Bab 49

1.1K 61 5
                                    

Ruang isolasi tempat Brian akan ditempatkan tampak seperti dunia yang terpisah, dengan suasana steril dan hening yang menyelimuti setiap sudut. Dindingnya berwarna putih pucat, dingin, dan kosong, menciptakan kesan ketat namun aman. Cahaya lembut dari lampu di langit-langit menerangi ruangan tanpa sudut gelap, seolah tak ingin ada celah bagi bayangan yang menakutkan. Di satu sisi, terdapat jendela kaca tebal yang memisahkan ruangan ini dari dunia luar, namun jendela itu bukan untuk melihat pemandangan—melainkan sebagai kontrol bagi tim medis untuk memantau kondisi pasien tanpa gangguan.

Di tengah ruangan berdiri sebuah tempat tidur khusus, kokoh namun sederhana, dengan sabuk pengaman di setiap sisi, siap menahan gerakan liar dari pasien jika perlu. Di sampingnya, monitor medis berkilat dengan angka-angka yang menunjukkan tanda-tanda vital pasien—denyut jantung, tekanan darah, dan tingkat oksigen.

Layar itu seolah menjadi satu-satunya sumber kehidupan yang bergerak di ruang ini. Tidak ada benda tajam atau peralatan berbahaya di sekeliling. Bahkan furnitur lain pun nyaris tak ada selain satu kursi plastik keras di pojok, menambah kesan hampa. Lantai ruang isolasi dilapisi material anti-slip, membuat setiap langkah terdengar tenang dan lembut, nyaris tak terdengar. Di sudut ruangan, kamera keamanan tersembunyi, terus mengawasi, memastikan tidak ada yang luput dari pengawasan.

Udara di ruangan terasa bersih namun kering, seolah membersihkan setiap emosi yang mencoba masuk. Suara deru mesin ventilasi terdengar pelan namun konsisten, satu-satunya suara di tengah keheningan. Tidak ada aroma apapun kecuali bau antiseptik yang tajam, menegaskan kebersihan yang ekstrem, di mana penyakit dan bahaya tak boleh mengendap.

Pintu ruang isolasi terbuat dari baja tebal, dengan sistem penguncian elektronik yang hanya bisa diakses oleh staf medis dengan kode tertentu. Dokter yang masuk harus mengenakan pelindung, melangkah hati-hati agar tidak memicu respon berbahaya dari pasien. Setiap prosedur terasa seperti tarian yang penuh kehati-hatian, dengan setiap gerakan dipertimbangkan untuk menghindari memicu trauma atau ketidakstabilan pasien.

Di sinilah Brian menghadapi perjuangan terbesarnya, dalam ruang yang tenang namun penuh ketegangan, di mana batas antara kesembuhan dan kehancuran begitu tipis. Setelah alter egonya berusaha mengambil alih tubuhnya, dengan kesadaran yang semakin menipis, Dokter Elena dan tim medis berhasil membawanya ke ruangan ini.

"Suntikkan dia dengan diazepam, cepat!" perintah Dokter Elena, suaranya tegas namun penuh ketenangan. Matanya menatap Brian dengan intensitas yang tak tergoyahkan.

Salah satu anggota tim medis, dengan tangan cekatan, menyiapkan suntikan. "Kita tidak punya banyak waktu, Dok," katanya, sembari memberikan suntikan dengan tangan yang tidak bergetar.

Elena mendekat ke Brian, berjongkok di sampingnya, menatap matanya yang gelisah. "Brian," katanya dengan suara lembut namun kuat, "kamu harus melawan ini. Jangan biarkan dia mengambil alih. Fokus pada suaramu sendiri, pada pikiranmu sendiri."

Brian mengerang, pandangannya buram. "Aku ... aku tidak bisa ...." Napasnya terengah, seolah ada yang menekan dadanya dengan kuat.

"Kamu bisa," jawab Elena, suaranya penuh keyakinan. "Ingat kenapa kamu harus bertahan. Ingat orang-orang yang mencintaimu, yang menunggumu."

Perlahan, obat penenang mulai bekerja. Ekspresi Brian mereda, napasnya lebih stabil. Elena dan tim medis menarik napas lega, melihat perubahan itu. "Kita sekarang keluar dan pantau di monitor," ujar Elena, bangkit berdiri dengan tenang.

"Baik, Dok," jawab salah satu anggota tim, mengikuti Elena keluar. Mereka membiarkan Brian beristirahat, sementara CCTV mengawasi setiap gerakannya.

Di luar ruangan, Elena berhenti sejenak, mengepalkan tangan sambil menatap ke layar monitor. "Sebaiknya aku tidak memberitahu Kinsley soal ini dulu," gumamnya, setengah kepada dirinya sendiri. "Dia pasti akan cemas, dan Brian pun tidak ingin melihatnya sedih. Lebih baik aku sampaikan nanti pada Steve."

Istri Dingin Tuan MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang