Senin, 29 Juli 2019
Jam pelajaran terakhir di kelas Kiev kosong. Pak Bima, guru Bahasa Indonesia kelas XI IPS 5 yang seharusnya mengajar siang itu berhalangan hadir karena kepentingan pribadi. Biasanya Kiev pasti akan langsung kabur dari kelas untuk menyendiri dan fokus menulis naskah film buatannya di basecamp Levinema, atau di perpustakaan jika basecamp sedang banyak orang.
Namun, sejak tadi cowok itu hanya melamun sambil mencoret-coret buku catatannya sembarangan.
"Kantin yuk," ajak JS. Cowok itu menyenggol siku Kiev yang lemas sehingga tangan Kiev yang memegang pena membuat coretan panjang di kertas.
Kiev berdecak. "Males. Nggak lapar," jawabnya lesu.
Tanpa berusaha membujuk sahabatnya sekali lagi, JS langsung ngeloyor pergi keluar dari kelas begitu saja.
Kiev memutar bola matanya. Sudah tiga hari ini Kiev kehilangan selera makan. Cowok itu masih memikirkan kejadian Jumat lalu saat mendatangi rumah Kakek Ginanjar bersama JS. Semua gara-gara video aneh yang muncul saat dia memutar film dari proyektor antik milik Kakek Ginanjar.
Kiev sampai berpikir apakah dirinya berhalusinasi malam itu. Dia mencoba menceritakan apa yang dilihatnya pada JS. Jangankan percaya, sahabatnya itu malah memintanya untuk mengembalikan proyektor antik itu ke tempat semula.
"Udah dibilang sama Kakek Gin jangan main-main sama proyektor itu, tapi lo bandel. Jadi aneh kan lo sekarang. Ngaco," komentar JS malam itu.
Kiev tidak bisa mendebat karena dirinya sendiri belum yakin dengan video yang dilihatnya. Hanya saja, gambar-gambar bergerak itu tampak nyata di matanya dan tidak asing.
Karena penasaran, hari itu Kiev memutuskan untuk membawa pulang proyektor milik kakeknya. Di rumahnya, cowok itu mencoba beberapa kali memutar film dari roll yang sama. Video yang sama tidak muncul kembali.
Namun, ketika semalam Kiev mencoba menyalakan kembali proyektor itu, sebuah video random yang bukan bagian dari film yang dia putar kembali muncul. Hanya beberapa detik saja, kemudian proyektor itu mati kembali. Persis seperti kejadian di rumah kakeknya. Hingga saat ini, Kiev masih ingat potongan-potongan video yang muncul beberapa detik itu.
Kiev menegakkan tubuhnya. Cowok itu menyibak kertas di buku catatannya untuk mencari halaman kosong. Di sana, dia menuliskan apa saja yang dia lihat di video proyektor antik malam itu. Setelah itu, Kiev membacanya berulang kali sambil memikirkan tulisan-tulisan itu satu persatu. Kali ini, dia lebih familiar dengan apa yang dia lihat daripada video sebelumnya. Namun, dia tetap tidak bisa memecahkan maksud dari video itu.
"Auk ah!" Kiev menyerah.
Cowok itu menyobek halaman buku catatannya, kemudian meremas-remas kertas itu menjadi bulatan. Bangku Kiev yang berada di barisan paling depan ujung dan dekat dengan pintu, membuat cowok itu mempunyai ide untuk melemparkan bulatan kertas itu langsung ke tong sampah yang ada di depan kelas.
"Satu... dua..." Kiev melempar bulatan kertas itu kuat-kuat, berharap akan tepat sasaran masuk ke tong sampah.
Sayangnya, bulatan kertas itu mendarat bersamaan dengan seorang cewek yang lewat depan kelas Kiev. Bulatan kertas itu mengenai punggung cewek itu.
"Aduh!" seru cewek itu.
Cewek itu menoleh. "Kipli!" serunya marah.
"Waduh, Dinka!" seru Kiev tertahan.
Kiev mengira Dinka akan menghampirinya kemudian marah-marah seperti biasanya. Namun, di luar dugaan, cewek itu hanya menatapnya selama beberapa saat, kemudian pergi sambil mengembuskan napas berat.
![](https://img.wattpad.com/cover/322487194-288-k789912.jpg)
YOU ARE READING
SPOILER
Mystery / ThrillerKIEV tiba-tiba bisa melihat spoiler kejadian yang akan datang lewat proyektor tua milik kakeknya yang dia bawa ke pameran Klub Film sekolah. Awalnya menyenangkan, sampai akhirnya Kiev melihat spoiler kematian Jonathan, guru pembina Klub Film Levinem...