Hari ini Bia berangkat ke sekolah lebih awal karena mamanya juga berangkat kerja lebih awal, sehingga masih sedikit orang yang ada di sekolah. Saat masuk ke sekolah, Bia tidak langsung ke kelasnya melainkan ke kantin karena tadi tidak sempat sarapan, lagipula sekarang baru jam setengah tujuh, berarti masih ada satu jam sebelum masuk jam pertama.
Bia berjalan ke kantin sendirian, saat masuk ke kantin ternyata sudah banyak siswa yang sedang makan di sana, termasuk dua orang laki-laki yang sangat dikenalinya. Bia melangkah ke arah dua orang laki-laki yang sedang makan itu.
"Kalian pada nginap di sini apa gimana? Cepat bener sampainya," ucap Bia membuat dua orang itu langsung menoleh ke arahnya. "Lu sendiri? Nginep di sini juga apa gimana, cepat bener sampainya" ucap Iqbal mengulangi kata-kata Bia membuat Bia mendengus kesal, berbeda dengan Angga yang langsung menarik kursi dari meja sebelah agar Bia bisa duduk bergabung dengan mereka.
"Mau pesan apa? Nasi goreng seafood?" Tanya Angga dengan muka datarnya, Bia sudah duduk. "Iya, eh gak usah Angga biar gue pesan sendiri," ucap Bia namun Angga sudah berlalu pergi.
"Teman gue keren bener dah, udah gitu peka lagi. Emang gak salah gue didik dia selama ini," ucap Iqbal merasa bangga sembari menepuk-nepuk dadanya.
"Idih, siapa lu" ucap Bia meledek Iqbal. Meskipun Iqbal merupakan kakak kelas Bia, tapi mereka sudah akrab dan sering bercanda bersama. Hal ini juga karena Angkasa yang merupakan sepupu Bia yang menjadi teman akrab Iqbal. Berbeda dengan Angga yang sedikit kaku, cuek dan malas berbicara, sehingga yang lainnya agak segan kalau ingin bercanda dengan Angga yang selalu terlihat tampak serius.
"Gak pakai udang kan?" Setelah cukup lama Bia dan Iqbal mengobrol, Angga datang dengan nampang yang di dalamnya sudah ada piring yang berisikan nasi goreng juga minuman, lemon tea. Bia mengangguk kemudian berterimakasih.
"Nyamar jadi pelayan lo Ngga? Boleh sih, sepertinya lo udah mahir dalam perihal ini," Iqbal tertawa, sepertinya Angga menunggu pesanan Bia hingga dia sendiri yang membawanya ke Bia.
Tanpa menjawab Angga kembali duduk ke tempatnya, memakan bubur ayam yang dipesannya. Bubur ayam Angga terlihat berbeda dengan milik Iqbal, jika Angga masih terlihat tertata dengan rapi, milik Iqbal malah sudah tercampur aduk dengan warna yang sudah coklat gelap karena kecap. Ingat selalu bahwa Iqbal adalah pawang tempur yang selalu memimpin tawuran, tapi ada hal yang sangat ditakutinya. Sambel atau apapun itu yang bisa membakar lidahnya, dan yang paling dicintainya adalah kecap. Itupun hanya satu jenis kecap, yaitu kecap abjad.
"Lo kalau sama doi doang baik, giliran sama teman sendiri jahat kamu mas," Iqbal berucap dengan dramatis memperagakan salah satu adegan sinetron. Karena tidak ada respon dari dua manusia di dekatnya, Iqbal akhirnya lanjut menghabiskan makanannya.
"Angga, kemarin kamu antar Enjel sampai rumahnya kan?" Bia bertanya setelah menghabiskan makanannya, begitu pun dua Iqbal dan Angga yang makanannya sudah habis. "Hm," jawab Angga hanya berupa deheman, tapi Bia yakin kalau Angga benar-benar mengantar Enjel.
"Gak, gue yakin sih kalau nih orang pasti tinggalin Enjel di tengah jalan," ucap Iqbal. Membuat Bia menoleh ke arah Angga untuk memastikan. "Dia yang gak mau gue antar," jelas Angga mengingat saat kemarin dia dan Enjel sudah di parkiran tapi Enjel malah menolak untuk diantar pulang karena ternyata dia sudah memesan taksi online.
"Angga ih, gak amanah banget. Padahal hanya anterin Enjel sampai rumahnya aja," Bia protes pada Angga, padahal kemarin Bia sudah percaya kalau Angga akan benar-benar mengantar Enjel sampai rumahnya. Tapi nyatanya tidak, Bia jadi merasa bersalah sudah meninggalkan Enjel pulang duluan kemarin.
"Dia pesan taksi," ucap Angga tanpa berniat menjelaskan, sedangkan Iqbal yang paham maksud Angga mulai menjelaskan pada Bia, "Gini Bia, mungkin kemarin waktu mau pulang Enjel sudah pesan taksi duluan. Sebelumnya dia juga bilang kan mau naik taksi, makanya waktu Angga mau anterin pulang ternyata taksinya udah sampai di depan jadi Enjel pulang naik taksi, kan gak enak juga sama kang taksinya kalau harus dicancel. Bener gak sih Ngga yang gue cerita barusan?" Setelah menggantikan Angga untuk menjelaskan panjang lebar, Iqbal bertanya diakhir kalimat pada Angga. Takut kalau apa yang dia cerita tidak sesuai.
"Hm" Angga mengangguk membenarkan cerita Iqbal, karena memang pada kenyataannya seperti itu. Hanya ada sedikit perbedaan waktu tapi alurnya tetap sama. "Lo mah udah dibantuin jelasin cuma bisa hm hm hm doang. Sariawan Lo," Iqbal ngegas saat Angga hanya menjawab dengan dehaman, bahkan terkesan tidak niat.
"Tau nih Angga, kek bayar pajak aja kalau ngomong banyak," ucap Bia ikut menanggapi, sedangkan Iqbal tertawa mendengar kalimat Bia barusan. "Kayaknya uang gue bakal habis semua kalau memang itu terjadi, gila sih," Iqbal jadi membayangkan kalau apa yang dikatakan Bia benar-benar terjadi.
"Hahaha, lucu banget Bal," seorang laki-laki menghampiri mereka, menarik kursi lalu duduk di samping Bia. "Ketawa Lo garing, gak lucu" ucap Iqbal pada Angkasa yang baru saja sampai.
"Jadi?" Angga langsung bertanya, entahlah apa yang sebenarnya dia tanyakan pada Angkasa, yang pasti Angkasa memberi kode untuk kedua temannya itu agar diam. "Jadi apa? Kalian mau bolos lagi kan?" Bia langsung menatap tiga laki-laki yang bersamanya ini.
"Siapa yang mau bolos Bibia, udah sana kamu balik ke kelas. Tadi gue udah lihat si Kiki Kunti sama Ayang Enjel naik ke kelas kalian," ucap Angkasa mengusir Bia agar segera kembali ke kelasnya karena ada sesuatu yang perlu dibicarakan dengan dua temannya ini, yang pasti mereka gak bisa bicara kalau ada Bia diantara mereka.
"Gak mau, bilang dulu kalian mau ngapain lagi. Ini udah hampir masuk jam pertama kalian gak boleh bolos, terutama Lo berdua" Bia menunjuk Angkasa dan Iqbal, "Kalian itu udah kelas tiga, sisa beberapa bilang lagi lulus. Nikmatin kek masa-masa sekolah biar ada yang bisa kalian kenang," ucap Bia menceramahi Angkasa dan Iqbal.
"Harusnya kalian itu jadi contoh yang baik buat adik kelas kalian, ini malah ngajakin adik kelasnya bolos bareng," lanjut Bia masih ngomel-ngomel. "Gak ada yang ngajakin, dia sendiri yang mau," ucap Angkasa menunjuk Angga yang hanya diam, mentang-mentang dibela sama doi.
"Bia mah gak asik, Angga lo gak setia kawan amat padahal la yang sering ngajak kita buat bolos," ucap Iqbal juga. "Udah kalian masuk kelas juga, Angga masuk kelas bareng gue," Bia menarik tangan Angga dan mereka pergi meninggalkan kantin dengan tangan Bia yang masih setia menggenggam tangan Angga.
Meskipun begitu, Angga masih sempat menoleh pada dua temannya dan memberi kode untuk membuka hpnya. Setelah itu Angga berbalik dan menggenggam tangan Bia, dan mereka jalan menuju kelas di lantai dua dengan bergandengan tangan.
Dari jauh ada dua pasang mata yang melihat tidak suka pada tangan yang saling bergandengan itu.
•••••
Potong leher angsa
Masaknya pakai pare
Kalian sudah baca
Tapi gak kasih voteSungguh terlalu ~ sungguh terlalu ~ Syalalalalalala💃
See you bab selanjutnya naknak🐈
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare ~17
Teen FictionTentang mimpi buruk yang tiba-tiba datang dalam hidup Bintang, menghadirkan segenap cerita yang pernah diimpikannya yang secara tidak kasat mata juga menghabisinya secara perlahan-lahan. "Aku lelah! Biarkan aku beristirahat, sejenak? Atau selamanya...