alice, namun takdir berkata lain. Ternyata untuk bisa terlepas dari Chaning sangat sulit namun untuk menjalin hubungan yang lebih baik lagi dengannya semakin terlalu susah.

Chaning terus meneguk birnya hingga menghabiskan empat botol, Petter bingung melihat keadaan serta sifat Chaning yang terus berubah-ubah.

Harusnya dia memanfaatkan keinginan Alice untuk membenahi hubungan mereka yang sempat retak karena kesalah pahaman yang terjadi, bukan malah sebaliknya menimbulkan masalah baru.

"Dia ingin kembali, tapi bukan karena aku, melainkan karena kakeknya." Chaning berkata sambil menuang birnya kembali ke dalam gelasnya yang sudah kosong.

"Chaning yang salah itu kau sendiri, kau terlalu impulsif, harusnya kau manfaatkan rencana Alice, bukankah rencananya itu sangat bagus untuk dijadikan alasan agar kalian bisa bersama lagi. Bukankah itu yang kau inginkan disaat Alice pergi meninggalkanmu?" kata Petter sambil mengambil gelas bir Chaning.

Chaning terdiam mendengar ucapan Petter, namun ia paham maksud dari perkataannya. Petter benar kenapa ia tidak berpikir kesana.

Chaning langsung bangkit dari duduknya lalu menepuk pundak Petter kemudian berlenggang pergi.

"Hei Chaning apa perlu aku antar? liat kau sudah mabuk." teriak Petter.
________

"Greatzya Vanco"

Nama yang berhasil lolos dari bibir Dean kian mengejutkan Rea mendengar namanya disebut oleh lelaki yang tidak dikenalnya.

"Apa kau mengenalku?" tanya Rea melihat Dean melangkah mundur.

Karena terkejut Dean tidak bisa berkata apa-apa, Dean menghembuskan napas lalu menghirup udara kembali, ruangan yang terlihat luas namun terasa sempit dirasakannya.

Tidak disangka akan bertemu dengan Rea ditempat ini. Jauh dari perkiraannya, Deanpun menekan keras jidadnya sambil mondar mandir didepan Rea.

"Apa yang kau pikirkan?" tingkah Dean membuat Rea terganggu

"Jadi selama satu tahun kau bersembunyi disini?"

"Aku tidak bersembunyi, mereka menculikku lalu menyekapku disini!" jawab Rea tidak terima.

"Apakah pekerjaanmu hanya mondar-mandir saja, pantas saja kasusku tidak terungkap!" kata Rea kesal.

"Darimana kau tahu lok polisi mencarimu?"

"Aku tidak sengaja mendengar mereka bicara."

"Apa kau tahu kita ada dimana?"

"Tidak, kenapa kau bertanya ke padaku? tentu saja aku tidak tahu, kau itu aneh harusnya kau cari tahu sendiri bukan malah bertanya" jawab Rea semakin kesal.

"Ia ini benar-benar aneh." kata Dean pelan.

Namun tiba-tiba saja terlintas sesuatu dalam pikirannya.

"Jangan-jangan mereka adalah salah satu polisi yang ku kenal?" ucap Dean membuat Rea tersentak.

Dari insiden kapal pesiar sampai peristiwa yang dialaminya, semua berhubungan dengan Chip. Dean sangat yakin orang yang menculiknya saat ini adalah orang yang sama dengan orang yang memintanya dulu.

Jika tidak lalu darimana ia tahu kalau Dean juga berhubungan dengan chip itu, dan merekapun mengambil wajahnya untuk mendatangi Alice, karena hanya dia dan Alice yang tahu keberadaan Chip itu merekapun menyekapnya disini agar Dean tidak bisa berbuat apa-apa, secara logika mereka memang orang yang sama.

"Mungkin kau benar, pantas saja mereka tidak bisa menemukanku, karena penjahatnya juga polisi, tentu saja dia ahli dalam segala hal termasuk menghilangkan bukti kehilanganku." kata Rea.

"Ini hanya prediksiku saja, belum tentu benar!" jawab Dean yang terlihat masih berpikir.

"Lalu apa rencanamu?" tanya Rea.

"Terpaksa aku harus kabur, untuk mencari bukti."

"Tapi kau bilang tadi mereka pasti akan mencarimu lagi."

"Aku tahu, tapi aku polisi kan? jadi tidak mudah untuk ditangkap mereka."

"Kau yakin?"

"Harus yakin, karena hanya ini satu-satunya jalan untuk mencari tahu siapa pelakunya, apakah asumsiku itu benar atau salah?"
________

ALICEA LOVEZ (+18)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang