Morana sekarang sedang memantau para maid yang mempersiapkan pesta ulang tahun Ramesh untuk malam ini,gadis itu melihat kearah seorang pria paruh baya namun wajahnya masih tampan.
Morana langsung menghampiri pria paruh baya itu dan dia memeluk nya dengan erat, sedangkan pria paruh baya tersebut terkejut melihat Morana memeluk nya.
"Papa,aku kembali." Ucap papa James.
Pria paruh baya itu tidak lain adalah papa James,dia pun membalas pelukan anak perempuannya.
Setelah puas berpelukan,Morana dan papa James memperhatikan para maid yang mempersiapkan pesta ulang tahun Ramesh.
"Kamu kapan datangnya?" Tanya papa James menatap kearah Morana.
"Sekitar jam 9 lewat gitu,papa." Ucap Morana.
"Bagaimana kabar opa dan Oma mu di sana?" Tanya papa James.
"Opa dan Oma baik kok,papa." Ucap Morana.
"Apakah kamu benar-benar sudah sembuh dari trauma mu, Morana?" Tanya papa James menatap khawatir melihat Morana.
"Papa tidak percaya dengan ku?" Ucap Morana menatap kearah papa James.
"Bukan begitu maksud papa, Morana. Papa hanya masih khawatir dengan mu." Ucap papa James.
"Aku sudah total,papa. 3 tahun aku terapi dengan ibunya Catrine untuk menyembuhkan trauma ku." Ucap Morana.
"Maafkan papa dan mama yang tidak bisa menemani mu saat terapi." Ucap papa James.
"Papa tidak perlu minta maaf, mungkin ini sudah takdir ku." Ucap Morana.
"Apakah kamu sudah melupakan kejadian 5 tahun lalu itu, Morana?" Tanya papa James.
"Tentu aku tidak bisa melupakannya,papa. Apalagi aku berencana untuk membalas dendam atas kematian kak Nancy,dan aku tidak ingin papa ikut campur dengan urusan ku ini." Ucap Morana.
"Memangnya kamu tahu penyebab kakak mu bunuh diri, Morana?" Ucap papa James.
"Aku tahu,papa. Hanya orang bodoh saja yang tidak mengetahuinya." Ucap Morana sambil memutar bola mata malasnya.
"Siapa yang membuat kakak mu seperti ini, Morana?Katakan kepada papa." Ucap papa James sambil memegang kedua pundak Morana.
"Suatu saat nanti papa akan tahu sendiri, biarkan aku yang membalas dendam kepada orang-orang itu." Ucap Morana sambil melepaskan pegangan ke-dua tangan papa James di kedua pundaknya.
"Orang-orang itu tidak pantas hidup bahagia atas kematian kak Nancy yang ke 5 tahun ini." Lanjutnya sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Kalau itu mau mu,papa akan mendukung mu. Tapi kalau kamu perlu bantuan,papa akan membantu mu." Ucap papa James.
"Hm." Gumam Morana.
Morana meninggalkan papa James begitu saja, sedangkan papa James menatap sendu melihat perubahan anak perempuan satu-satunya.
'papa berharap kamu bisa membalas dendam atas kematian kakak mu, Morana.' batin papa James.
Morana melihat adik laki-lakinya yang baru pulang sekolah,dia menghampirinya Ramesh.
"Baru pulang?" Tanya Morana sambil bersedekap dada menatap kearah Ramesh.
"Iya,kak." Ucap Ramesh.
"Bagaimana sekolah nya?" Tanya Morana.
"Seperti biasa,kak. Membosankan sekali,banyak sekali tugas yang diberikan guru." Ucap Ramesh.
"Namanya juga sekolah,mesh." Ucap Morana.
"Ooo iya bagaimana kabar opa dan Oma di sana?" Tanya Ramesh.
"Baik kok,ooo iya sebaiknya kau pergi ganti pakaian sana." Ucap Morana.
"Siap,kak." Ucap Ramesh.
Ramesh masuk ke dalam lift untuk menuju ke kamarnya sedangkan Morana naik ke atas lantai dua, karena ruang keluarga ada di sana.
Tiba-tiba ponsel milik Morana berdering,gadis itu langsung mengangkat telponnya karena yang menelponnya adalah Catrine.
"Iya, Catrine." Ucap Morana.
"Kau udah tiba di Indonesia?" Tanya Catrine.
"Udah dari tadi, emangnya kenapa?" Ucap Morana.
"Gak ada,kau di mana sekarang?" Ucap Catrine.
"Aku ada di kediaman keluarga Calderon,lalu kau di mana?" Ucap Morana.
"Aku ada di kediaman Miller." Ucap Catrine.
"Kenapa menelpon ku?" Tanya Morana.
"Gak ada, soalnya aku gabut." Ucap Catrine.
"Sebaiknya kalau menelpon ku harus hal yang penting, Catrine." Ucap Morana.
"Iya-iya aku tahu, Morana." Ucap Catrine.
"Ya udah kalau begitu,aku tutup teleponnya." Ucap Morana.
"Ok, Morana." Ucap Catrine.
Tut
Morana memutuskan telepon sepihak dengan Catrine, setelah itu dia melanjutkan menaiki tangga menuju ke ruang keluarga.
Setiba di ruang keluarga, Morana langsung duduk di bangku sofa. Dia menatap sekeliling ruangan itu,tidak sengaja Morana menatap kearah pigura foto besar keluarga nya terpajang rapi di sana.
Dia beranjak dari tempat duduknya dan menuju kearah pigura foto besar keluarganya yang terpajang rapi di sana,dia menyentuh foto mendiang kakaknya yakni Nancy.
"Kak Nancy,aku akan membalas semua perbuatan mereka atas kematian kakak. Jangan memarahi ku ya, karena aku melakukan ini untuk kakak sendiri. Mereka tidak pantas bahagia di atas kematian kakak." Gumam Morana dengan lirih.
"Aku akan menghancurkan mereka mulai dari dalam,tapi aku menghancurkan mereka secara diam-diam agar mereka tidak curiga dengan diri ku." Lanjutnya.
"Setelah aku berhasil menghancurkan mereka,kak Nancy jangan marah kepada ku ya. Karena aku ini adik kesayangan Kakak,dan kakak harus mendoakan ku untuk berhasil menghancurkan mereka."
"Kak Nancy, mereka berdua sekarang sudah memiliki 2 orang anak. Sebenarnya aku tidak ingin menyakiti kedua anak kecil yang tidak bersalah itu,apa yang harus aku lakukan?"
"Mungkin aku seperti orang gila berbicara sendiri dengan foto orang yang sudah meninggal dunia,tapi aku merasa tenang saat berbicara dengan kakak saat menatap kearah foto kakak."
Morana pun selesai berbicara dengan foto mendiang kakaknya yakni Nancy, setelah itu dia duduk di bangku sofa. Gadis tersebut langsung mengambil ponselnya dan mengirim chat kepada Nichols.
Nichols tunangan Catrine
Nichols,cari informasi tentang keluarga Verques .
Malam ini harus sudah kau dapatkan.
Baik,nona muda.
Morana pun mematikan ponselnya dan dia meninggalkan ruang keluarga tersebut,dia masuk ke dalam lift menuju ke lantai 5 karena kamarnya ada di lantai sana. Kediaman keluarga Calderon ini berlantai 5,lantai paling atas itu sengaja di tempati Morana.
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
PEMBALASAN SANG ADIK
Fanfictionmelihat sang kakak perempuannya menjatuhkan diri dari atas gedung tempat dimana sang kakak akan menikah dengan tunangannya,namun sayangnya tunangan sang kakak menikah dengan sahabat nya sendiri karena perempuan itu hamil anaknya. sang adik syok mel...