"Bia," Enjel langsung berlari masuk ke kelas saat sudah melihat Bia yang duduk di kursinya. Enjel dan Kiki baru kembali dari kantin, tadi Bia tidak menyusul dan langsung ke kelasnya setelah turun dari rooftop bersama Axel.
"Kak Axel gak apa-apain Bia kan?" Tanya Enjel terlihat khawatir, berbeda dengan Kiki yang tampak biasa saja. "Ngapain tadi sama kak Axel," tanya Kiki menampakkan sebuah senyuman menggoda Bia.
"Gak, cuma meluruskan kesalahpahaman aja, tentang yang kemarin," ucap Bia meyakinkan kedua temannya, terutama Kiki yang tampak tidak percaya kalau mereka hanya meluruskan kesalahpahaman. "Seriusan," Bia masih berusaha meyakinkan Kiki yang sedari tadi senyum-senyum aneh padanya.
"Iya, terus gimana? Kak Axel bilang apa, gak diam doang kan?" Kiki sedikit tidak yakin, kalau Axel akan berbicara banyak hal pada Bia mengingat bagaimana kakak kelasnya itu yang bahkan disebut sebagai makhluk kutub Utara yang kesasar.
"Gue bilang kalau itu permainan truth or dare, dan gue juga bilang tantangannya. Kak Axel setuju aja kalau kita jalan Minggu nanti," ucap Bia. Berbeda dengan dua temannya yang tampak kaget, "Dia setuju?". "Kak Axel setuju?" Kiki dan Enjel berucap secara bersamaan, memastikan kalau apa yang didengarkannya tidak salah.
"Iya, dia setuju" ucap Bia pelan saat melihat reaksi dua temannya yang tidak biasa. "Kenapa sih?" Tanya Bia, seingatnya kemarin dua temannya ini meyakinkannya dengan mengatakan kalau kak Axel pasti tidak akan menolak dan mempermalukannya.
"Gak apa-apa sih, kaget aja kalau dia beneran setuju mau pergi" ucap Kiki, Enjel mengangguk saja membenarkan perkataan Kiki, "Enjel juga," ucap Enjel yang sebenarnya juga kaget saat mengetahui kalau ternyata kakak kelasnya itu setuju.
"Emangnya kenapa kalau kak Axel setuju?" Tanya Bia pada dua temannya, sedangkan Kiki langsung menunjuk Enjel, "Tanya dia," ucap Kiki. Bia mengalihkan pandangannya pada Enjel, menunggu jawaban.
"Jadi, seperti yang sebelum-sebelumnya sudah pernah Enjel bilang. Kak Axel itu lebih suka di perpustakaan dari pada ke kantin, saat hari libur juga kak Axel sering posting di story ig nya tentang buku-buku pelajaran, kesehariannya yang dipenuhi buku-buku. Enjel juga pernah ketemu sama kak Axel di perpustakaan kota, saat itu hari Minggu, Enjel cuma liat kak Axel dari jauh. Intinya kak Axel itu selalu menomorsatukan belajar dan buku-buku," jelas Enjel.
"Tapi akhir-akhir ini sering bolos juga," ucap Kiki, sedangkan Enjel langsung membantahnya. "Kayaknya Kiki salah lihat itu, pasti itu bukan kak Axel," ucap Enjel.
"Enjel, Lo suka sama kak Axel?" Entah kenapa, tapi pertanyaan ini benar-benar meluncur keluar dari mulut Bia, dan Kiki juga langsung menanggapi, "Nah bener nih, Ki suka kan sama kak Axel. Ngaku," ucap Kiki seolah menggertak Enjel, tapi itu hanya candaan saja.
"Iya, Enjel suka sama kak Axel tapi bukan suka yang mau pacaran yah. Enjel itu hanya kagum saja sama kak Axel karena dia ganteng dan juga pintar. Tapi, Enjel tidak mau sama cowok yang seperti itu, Enjel hanya mau sama cowok yang perhatian," ucap Enjel.
"Angkasa maksud lo," ucap Kiki langsung menimpali. Sedangkan Bia langsung tertawa saat nama sepupunya itu disebut oleh Kiki, Angkasa memang sering menunjukkan ketertarikannya pada Enjel dengan caranya sendiri.
"Kak Angkasa memang baik kok," Enjel mengatakannya dengan sangat pelan namun masih dapat didengar oleh Bia dan Kiki, mereka berdua sontak tertawa lepas. Berbeda dengan Enjel yang pipinya tampak memerah.
"Perut gue sakit sumpah," ucap Bia memegangi perutnya berbeda dengan Kiki yang memegang rahangnya, "Mulut gue keram," ucapnya.
"Makanya jangan ketawa, lagian tidak ada yang lucu kok," ucap Enjel cemberut, dia sadar kalau dirinya lah yang sedang ditertawakan teman-temannya.
Seorang perempuan masuk ke dalam kelas, mengambil botol air minum di tasnya. "Kiki, Lo dicariin sama ketos tadi," ucap perempuan itu, teman satu kelas mereka juga.
"Iya, bentar gue ke ruang OSIS," ucap Kiki, "Yang lain pada kemana Bil? Ini udah masuk jam pelajaran," tanya Kiki lagi pada Bila atau Salsabila yang masih asik minum.
"Di lapangan, nonton basket. Hari ini pak gak masuk kata Rayhan, lagi mendampingi siswa-siswi yang ikut lomba," ucap Bila, "Yok kebawah nonton basket, lagi seru-serunya," ucap Bila lagi sebelum keluar kelas.
"Ayok nonton orang main basket," ucap Enjel yang tertarik kemudian mengajak Bia dan Kiki namun Kiki menolak dengan alasan ingin ke ruang OSIS. Begitu pula dengan Bia yang ikut menolak, Bia capek naik turun tangga. Mereka masih ada satu mata pelajaran setelah ini, "Gak, gue lagi ngantuk Enjel," ucap Bia.
Bia memang lebih suka mengabiskan waktunya dengan tidur di kelas jika jam kosong. Bia tidak memiliki banyak teman akrab, dan Bia juga malas untuk pergi keluar dan jalan berkeliling sekolah. Sangat melelahkan, belum lagi kalau ada siswa-siswi cowok yang kadang mengganggu. Minta nomor hp lah, Ig, atau menyampaikan salam teman yang jadi alasan, dan sebagainya.
Saat Kiki sudah berdiri hendak keluar, seorang laki-laki jalan mendekat ke arah mereka. Meletakkan berkas-berkas tepat di atas kepala Enjel. "Gavin," teriak Enjel mengeluarkan suara cempreng yang mampu memecah gendang telinga.
"Oh, ada orang? Gue kira gak ada," Gavin tertawa saat melihat Enjel yang menatapnya marah, "Lo terlalu kecil sih Enjel, kayak tuyul," tawa Gavin semakin pecah saat Enjel memukulnya.
"Nanti kalian jodoh, gue ketawain sebulan," ucap Bia, Gavin dan Enjel tidak pernah berdamai saat bertemu selalu saja ada pertengkaran diantara keduanya, terutama tentang tinggi badan Enjel yang selalu diejek Gavin.
"Gak lah, jodoh gue kan Lo," ucap Gavin kemudian mengedipkan sebelah matanya pada Bia, sedangkan Bia berdecak. Gavin memang pada dasarnya playboy mau bagaimanapun akan tetap jadi playboy, mulai dari anak bayi sampai nenek-nenek semua dia gombal.
"Ini contoh proposal nya," ucap Gavin kemudian beralih pada berkas yang dia serahkan pada Kiki. "Gue duluan, bye tuyul. Sampai jumpa di pelaminan calon istri," ucap Gavin masih sempat menggoda Bia.
"Gila," ucap Bia melihat Gavin yang sudah menghilang. Mereka kembali ketempat duduk masing-masing. Bia yang mulai tidur, Kiki yang sibuk dengan berkas-berkas yang diberikan Gavin dan Enjel yang menonton kartun, si meong biru.
"Bia, bangun" Enjel membangunkan Bia yang masih tidur, sedangkan Kiki sudah tidak ada di kelas. Bia mengucek matanya, melihat jam ditangannya yang ternyata sudah masuk jam pelajaran terakhir, "Kiki mana? Ini udah masuk jam terakhir kan?" Tanya Bia yang masih berusaha mengumpulkan kesadarannya.
"Di ruang OSIS, kita sudah boleh pulang. Guru-guru lagi rapat." Ucap Enjel, "Ayo Bia, Ayah aku udah jemput," ucap Enjel saat melihat Bia yang masih melamun, nyawanya belum terkumpul dengan baik.
"Lo duluan aja Enjel, gue tunggu Aka di sini," ucap Bia kembali merebahkan kepalanya di atas meja. "Kalau begitu Enjel duluan Bia," Enjel melambaikan tangan saat keluar kelas meninggalkan Bia sendirian yang masih sangat mengantuk.
•••••
Selamat Membaca,💅
See you next chapter 🐈
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare ~17
Teen FictionTentang mimpi buruk yang tiba-tiba datang dalam hidup Bintang, menghadirkan segenap cerita yang pernah diimpikannya yang secara tidak kasat mata juga menghabisinya secara perlahan-lahan. "Aku lelah! Biarkan aku beristirahat, sejenak? Atau selamanya...