Bab 37

3.4K 151 13
                                    

Suara deru ombak terdengar bergemuruh, seolah-olah samudra sedang bercerita tentang rahasia-rahasianya yang terdalam. Hembusan angin malam yang sejuk merasuk ke dalam kulit, menimbulkan sensasi dingin yang menyapu seluruh tubuh. Di atas pasir lembut, seorang wanita duduk bersama pria yang membawanya ke tempat ini tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu.

"Steve, kalau lo diam terus, gue bisa mati kedinginan di sini," kata Anne dengan nada kesal, tangannya menggosok-gosok lengan untuk mengusir rasa dingin yang semakin menusuk.

Sejak mereka tiba, Steve belum mengucapkan sepatah kata pun. Tatapannya terpaku pada ombak yang saling mengejar, seolah-olah mempersilakan pikirannya terhanyut bersama air yang tak pernah berhenti bergerak.

"An, sebenarnya gua nggak mau cerita apapun," katanya akhirnya, membuat Anne melotot tak percaya.

"You are crazy! Lo bawa gue ke sini cuma buat ngerasain dingin?!" Suara Anne meninggi, penuh kemarahan dan kebingungan. Dia sudah bersiap untuk bangkit, namun tangan Steve dengan cepat menahannya, seolah-olah memohon tanpa kata.

"Gua memang nggak mau cerita apapun, tapi gua butuh lo, An. Gua nggak tahu harus mulai dari mana. Gua bahagia, tapi juga sedih dan hancur. Brian itu sudah gua anggap saudara gua sendiri. Tapi, melihat dia seperti orang yang kehilangan arah, merasa rendah dan selalu merasa nggak pantas hidup, gua ... sakit," kata Steve dengan mata yang mencerminkan kepedihan yang mendalam. Meski suaranya masih terdengar stabil, namun sorot matanya memperlihatkan luka yang tak kasat mata. Anne menyadari betapa terlukanya Steve.

Melihat Anne tidak melakukan perlawanan apapun, Steve menarik tangannya dengan lembut. Dia menjadikan tangannya penopang di samping tubuhnya, sementara Anne memeluk lututnya sembari menatap Steve dari samping dengan tatapan penuh empati.

"Gua tahu apa yang dirasakan Brian meski gua nggak di posisinya. Gua tahu, tapi gua mau dia merelakan rasa sakitnya. Gua yakin, nggak selamanya rasa sakit bisa sembuh dengan balas dendam. Terkadang ikhlas adalah cara yang paling ampuh, tapi Brian selama bertahun-tahun menolak, An. Dia menolak semua. Memilih dendam sampai gua rasanya mau nangis kalau ingat dia hari ini mau belajar untuk rela," kata Steve dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Anne yang mendengarnya tanpa sadar lebih dulu meneteskan air mata. Perasaannya campur aduk antara duka dan simpati. Meskipun Brian tidak secerah Steve yang selalu terbuka, pria itu memiliki tempat istimewa di hatinya, bagai seorang kakak yang diam-diam selalu ada.

"Gua senang, An. Gua bahagia sampai nggak tahu cara mengungkapkan rasa bahagia gua." Senyuman tipis tersungging di bibir Steve, membuat Anne ikut menyematkan senyum kecil di wajahnya.

"Steve, selama gue kenal lo. Ini pertama kali dalam hidup gue ngeliat sisi lain dari diri lo. Ya gue tahu lo itu playboy, menyebalkan, mesum dan ternyata di balik itu lo menyimpan luka juga," batin Anne.

Steve memutuskan kontak mata, pandangannya kembali mengarah ke pantai. Wajahnya memancarkan kelegaan, seperti seseorang yang baru saja melepaskan beban berat dari pundaknya.

"Gua besok bakal mengurus Mr. Andrew karena gua janji sama Brian kalau gua bakal kasih pelajaran yang setimpal buat mereka," kata Steve, suaranya tegas dengan tekad yang menggelegak.

Anne menghela napas panjang, mencoba merangkai kata-kata yang tepat. "Gue ... gue nggak tahu harus ngomong apa. Tapi, gue seneng dengerin kalau Brian udah mau merelakan rasa sakitnya."

"Iya, dan saat Brian nanti dirawat. Lo harus bantu gua jagain Kinsley. Apalagi kondisinya seperti ini."

"Memangnya, Brian mau dirawat di mana?" tanya Anne, dahi berkerut kecil, menandakan rasa penasaran yang menggelitik.

"Di rumah sakit tempat Dr. Elena bekerja," jawab Steve dengan suara yang tenang, seolah menenangkan badai kecil di dalam dirinya.

Percakapan berlanjut hingga malam. Steve menceritakan keputusan Brian untuk dirawat, membuat Anne lebih tenang. Setelah satu jam berbicara, mereka memutuskan untuk pulang.

Istri Dingin Tuan MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang