Chapter 01

44 32 16
                                    

"Kalian merasa ada yang aneh gak sih?" Seorang perempuan dengan rambut panjang yang lurus menatap dua temannya yang sedang sibuk membuka kulit kuaci

"Gak ada yang aneh selain nih orang, dari tadi sibuk buka kuaci tapi gak dimakan, sini buat gue" perempuan dengan rambut sebahu itu berusaha merebut isi kuaci yang terkumpul dalam sobekan kertas.

"BIA! Jangan, aku itu sengaja tau kumpulin kayak begini biar makannya sekalian" ucap perempuan yang satu berusaha melindungi kuaci nya dari tangan Bia.

Bintang Glora Ols, lebih dikenal dengan nama Bia. Seorang siswa SMA kelas sebelas yang tidak begitu terkenal di sekolahnya, karena cuek juga karena malas aja kalau terlalu banyak berinteraksi dengan mahluk yang namanya manusia. Bia, yang selalu terlihat manis saat tersenyum dengan lesung pipinya. Kulitnya yang sawo matang dengan bulu mata yang lentik dan rambut yang dipotong pendek sebahu.

"Kalian bisa dengar gue dulu gak sih, gue lagi ngomong serius," ucap perempuan yang tidak lain adalah Niki Amanda, sapaannya Kiki. Dibandingkan kedua temannya, Kiki terlihat mencolok dengan tubuh tinggi, kulit putih dan hidung mancung, juga jangan lupakan rambut panjangnya yang selalu digerai. Dibandingkan dengan kedua temannya, Kiki adalah orang yang terkenal di sekolah, selain karena kecantikannya Kiki juga merupakan wakil ketua OSIS.

"Tapi aku juga merasa gak ada yang aneh Kii," ucap perempuan satunya, masih sibuk dengan kuaci. Angelia Rosie atau Enjel, yang terlalu polos untuk diracuni otaknya. Enjel juga lebih pendek dan kecil hingga beberapa teman kelasnya biasa memanggilnya tuyul. Meskipun begitu, Enjel merupakan gadis yang lemah lembut, selalu tersenyum ramah pada siapapun. Matanya sipit, kulitnya putih dengan wajah yang gembul seperti bayi juga rambut poni andalannya.

"Dahlah, kalian gak ada yang peka," Kiki tampak ngambek saat tidak ada yang tertarik dengan pembicaraannya, kedua temannya hanya sibuk dengan kuaci. Kiki jadi merasa menyesal membawa kuaci ke sekolah.

"Kenapa emang Ki?" Tanya Bia, mengalihkan perhatiannya pada Kiki. Sedangkan Kiki tampak tersenyum saat sudah ada yang mau menanggapinya. "Kalian tau kak Axel kan? Akhir-akhir ini gue sering banget liat dia bolos sekolah, gue juga sering liat dia di depan kelas kita saat pulang sekolah" ucap Kiki merasa aneh, kakak kelasnya yang bernama Axel itu merupakan siswa andalan semua guru-guru.

Akhir-akhir ini Kiki sering melihat kakak kelasnya itu berkeliaran di luar kelas saat masih jam pelajaran bahkan beberapa kali Kiki melihatnya diam-diam keluar dari sekolah melalui pintu belakang. Kalau Kiki jangan tanya kenapa dia berkeliaran saat masih jam pelajaran, itu karena dia baru menjabat sebagai wakil ketua OSIS dan sekarang sedang sibuk-sibuknya mengurus kegiatan-kegiatan yang akan datang.

Dan yang paling membuat Kiki merasa aneh adalah saat jam pulang sekolah dimana sudah tidak banyak lagi siswa, Kiki sering melihat Axel yang berdiri di depan kelasnya memandangi pintu yang tertutup.

"Kak Axel siapa sih? Gue gak kenal," ucap Bia yang sukses membuat Kiki mendengus kesal, lagian percuma juga dia cerita sama mahluk seperti Bia yang tidak terlalu tertarik dengan kehidupan manusia lain.

"Masa kamu gak kenal si Bia, aku kasih tau yah. Kak Axel itu cowok paling cakep di sekolah, semua cewe cewe sampai rela gak ke kantin demi lihat kak Axel yang baca buku di perpustakaan," ucap Enjel menjelaskan, sedangkan Bia menatap datar pada Enjel, " Gak semua cewe kali, karena gue gak tuh. Gue bahkan gak tau dia siapa," ucap Bia dengan lugasnya.

"Hello my girls, sang pangeran yang terlalu tampan dan pemberani ini datang" ucap seorang siswa laki-laki yang baru saja memasuki kelas diikuti para antek-anteknya. "Widih pada ngemil gak ngajak," ucap cowok yang satunya dengan cepat mengambil kuaci yang masih tersisa banyak.

"Ibal, yang bener lu? Ternyata selera lu yang murah dan nyampah ya ternyata," ucap siswa laki-laki yang tadi dan langsung mendapat tatapan sinis dari cowok yang dipanggil Ibal. "Kek lu gak demen aja," balas Ibal, lebih tepatnya Iqbal. Salahkan Angkasa yang suka mengganti-ganti nama orang seenaknya.

"Kalian pada ngapain ke sini sih? Berisik tau gak," Kiki rada sebal kalau sudah ada tiga laki-laki kang rusuh ini. Ralat, lebih tepatnya hanya dua orang yang rusuh, kalau Angga mah cuek-cuek perhatian, idaman pokoknya.

"Nih," Angga memberikan sebuah susu kotak pada Bia membuat semua mata langsung tertuju pada dia, "iya, makasih Ngga," ucap Bia, Angga adalah teman satu kelasnya dengan Kiki dan Enjel, sedangkan Angkasa dan Iqbal adalah siswa kelas dua belas.

"Gercep banget lu Ngga," ucap Iqbal yang asik mengunyah, sedangkan Angga tanpa menjawab melangkah ke belakang, ke tempat duduknya. "Angga diam-diam perhatian, lucuu," ucap Enjel gemes.

"Bang Aka juga perhatian kok Enjel, mau Abang beliin gak? Sama pabriknya deh sekalian," ucap Angkasa tampak sungguh-sungguh dengan ucapannya. Sedangkan Bia memutar bola matanya malas melihat sepupunya yang satu ini.

"Iqbal, sampahnya kumpulin! Jangan buang sembarangan," Kiki dengan suara nyaring membuat Iqbal menutup telinga, kulit kuaci berserakan di lantai.

"Mending kalian pada balik deh, ganggu tau gak" ucap Bia mengusir dua orang yang menjadi tersangka kenapa banyak kulit kuaci yang berserakan di lantai. "Iya, kalian balik sana," ucap Kiki mendorong Iqbal yang memang ada di dekatnya.

"Iya-iya, tunggu," Iqbal memindahkan kuaci dari pembungkusnya ke dalam saku depan bajunya. Sedangkan Angkasa meneriaki Angga dan tampak memberi kode, hingga mereka bertiga keluar bersamaan meninggalkan Bia, Kiki dan Enjel.

"Main Truth or Dare yuk. Kemarin aku liat film dan mereka main itu, kayaknya seru," ajak Enjel tiba-tiba saat setelah hening beberapa saat. "Gak seru, yang lain aja deh," ucap Bia tidak setuju tapi Kiki malah setuju membuat Bia akhirnya ngikut saja.

"Langsung aja deh, Bia dulu" ucap Enjel menatap Bia yang tampak tidak bersemangat, "Truth or Dare?" Tanya Enjel, Bia tampak berpikir beberapa saat. "Truth, eh Dare aja deh" ucap Bia.

"Mau kasih tantangan apa Kii?" Tanya Enjel sedangkan Bia mulai was-was, takut kalau sampai dua temannya ini aneh-aneh. "Lu aja deh Enjel yang kasih, gue lagi gak kepikiran tantangan yang seru buat mahluk satu ini," ucap Kiki.

"Emh," Enjel tampak berpikir beberapa saat sebelum akhirnya menjentikkan jarinya. "Gini deh, aku punya tantangan yang seru. Kan Bia katanya gak kenal kan sama kak Axel, jadi tantangannya adalah Bia harus mengajak kak Axel untuk keluar jalan-jalan sama Bia minggu ini," ucap Enjel mengutarakan ide dan tantangannya.

"Apaan, gak mau gue" ucap Bia langsung menolak mentah-mentah, sedangkan kiki tampak mempertimbangkan, "Boleh juga," ucap Kiki membuat Bia melotot, teman-temannya gak waras, gila.

"Gak, gue gak mau titik." Ucap Bintang tegas tidak ingin diganggu gugat. "Bia takut ya? Gak seru ih," ucap Enjel saat Bia menolak sedangkan Kiki mengangguk setuju dengan perkataan Enjel.

Bia menatap kedua temannya, kemudian menghela napas. "Yaudah iya, cuma ngajak jalan doang kan. Kalian pasti ngarep banget liat gue keluar dari rumah di hari Minggu yang sangat damai dan tentram," Setelah kembali memikirkannya, sepertinya tidak apa-apa jika Bia menerima tantangan ini, lagian cuma satu hari.

•••••
Jangan Lupa Vote ygy, lopelope segaban buat yang sudah vote❤️❤️

Mungkin yang sebelumnya pernah baca cerita "Aurels Letter" bakal merasa tidak asing dengan beberapa tokoh dalam cerita ini, karena mereka memang orang yang sama hehehehe, untuk cerita Aurels Letter sudah aku hapus dari wattpad ygy, jadi selamat menikmati cerita ini😽

Nightmare ~17Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang