"Kemarin aku pergi bersama ayah ke pernikahan temannya," Anak laki-laki itu berdiri di depan seorang anak perempuan yang memalingkan wajahnya. "Aku tidak bertanya," ujar anak perempuan itu.
"Aku hanya memberitahu mu," ucap sang anak laki-laki. "Jadi sekarang berhentilah marah, aku akan bermain bersama mu hari ini," anak laki-laki itu berusaha membujuk, tampak anak perempuan dengan rambut pendek yang ada di depannya tidak tertarik, masih kesal karena merasa ditinggalkan sehingga tidak memiliki teman untuk bermain kemarin.
"Kau tau, pengantin perempuannya sangat cantik sepertimu. Pengantin laki-lakinya juga tampan seperti aku," anak perempuan itu menoleh, "Benarkah? Apa nanti kita juga akan menikah seperti mereka?" Sepertinya rasa kesal itu sekarang tergantikan dengan rasa penasaran. "Tentu saja, tapi itu setelah kita besar," jelas anak laki-laki itu.
"Bagaimana dengan aku?" Sepertinya mereka lupa akan keberadaan anak laki-laki yang sedari tadi asik menyimak percakapan mereka. "Tentu saja kau juga akan menikah, kita bertiga akan menikah," Anak perempuan itu menjelaskan.
"Kita bertiga akan menikah? Apa itu artinya kau akan punya dua suami?
Tidak ada senyuman apalagi tawa saat ingatan itu terlintas, semuanya terasa menyiksa. Kebenaran yang ternyata menyesakkan dada. Apa yang akan terjadi sekarang? Apakah tidak masalah jika mengakhiri hidupnya sekarang?
Mengapa masa kecil itu menyenangkan? Saat masih anak-anak, belum ada beban pikiran, saling mengejek dengan teman, tidak melibatkan perasaan.
Lalu bagaimana sekarang, apakah ini sebuah cinta segitiga? Tentang sahabat, teman, penghianatan, keluarga. Semuanya menyatu menyipitkan rasa yang sulit diungkapkan.Apakah untuk mencapai sebuah mimpi harus mengorbankan banyak hal? Bagaimana kalau kita lebih baik tidur dan bermimpi? Tapi, sampai kapan akan terus tidur?
Sebuah coretan dibalik dinding mengalihkan pandangannya sejenak, menyipitkan matanya untuk menangkap dengan jelas kumpulan huruf yang terangkai.
•••
Saat separuh jiwamu sudah pergi, lalu kenapa kau masih bertahan? Bukankah lebih baik jika kau pergi bersamanya!•••
Perempuan itu tersentak saat pintu terbuka dengan paksa, menimbulkan sebuah suara kuras yang membuat telinga berdengung. Menoleh, melihat seorang laki-laki dengan tubuh tingginya. Tanpa kata, menariknya keluar dan menjauh.
Dan di sinilah mereka, di sebuah sebuah taman yang terlihat sangat indah jika dilihat dari lantai paling atas. Dua pasang manusia berdiri saling berhadapan. Sosok laki-laki yang mengenakan baju kaos dan celana jeans, dengan sosok perempuan yang mengenakan seragam SMA nya.
'Plak'
Di bawah derasnya air hujan, perempuan dengan seragam SMA itu jatuh tersungkur saat sebuah tamparan keras mengenai wajahnya. Sosok laki-laki yang baru saja melayangkan tamparan itu tampak marah, sangat marah. Tangannya mengepal, rasanya ingin menghajar habis-habisan perempuan yang sekarang tersungkur di hadapannya.
Deruh napasnya yang memburu terdengar jelas dengan iringan air hujan yang membasahi mereka. "Apa yang Lo lakukan Sialan!" Bentakan yang keluar dari mulutnya cukup nyaring menyapa gendang telinga yang sangat lembut.
Wanita yang masih tersungkur di tanah memejamkan matanya, air hujan yang menerpa tubuhnya seperti tusukan ribuan paku. Tangan kanannya bergerak, menyentuh sudut bibirnya yang mengeluarkan darah. Dia mendongak, melihat laki-laki yang masih menatap marah padanya. Matanya memerah, entah karena air hujan atau emosinya yang membara.
"Jangan pernah tunjukan muka Lo dihadapan gue, dihadapan mama gue, jangan pernah!" Teriaknya lebih keras, urat-urat dilehernya sampai menonjol. Dia kemudian mundur, berbalik, dan pergi dari sana.
Perempuan itu berdiri, di bawah derasnya air hujan bunga-bunga yang bermekaran tampak indah. Ada beberapa yang jatuh dan patah karena tertimpa air hujan yang begitu deras, dia tidak bisa bertahan lebih lama di tangkainya.
"Nightmare - seventeen, happy birthday Bintang Glora Ols!" Gumamnya.
Saat berbalik, ribuan mata melihatnya, berbisik dan menatap remeh. Dia hanya bisa menunduk, menjadikan dirinya bahan tontonan. Tidak ada pilihan lain, dia berusaha menerobos kumpulan orang-orang, meskipun dadanya terasa sesak saat harus mendengar kata-kata kasar dan cacian yang keluar dari mulut mereka.
"Dia siapa sih?"
"Gue baru tahu dia saat pacaran sama kak Axel, terasa gak mungkin banget kan!"
"Ternyata jual diri,"
"Jalang kecil!"
Dia mengabaikan kata-kata yang ditujukan padanya, berlari keluar dan menjauh. Dadanya terasa sesak, hatinya terasa hancur, namun tidak ada air mata yang keluar. Dia hanya terus berjalan hingga melewati gerbang sekolahnya. Terus berlari menjauh, rasanya ingin menghilang saja.
Entah dimana saat ini dia berada, tampak sepi. Tidak ada rumah, hanya pepohonan. Jalanan yang luas tanpa ada kendaraan yang melalui. Dia berhenti, melihat di seberang sana. Seorang wanita yang memakai seragam yang sama dengannya, berteduh di sebuah halte. Tubuhnya tinggi, rambutnya yang panjang terurai tampak beterbangan ditiup angin. Sepertinya Angin dan hujan adalah sahabat sejati, mereka sering datang bersamaan.
Dia menyebrang dengan cepat, mulutnya terasa terkunci saat mata itu menatapnya tajam. "Gue udah beri peringatan kan?" Wanita itu sedikit menjauh, memberi jarak. Wanita itu menatapnya, tubuh yang basah dengan bibir pucat.
"Maaf," Cukup lama diam namun hanya kata itu yang keluar dari mulutnya, sedangkan wanita itu hanya menampakkan wajah datarnya tanpa ekspresi. "Menjauh dari gue," ucap wanita itu kemudian memutar tubuhnya, membelakanginya.
Dia yang merasa bahwa kehadirannya mengganggu, memundurkan tubuhnya menjauh. Kembali menyebrang jalan, menerobos air hujan yang semakin deras. Kakinya berhenti melangkah saat mendengar sebuah alunan lagu yang berasal dari saku roknya. Mengambil benda pipih yang ternyata masih menyala meskipun sudah basah.
Baru saja menggeser tombol hijau, terdengar suara nyaring yang keluar dari hpnya. Suara nyaring yang membuat tubuhnya kaku, aliran darahnya terasa berhenti..
"Lo dimana? Mama..., Mama ninggalin kita!"
•••••
Selamat Membaca, semoga kalian suka ceritanya 🐈
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan komen 😽
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare ~17
Teen FictionTentang mimpi buruk yang tiba-tiba datang dalam hidup Bintang, menghadirkan segenap cerita yang pernah diimpikannya yang secara tidak kasat mata juga menghabisinya secara perlahan-lahan. "Aku lelah! Biarkan aku beristirahat, sejenak? Atau selamanya...