Bab 39

2.6K 115 17
                                    

[Flashback on]
Beberapa bulan kemudian.

"Huwek!" Juliane merasa perutnya bergejolak. Dia berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya, wajahnya pucat pasi dan keringat dingin membasahi pelipisnya.

Ethan yang mendengar suara itu segera berlari menyusul istrinya. Ia menjadi lebih protektif sejak insiden malam itu. Setiap malam, Juliane selalu terbangun dengan jeritan dan air mata, dikejar mimpi buruk yang tak kunjung reda. Bahkan sentuhan Ethan pun membuatnya ketakutan, hingga mereka memutuskan untuk berkonsultasi dengan psikolog.

Juliane mendapatkan perawatan intensif, tetapi dua bulan kemudian, ketika ia pingsan saat sesi terapi, mereka segera membawanya ke rumah sakit. Di sana, kabar mengejutkan datang; Juliane hamil.

Hati Ethan terasa hancur berkeping-keping, dan Juliane semakin terpuruk dalam duka. Ia membenci bayi yang ada di dalam rahimnya. Ia yakin, anak itu adalah hasil dari kekejian pria yang memperkosanya. Meski dalam kondisi tersebut, Ethan tetap berusaha berpikir positif.

"Sayang, tolong jangan gugurkan kandunganmu. Bagaimana kalau itu anak kita?" tanya Ethan dengan nada penuh harap, meski hatinya diliputi keraguan.

Air mata Juliane mengalir deras, tatapannya hampa. Dia berhenti memukul perutnya yang mulai membesar. "Tapi, kamu tahu saat kita bersama, aku belum masa subur. Malam itu ... malam itu adalah masa suburku. Aku yakin, ini anak dari pria bajingan itu," kata Juliane dengan suara bergetar.

Ethan merangkul Juliane, mencoba menenangkan dirinya sendiri dan istrinya yang hancur. Tubuh Juliane tampak kurus kering, jauh dari keceriaan yang dulu selalu terpancar dari wajahnya. Kini, ia lebih sering diam, menangis tanpa henti, dan pingsan berkali-kali.

"Aku bersumpah, kalau anak yang aku kandung adalah anak bajingan itu, aku tidak akan membiarkan hidupnya tenang. Aku akan membencinya seumur hidupku. Aku akan menyakitinya," ucap Juliane dengan kebencian yang membara di matanya.

"Iya, Sayang. Tapi, sebelum kita tahu dia anak pria itu atau anakku, kita harus menunggunya sampai lahir. Kalau terbukti, aku pun akan membuat hidup anak ini menderita. Lebih menderita dari apa yang telah pria itu lakukan kepadamu," janji Ethan dengan suara penuh amarah terpendam.

Rasa sakit dan kebencian Ethan tak menemukan pelampiasan selain kepada anak yang belum lahir itu, karena pria yang memperkosa istrinya seperti hilang ditelan bumi. Setiap upaya untuk mencarinya tak membuahkan hasil. Ethan menduga, mungkin pria itu berasal dari negara lain atau mungkin bagian dari kelompok mafia. Hingga detik ini, tidak ada jejak yang bisa mengarah pada keberadaan pria tersebut.

***

Ingatan itu berakhir dengan cerita yang membuat Brian hanya bisa pasrah. Dia tidak menyangka kalau ibunya telah mengalami penderitaan yang demikian mendalam. Dia juga tidak menyadari bahwa di balik sosok yang ia kenal sebagai wanita dingin, tersembunyi seorang wanita yang dulu penuh keceriaan.

"Apa kamu masih menyimpan kebencian terhadap ibumu?" tanya Thomas dengan nada lembut. Dahulu, dia tidak pernah berani membuka topik ini karena temperamen Brian yang mudah meledak. Menyebut nama mereka saja sudah cukup untuk memastikan malam Brian dipenuhi mimpi buruk dan amarah yang berkobar.

Sejak terakhir kali Thomas mencoba mengungkapkan kebenaran, yang justru berujung pada percobaan bunuh diri Brian, Thomas dan Steve sepakat untuk menyimpan rahasia itu rapat-rapat. Apalagi, Juliane dan Ethan memang memperlakukan Brian dengan cara yang sangat kejam. Mereka menyiksanya tanpa ampun. Namun, Thomas merasa Brian cukup beruntung bisa bertahan hidup di tengah siksaan yang tiada henti.

"Aku tidak tahu ...," lirih Brian, suaranya hampir tak terdengar.

"Brian, Grandpa tahu apa yang dilakukan oleh ibumu dan Ethan itu sangat keterlaluan. Tapi, mereka juga korban dari ayah biologismu. Grandpa tidak meminta kamu untuk memaafkan mereka, tetapi Grandpa berharap kamu bisa menemukan kedamaian dalam dirimu sendiri. Memaafkan bukan untuk mereka, tapi untuk kebahagiaanmu," kata Thomas sambil kembali menyeruput kopi hangatnya.

Istri Dingin Tuan MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang