Sebuah semicolon digunakan saat seorang penulis sebenarnya bisa mengakhiri sebuah cerita, namun memutuskan untuk tidak melakukannya. Penulis itu adalah kamu, dan cerita itu adalah hidupmu. - Project Semicolon.
Ini adalah cerita tentang Bella, gadis...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku tidak tahu kenapa ia terus datang sejak saat itu. Sebenarnya apa yang ia inginkan dariku? Tidak mungkin kalau ia mendadak menjadi tetanggaku, kan? Aduh, apa yang sedang kupikirkan saat ini? Aku harus cepat menyuruhnya pergi sebelum apa yang terjadi kemarin di rumah sakit kembali terulang.
"Enggak disamperin, Non? Kasihan ih udah dari tadi loh dia," bisik Mbak Mina tiba-tiba sudah menempel di sebelahku. Mengintip Kaivan yang terlihat masih belum ingin beranjak dari tempatnya meski melihatku.
Tunggu, apa dia datang bukan untukku? Aku tidak mau salah paham jadi aku tanya ke Mbak Mina apa yang sebenarnya cowok itu lakukan sebelum aku mengusirnya pergi.
"Mbak, apa dia nyari aku tadi?"
"Iya, Non. Tadi ke sini pas saya baru ngumpulin daun kering. Tadinya mau saya suruh masuk dulu soalnya Non Bella lagi mandi."
Aku melotot mendengarnya. Tanganku refleks meremas tangan Mbak Mina dan berbisik padanya. "Mbak, bentar, aku mau usir dia dulu ya. Kalo Mama tanya, bilang aku lagi pergi ke supermarket beli jajan ya, Mbak?"
"USIR, NON?!"
Mbak Mina justru berteriak dengan suara lantang, membuatku refleks membungkam mulutnya yang tidak bisa dijaga itu. "Ssssst ...."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku segera bergegas keluar melalui gerbang tanpa menunggu Mbak Mina berkomentar lagi. Setelah keluar dari gerbang, aku buru-buru menghampiri Kaivan sebelum orang lain melihatku.
"Pagi!" sapanya dengan senyum tipis yang membuat wajahnya terlihat semakin cerah pagi itu. Aku mengerjap.
Kaivan memakai celana pendek jeans di atas lutut dipadukan dengan jumper tanpa lengan berwarna kuning cerah yang membuat kulitnya seakan terlihat lebih bercahaya dari biasanya.
"Kamu ngapain ke sini, Kaivan?" Aku tidak tahu kenapa aku justru berbisik saat berbicara padanya padahal tempatku saat ini lumayan jauh dari rumah. Berjarak kira-kira sekitar tujuh meter lebih. Jantungku berdegup cepat. Adrenalinku terpacu hanya karena ada Kaivan yang datang tidak diundang. Untuk yang kesekian kalinya.