Eps. 19 - Funeral

107 37 12
                                    


Rabu, 7 Agustus 2019

Jonathan Chang dimakamkan Rabu pagi pukul 09.00 di Pemakaman Umum Yayasan Lentera Victoria. Setiap kelas di SMA LV diminta mengirim perwakilan siswanya untuk mengikuti proses pemakaman guru muda itu. Sementara itu, seluruh anggota klub Levinema yang adalah anak didik Jonathan diberi izin khusus untuk tidak mengikuti pelajaran dan hadir ke pemakaman termasuk di antaranya Kiev, Dinka, JS, Ale, dan Rissa. Pemakaman Jonathan berjalan dengan lancar. Hampir semua guru SMA LV berada di sana termasuk Baskoro, Gamal, dan Hendra, wakil kepala SMA LV.

Kiev mengamati semua orang yang hadir di pemakaman itu satu persatu. Sebagian besar teman-temannya dari Klub Levinema, terutama yang perempuan menangisi kepergian Jonathan yang mendadak itu. Sementara yang lain meski tidak menangis, tetap menunjukkan rasa duka yang mendalam atas kepergian guru muda yang terkenal ramah dan baik di SMA LV itu.

Kiev memperhatikan Dinka dan Rissa yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Rissa masih tersedu-sedu meski tidak sehisteris kemarin, sementara Dinka sudah terlihat jauh lebih tenang meski masih tersirat ekspresi tidak percaya di wajah cewek galak itu.

"Selamat pagi, Bapak Ibu, dan anak-anakku sekalian yang terkasih." Pendeta Morgan, pendeta dari Yayasan Lentera Victoria yang akan memimpin ibadah penguburan segera memulai khotbahnya dan memimpin doa sebelum peti diturunkan ke liang kubur.

Sambil menyimak dengan khusyuk khotbah dari Pendeta Morgan, tanpa sengaja mata Kiev menangkap sosok yang tak asing baginya muncul di barisan paling belakang kerumunan para peziarah. Sosok itu hanya mematung sambil menatap ke arah peti mati Jonathan di tengah-tengah kerumunan.

Sosok itu adalah Baron. Kiev mengernyit heran. Tidak biasanya cowok itu datang sendirian dan tidak diikuti oleh dua anak buah setianya, Eki dan Nando. Tidak hanya itu, Kiev kesulitan saat berusaha menangkap ekspresi yang ditampilkan wajah cowok sangar itu. Lebih tepatnya, ini pertama kalinya Kiev melihat Baron tampak sedih dan tidak segarang biasanya.

Wajah Baron terlihat kuyu, dengan mata sendu dan dahi yang terus mengerut. Sesekali cowok itu menunduk dan mengusap-usap hidungnya. Baron yang selalu muncul dengan dagu terangkat dan bahu membusung seperti seorang jagoan yang tak takut apa pun, kali ini terlihat rapuh, membuat Kiev menghela napas panjang karena merasa heran.

Kiev masih terus menatap Baron hingga akhirnya tatapan mereka bertemu. Dengan cepat Baron segera mengalihkan pandangan. Cowok itu bahkan langsung membalik badan dan bergegas menjauh dari area pemakaman. Kiev mengernyit kebingungan. Gelagat Baron semakin membuat Kiev curiga. Namun mengapa kemarin saat di Ruang BK Baskoro terlihat seperti membebaskan Baron begitu saja hanya dengan alasan tidak ada bukti.

Khotbah dan doa yang dipimpin Pendeta Morgan pun selesai. Kini peti mati Jonathan Chang siap untuk diturunkan ke liang lahat kemudian ditimbun dengan tanah. Perhatian Kiev kembali terpusat pada upacara penguburan guru muda yang menjadi panutannya selama ini.

Ketika akhirnya peti berwarna putih gading itu benar-benar turun, Kiev merasakan dadanya begitu sesak, sama seperti ketika pertama kali dirinya menemukan tubuh Jonathan yang terkapar penuh darah di rooftop gedung auditorium dua hari yang lalu. Cowok berkacamata itu pun menepuk-nepuk dadanya pelan untuk menyingkirkan rasa sesak itu.

"Kiev," panggil JS sambil menyenggol lengan Kiev.

"Hm?" sahut Kiev pelan.

"Sabar," tambah JS. Cowok itu merangkul Kiev dan menepuk bahunya pelan.

Kiev mengangguk dan tersenyum kecil. Tidak seperti dirinya, atau anggota klub yang lain, JS tidak terlalu dekat dengan Jonathan Chang. Meski begitu Kiev tahu bahwa sahabatnya itu juga pasti merasa sedih meski tidak ditampakkan pada wajahnya.

SPOILERWhere stories live. Discover now