49

876 30 0
                                    

3 Maret 2023


Selamat membaca
Alicea Lovez
______

George yang paham akan pandangan mereka kian mengerutkan kening, melangkah mundur namun permukaan tembok kian menghalangi langkahnya, sekilas menoleh pada Alice yang masih pingsan kini terbaring diatas ranjang membuatnya mendesah.

"Itu bukan aku" sergahnya sambil melihat Angelinna penuh harap agar mempercayai ucapannya.

"Lalu siapa?" tegas Antonio

"Aku tidak tahu" jawab George penuh keyakinan.

"Om apakah itu benar?" Angelinna bertanya dengan nada pelan.

"Linna kau harus percaya pada Om, kau tahu kan Om sangat menyayangi Alice, Om tidak mungkin melakukannya?" bantah George.

"Awalnya aku selalu ragu, tapi setelah mendengar perkataan Rea kini aku tidak ragu lagi, kenapa Om? kenapa kau ingin membunuh Alice?" teriak Angelinna terlihat kecewa.

"Kau lebih percaya dia daripada pamanmu sendiri. Ingat Linna dia bisa saja berbohong padamu, kau tidak mengenalnya sama sekali." George berkata sambil menatap Rea.

"Justru itu Om, orang yang baru kita kenal lebih transparan daripada orang yang kita kenal tapi bermuka dua."

Agelinna meminta kepada kedua polisi yang masih berbaur dengan mereka untuk menangkap George, meski tidak ada bukti yang relevan namun perkataan Rea bisa dijadikan sebagai bukti untuk sementara waktu sampai Alice siuman dan bersedia memberi pernyataan kesaksiannya. George terus meronta disaat kedua polisi itu menangkapnya serta membawanya pergi. Entah semua ini benar atau tidak namun emosi Angelinna yang meluap membuatnya mengambil keputusan demikian.

Setelah George pergi bersama dengan kedua polisi tadi Angelinna meneteskan air matanya sambil melihat Aalice yang masih terbaring pingsan diatas tempat tidur pasien. Angelinna tidak pernah berpikir bahwa hidup Alice juga terpengaruh karena ulah ataupun kesalahan pamannya atau mungkin juga insiden masa lalu yang mengaitkan semuanya.

"Aku berharap ini akhir dari semuanya." ucapnya pelan.

"Apa kau yakin pelakunya pamanmu sendiri?" pertanyaan Antonio membuat Angelinna menoleh kian menatap Antonio.

"Aku tidak tahu" jawabnya ambigu

"Jika kau belum yakin, lalu kenapa kau mempersulit pamanmu? harusnya kau tidak melakukannya."

"Kalaupun itu benar, Om pasti membenciku." jedanya dengan wajah resah.

"Tapi aku harus melakukannya." kembali berkata.

Antonio menatap Angelinna jawaban Angelinna membuat Antonio bingung entah apa yang dipikirkan wanita ini, jika memang dia tidak yakin pelakunya pamannya sendiri, lalu kenapa ia harus melakukannya? harusnya Angelinna membantah perkataan Rea karena pernyataannya itu jelas-jelas menjurus kepada George hingga semua akan berpikir bila Georgelah pelakunya.

Namun nyatanya pemikiran Angelinna kian berbeda dengan mereka, pernyataan yang dikatakan Rea tadi seolah-olah membuat pamannya sebagai yang tertuduh pastinya siapapun yang mendengarnya otomatis akan beranggapan bahwa pamannyalah pelakunya.

Angelinna memang belum yakin apakah semua itu benar atau tidak. Namun untuk membuktikan tuduhan dari pernyataan Rea Angelinna terpaksa meminta kedua polisi untuk menangkapnya dengan demikian mereka yang berperasangka buruk terhadap pamannya tidak terlalu resah ataupun kawatir lagi. Itulah sebabnya Angelinna meminta pamannya untuk ditangkap, semata-mata bukan karena percaya kepada ucapan Rea, tentu saja Angelinna juga harus menyelidikinya sendiri, oleh karena itulah Angelinna sengaja memanipulasi keadaan yang mengaitkan pernyataan Rea tadi.

Namun dibalik kewaspadaan ini Angelinna sudah menyusun rencana lain untuk membuktikan sendiri apakah semua itu benar atau tidak karena itu iapun terpaksa melibatkan pamannya dalam hal ini agar rencananya berjalan dengan lancar ia terpaksa melakukan perihal ini tanpa sepengetahuan pamannya ataupun orang lain karena memang sudah terlanjur pamannya masuk dalam perangkap mereka, hanya dengan pernyataan tanpa ada bukti yang jelas mereka percaya Georgelah pelakunya.

Jika memang pamannya pelakunya maka kaki tangannya tidak akan tinggal diam mereka pasti akan mencari cara agar pamannya bisa terbebaskan. Namun bila pelakunya orang lain mereka pasti tidak akan bertindak dulu sampai semua menjadi tenang kembali tapi mereka pasti akan memikirkan siasat ataupun rencana baru.

Suasana tegang nan sunyi tadi kian berubah seketika Alice sadar, Antonio yang sudah ingin melayangkan pertanyaan kian tertunda karena Angelinna dengan cepatnya menghampiri Alice dengan memegangi telapak tangannya.

"Alice bagaimana keadaanmu, apa yang kamu rasakan?"

"Aku hanya merasa pusing saja."

"Lebih baik biarkan saja Alice istirahat dulu." kata Gerald kawatir dengan keadaan Alice yang terlihat lemas.

"Biar Alice istirahat dirumah saja." jawab Angelinna sembari melepaskan impus di lengannya.

"Biarkan saja Alice beristirahat disini, aku akan menjaganya" pinta Gerald penuh harap.

"Tidak, aku bisa mengurus dan merawatnya, lagian kami memiliki dokter pribadi yang bisa memeriksa keadaan Alice dirumah."

Angelinna tidak ingin berlama-lama lagi didalam ruangan bersama mereka apalagi Antonio yang terlihat ingin sekali berbicara dengan Alice. Angelinna tidak ingin Alice berpikir terlalu keras apa lagi kesehatannya belum terlalu pulih keadaannyapun terlihat masih lemah.

Sesampainya dirumah Alice langsung masuk kedalam kamar pandangannya kosong menatap luar jendela kamarnya, langit yang terlihat mendung, tak ada satupun bintang malam yang terlihat hingga gerimispun kian berjatuhan yang kini hujan semakin deras hingga percikannyapun mengenainya seketika tiupan angin berhembus kencang.

Alice diam tanpa berkutik membiarkan percikan demi percikan air hujan kian membasahi pakaiannya. Kini pikirannya melambung dengan bayangan wajah Chaning memenuhi otaknya, meski ia berusaha kuat untuk menghilangkan Chaning dalam ingatannya dengan cara mengingat semua keburukan yang pernah dilakukan oleh lelaki itu namun semuanya percuma saja, semakin ia berusaha perasaan itu semakin kuat ia rasakan. Kematian Chaningpun membuat hatinya sakit, dadanya terasa sesak hingga ia merasa susah untuk bernapas, Alice memukul dadanya berkali-kali dengan keras, Alice bahkan berteriak sambil menangis meluapkan perasaan sakit hatinya.

"Kenapa kau meninggalkan aku secepat ini?"

"Apa kamu pikir aku benar-benar membencimu"

"Harusnya kamu menungguku membuktikan semua kesalahpahaman yang terjadi."

"Aku juga ingin hidup bahagia bersamamu."

Suara derasnya air hujan kian membuat suara teriakan Alice tidak terdengar, ia terus memukul dadanya berulang kali berharap sakitnya bisa berkurang. Alice tahu dia munafik, didepan orang lain ia terlihat tegar dan bahagia mendengar kematian Chaning, namun siapa sangka kepergian Chaning kini membuat hatinya tersiksa. Alice benar-benar mencintai Chaning, kini iapun merasa kehilangan.

Ku harap dikehidupan berikutnya kita tidak bertemu lagi bila pada akhirnya akan membuatku terluka.
_____

ALICEA LOVEZ (+18)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang