13

6.8K 238 5
                                    

Setelah acara memasak selesai, Kinsley ke depan memanggil kedua pria itu untuk masuk menikmati hidangan yang sudah di tata rapi di atas meja.

Mereka berjalan bersama ke dalam. Duduk di antara keluarga Kinsley membuat dada Brian hangat.

Meski terkesan sederhana, tetapi dia rindu dengan moment seperti ini. Moment yang tidak pernah bisa terjadi dalam hidupnya karena kebencian orangtuanya.

"Kalian rencana akan menginap berapa lama di sini?" tanya James.

"Kami hanya sebentar, Om. Soalnya kerjaan juga ada yang mendesak diselesaikan," jawab Brian tidak enak.

"Iya, tidak apa-apa. Itu tanggung jawab yang harus kalian jaga dengan baik," ucap James memaklumi.

Kinsley sebenarnya masih ingin di sini. Dia rindu keluarganya. Namun, kadang memang keadaan memaksa kita untuk pergi.

Namun, dia bersyukur kedua orangtuanya baik-baik saja dan dalam keadaan sehat.

Merasa diperhatikan seseorang, Kinsley menoleh. Ternyata benar, Brian menatapnya. Gadis itu mengangkat sebelah alisnya.

"Kalau kamu mau menginap lama tidak apa-apa," bisiknya.

Kinsley hanya menanggapinya dengan senyum.

***

Seperti kata Brian, dia tidak bisa berlama-lama di Chicago. Dia harus kembali ke London untuk mengurus bisnisnya.

Mereka akhirnya pamit setelah menghabiskan waktu dua hari di sini. Orangtua Kinsley mengantar mereka.

"Jaga putri om baik-baik," titip James.

"Iya, Om."

"Aku akan baik-baik saja, Pa," protes Kinsley tidak mau dititip Brian.

"Iya, papa selalu berharap kamu baik-baik saja," ujar James menanggapi putrinya.

Eleanor tertawa melihat wajah cemberut Kinsley. Dia membelai dengan sayang surai putrinya.

"Ingat pesan ibu," kata Eleanor.

"Aku akan selalu ingat, Bu." Kinsley memeluk ibunya dan papanya.

Lalu, mereka akhirnya pergi. Kembali ke hotel tempat mereka menginap dan packing barang-barangnya.

Beruntung, Kinsley tidak berpapasan dengan Davis juga Aloandra. Dia rasa harinya akan buruk jika bertemu dengan mereka.

"Sudah tidak ada yang ketinggalan?" tanya Brian saat mereka di depan pintu.

"Aman, semua sudah aku cek," jawab Kinsley.

"Ya, sudah. Kita pulang," putus pria itu.

Tangannya menarik tangan kanan Kinsley. Perlakuannya sontak membuat gadis itu kaget. Namun, Kinsley tidak protes.

Mereka berjalan beriringan. Sampai di lobi nasib baik yang dirasakan Kinsley harus pudar saat bertemu dengan dua orang yang dipikirkannya tadi.

Mereka menatap tangan Kinsley dan Brian yang saling bertautan. Namun, Kinsley tidak peduli dengan ekspresi kedua orang itu. Dia langsung melihat Brian.

Pria itu hanya memasang wajah datar. Kinsley pasrah jika Brian akan berubah aneh lagi.

"Kalian sudah ingin pulang?" tanya Aloandra.

Namun, Kinsley alih-alih menjawab. Dia menarik Brian pergi. Melewati tubuh mereka seolah tidak melihat mereka.

Brak!

Kinsley dan Brian diam saat sebuah amplop dengan desain elegan coklat gold mendarat di depannya.

Amplod indah itu jatuh tepat di ujung sepatu Brian. Tatapan pria itu fokus pada nama yang terukir di sana.

Istri Dingin Tuan MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang