Tips Menulis Purple Prose

65 5 1
                                    

Bagaimana cara menuliskan narasi yang mampu menarik perhatian pembaca?

Pasti kalian langsung terpikirkan … majas, permainan diksi, dan rangkaian kata yang diperindah dan dibuat berlebihan demi memperkuat kesan pembaca dalam suatu adegan. Hal itu memang benar. Akan tetapi, penulis seringkali berlebihan dalam memperindah kalimatnya sampai membuat fokus pembaca dalam cerita hilang. Hal ini biasanya dikenal dalam istilah purple prose, di saat penulis mendeskripsikan sesuatu yang berlebihan sampai pembaca dibuat bingung dengan topik utama cerita/narasinya.

Contoh berikutnya:

Albert dapat merasakan keringatnya bercucuran gugup ketika tangan merasakan denyut nadi korban melemah. Darah merah kental tiada henti keluar bercucuran dari lubang bekas tembakan peluru perak dari pistol pemburu. Silver, senyawa yang mampu melukai daging dari tubuh immortal vampire sekalipun. Luka menganga lebar di area yang nyaris mengenai lokasi jantung itu perlu segera ditutup. Napas sang korban semakin melambat begitu luka mulai dijahit. Lampu ruangan operasi yang panas menerangi cucuran keringat dingin setiap orang di sana. 

Nah dari uraian tersebut, deskripsi mengenai luka dan kondisi orang di sekitar yang menonton Albert menjahit luka sang vampire terlalu berlebihan, makanya dikategorikan sebagai purple prose. Pembaca bukannya berfokus pada Albert sebagai topik utama paragraph, justru teralihkan oleh kondisi sekitar dan deskripsi parahnya luka si vampire yang berlebihan. 

Bandingkan contoh tadi dengan:

Albert merasakan keringatnya bercucuran, gugup ketika dia menyadari denyut nadi korban melemah. Darah merah segar terus menyeruak dari lubang tembakan di dekat dada kiri pasiennya—sang vampir. Peluru perak sang pemburu, suatu senyawa yang efektif mengacaukan sistem kekebalan tubuh vampir. Albert seakan berlomba-lomba dengan waktu seiring dia menjahit luka itu—berharap Tuhan memihaknya kali ini. Oh, tidakkah semua orang yang menyaksikan aksi Albert berharap demikian? 

Penulis mengubah fokus purple prosenya dalam narasi tersebut. Kini pembaca lebih terfokus pada aksi Albert menyelamatkan korban pemburu—si vampire yang sekarat. 

Purple prose bukanlah suatu larangan yang harus dihindari! Justru penempatan dan penggunaan purple prose ini yang perlu diubah agar pembaca tetap fokus pada ceritamu!

PURPLE PROSE adalah teknik menulis disertai deskripsi berlebihan. Tujuannya? Agar pembaca larut terhadap ceritamu dan mampu membayangkan dengan jelas adegan penting tulisanmu! 

Jadi, ada 4 teknik yang bisa kamu pakai untuk menulis purple prose dengan efektif:

1. Tetap fokus pada subjek dalam narasimu!
Narasi adalah paragraf. Sebuah paragraf, memerlukan inti paragraph yang diletakkan di awal dan di akhir. Jadi pastikan narasimu tidak mendeskripsikan hal di luar inti paragraf yang berlebihan XD

2. Penulisan purple prose tidak harus selalu memakai istilah rumit!
Memang terkadang kita menambahkan istilah bahasa asing/ilmiah untuk memperindah kalimat, memperkaya kosakata pembaca, dan mempersingkat suatu kalimat yang sangaaat panjang. 

3. Selalu update tesaurusmu!
Untuk ini, tentu saja seiring waktu yang berkembang, akan ada banyak kosakata baru! Jangan sampai kamu gagal move-on dalam perkembangan bahasa XD cukup move on dari mantan aja, oke?

4. Berlatih dengan membatasi jumlah kata dalam babmu!

Purple Prose ini hanya dipergunakan dalam editing, ya! Saat menulis draft/gambaran kasar cerita, kalian boleh mengabaikan ini! Jangan sampai jadi writer block karena kepikiran harus menulis narasi dengan sempurna dari awal! 

Ingat, gaya menulis setiap orang itu berbeda. Jadi, menjelajahlah dan ciptakan gaya menulismu sendiri. Semangat selalu!

[Jika ada pertanyaan, silakan komen di buku berjudul 'Request Box' kami supaya mudah dinotis officer (admin), okay?]

Tips MenulisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang