Alternative Ending. An ending we never wanted.
⚠️ contents might triggering
•
•Jami sedang termenung di hadapan laptop menyala ketika orang yang sejak kejadian semalam 'tidur' akhirnya bangun. Segera dia mendekat, melempar rentetan tanya,
"Gimana gimana? Butuh apa? Mau gue panggilin suster? Atau Amih lo? Ada yang nggak nyaman?"
Namun dengan gerakan tangan Vander mencegahnya pergi.
Setelah mengatur napas, tiba-tiba Vander batuk hebat. Jami lekas membuka masker oksigennya dan Vander langsung beralih ke posisi miring dengan wajah menghadap lantai.
Mata Jami membola melihat cairan merah yang keluar. Tapi dia berusaha tenang, membantu Vander kembali menyamankan diri setelah dirasa cukup.
"Nder," lidahnya kelu untuk berucap.
"Biasa." Vander memejamkan mata untuk membenarkan napasnya. "Paru-paru gue rusak," katanya parau.
Daripada diam membisu sebab tidak tau bagaimana menanggapinya, Jami mengambil tisu untuk membersihkan noda di sekitar mulut Vander.
Ruang di antara mereka diisi senyap. Vander bergulat dengan tubuh tak karuannya, sedangkan Jami membersihkan genangan darah di lantai. Setelahnya pun dia hanya diam memperhatikan perawat memeriksa serta memakaikan selang oksigen.
Jami bertemu Jihan dan Laura di depan kamar saat hendak mengambil air untuknya sendiri. Jihan tampak lesu dengan mata berkantung.
"Kok bisa bareng?" tanyanya basa-basi.
Wanita yang lebih tua melirik sekilas ke yang termuda. "Tadi Jihan survei buat koasnya. Eh kebetulan gue selesai shift jadi sekalian aja."
Paham arti tatapan Jami yang lekat kepada Jihan, maka Laura berinisiatif memberi mereka ruang. "Gue masuk dulu," katanya sebelum melenggang pergi.
"Jangan ngelamun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pleaser ⁽ᴱᴺᴰ⁾
Hayran KurguOrang lain? Nomor satu untuk Evander. Lalu dirinya? Ada di nomor sekian sekian sekian. 𝐏𝐞𝐨𝐩𝐥𝐞-𝐩𝐥𝐞𝐚𝐬𝐞𝐫 (adj.) adalah sebutan bagi seseorang yang selalu berusaha melakukan atau mengatakan hal yang menyenangkan orang lain, meski bertentang...