Lupakan hari kemarin. Hari ini rencananya akan ku labrak si ulet itu. emang dasar namanya ulet kalo ga di geprek biar benyek gabakal kapok dia.
Pagi ini Aku diantar Ayah karna Bunda sudah pergi kerumah sakit dini hari tadi, kabarnya ada oprasi pagi ini. Ayah selalu membiarkanku duduk didepan menemaninya saat ia menyetir sendiri, karna kalu Arsya yang di depan pasti Aku badmood hehehe.
Sampai disekolah masih cukup sepi, tapi tak apa sudah biasa juga seperti ini. Minimal bisa nyantai dulu dikelas gitu.
"Ayah.." Aku berdecak kesal karna itu suara Harka
Sial! ia tak menggunakan helm dan menyapa Ayah sembari memelankan laju motornya.
Andai saja tak ada Ayah dan Arsya, sudah habis kumarahi dia. huh!
"siapa itu?" tanya Ayah pada kami. Aku hanya diam berpura pura membenahi seragamku
"Yang suka nyapa Bunda.." sahut Arsya dengan lantang "Abang masuk Yah.."
"Bener Kak? dia suka sama Bunda?" tanya Ayah dengan nada ummm cemburu? mungkin
"bukan suka, Ayah.. nyapa aja ko jangan cemburu dong" Aku buru buru menyalami Ayah dan berlari menyusul Arsya "TAPI KALO DIA SUKA GAPAPA KAN YAH" uapku sambil berteriak.
Aku tau, Ayah pasti sedang cemburu didepan sana. bagaimana pun sikap manja Ayah tak pernah berubah hingga saat ini dan justru malah makin makin makin cemburu.
Selama berjalan kekelas, Aku merasa ada seseorang yang mengikutiku dari belakang. Aku tau itu siapa, itu adalah Harka. Tapi aku tak menanggapinya hingga Aku bertemu Nasywa.
Nasywa berada dipinggir lapangan dan menatap kearah belakangku. siapa lagi kalo bukan natap cowo gua!
"Gue colok ya mata lo!" ucapku menghampiri Nasywa dengan emosi
"Loh?"
"Apa lah loh lah loh, gausah ganjen deh lo! gatel!"
"Maksud lo apa si"
"suka lo sama Harka hah?!"
"Ya trus kalo gue suka kenapa?"
"Ya gue gasuka!"
"Lo kan bukan siapa siapanya"
"GUE CEWENYA!"
"hah?!" kejut Nasywa setelah mendengar perkataanku yang tadi.
aku yang menyadari itu lalu melihat sekitar apakah ada yang dengar atau tidak. tapi kurasa tidak.
"By udah By" Ucap Harka memegangi tanganku
"Brisik kamu ah.. gentle lah minimal"
"By kalo ribut disini ntar orang orang denger termasuk Arsya, Gimana?"
"Iya juga sih"
Tanpa menghiraukan Harka, Aku lalu menarik Nasywa membawanya ke belakang sekolah yang sepi orang dan melanjutkan pertengkaran yang tadi.
"sini lo!"
"apasih?"
"apasih apasih budek lo hah?!"
"Prik banget anak orang"
"Cocot lo gaberguna! udah sebel gue liat tingkah lo"
"by udah by plisss masih pagi"
"diem kamu! kamu tuh gadiajak"
"By.. Masa aku digalakin"
"Brisik banget anak onta!"
Pertengkaran berujung dengan tiga orang saling adu cocot.
"Gue ingetin ya Nasywa yang baik hati dan budiman! Harka itu cowo gue!"
"Ko gadipublis?"
"Dikata gua anak alay yang apa apa harus dipublis kaya lu, hah?"
"ups ngaku alay!"
"yeeee gua jambak lu jamet!"
Bedebah satu ini emang agak nyebelin dan bawaannya pengen di cekek gitu. tapi gimana, gatega juga. Tapi kaya ga sayang nyawa, tapi dia masih pengen idup.
"Ci.. dicariin Arsya" ucap Zera yang baru saja datang dan menarikku
"Srius?"
"iya buru.. daripada dia nyamperin kesini"
"oke.. URUSAN KITA BELOM SELESAI YA JAMET! Masuk kelas kamu anak onta.. ntar pacaran lagi disini!" usirku pada Harka yang sudah prustasi mungkin.
Aku lalu menghampiri Arsya yang ternyata memang menungguku didepan kelasku. Aku duduk disamping Arsya dan menetralkan emosiku.
"Darimana? ko ga masuk kelas?" tanya Arsya dengan nada dinginnya
"oh itu ummm dari kantin"
"hm? jam segini kantin mana yang udah nerima pelayanan?"
"ituuu kakak abis balikin sendok kemarin kebawa gitu.. hooh bener"
"ooh"
"kenapa bang?"
"Mau pinjem Jurnal sejarah, hari ini ada ulangan sejarah tapi jurnal abang ga lengkap"
hufttttt. Aman aman. untung adik kesayanganku ini tak curiga padaku.
Aku memberikan jurnal yang Arsya minta dan langsung masuk kedalam kelas dengan perasaan belum puas ngebacot sama si ulet itu. Tapi tenang, ada waktu lagi ntar. Tunggu aja ya ulet!
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Dari Ayah
Random"ada dua pilihan untuk Kakak tentang siapa yang Kakak pilih untuk jadi pendamping Kakak seumur hidup.. Ayah percaya pilihan Kakak adalah pilihan terbaik" ucap Adi yang masih mengelus kepala Putrinya itu Putrinya itu bingung. Dia takut salah pilih da...