Setelah mematikan telfon, Adi dengan segera meminta izin kepada atasannya untuk mengantar anaknya kerumah sakit.
Adi panik. Putri kesayangannya sakit bahkan sampai hilang kesadaran. Padahal Arsyi tak pernah seperti itu.
Di UKS, Arsya sedang mencari cara untuk membuat tubuh kakak nya tetap hangat. Arsyi pingsan tapi tubuhnya menggigil.
Bapak dan ibu guru yang menghampiri pun tak mengerti, apa yang terjadi dengan Arsyi. Dokter yang biasanya berjaga di UKS sedang dinas dirumah sakit jadi tak ada yang memeriksa Arsyi.
Arsya duduk di samping Arsyi sambil panik bahkan ia menggigit jarinya. Zera juga khawatir akan kondisi Arsya
Zera mengelus punggung Arsya untuk menenangkannya.
"Arsyi pasti bangun kok" ucap Zera
"Apa yang gue ga tau sampe Kakak jadi gini, Zera?"
"Lo udah tau semuanya"
"Beberapa hari ini gue sibuk bahkan ga sempet nanyain keadaan kakak.."
Di lapangan justru Harka tak tenang dan selalu memikirkan Arsyi. Ia juga menyalahkan dirinya karna tak bisa menjaga Arsyi.
Kiki tak tinggal diam melihat kerabat dekatnya merasa gelisah. Ia mendekati Harka yang sedari tadi duduk di podium.
"Biar gue yang disini... Lo tungguin bokapnya Arsyi aja di depan" ucap Kiki
Harka menatap Kiki memberikan kepercayaan. Kemudian ia beranjak dan pergi dari lapangan untuk menunggu ayah Arsyi sampai.
Tepat sekali. Harka sampai di depan gerbang, ternyata mobil ayah Arsyi sudah masuk ke pekarangan sekolah.
"Om.. UKS" lari nya menghampiri ayah Arsyi
Kini mereka berdua sedikit berlari menuju UKS untuk mengantarkan Arsyi ke rumah sakit.
Adi dengan PDH birunya dianggap sebagai pengawal Pak DPR. Makannya mobil yang ia kenakan bisa masuk kedalam pekarangan sekolah.
"Dimana anak saya?" Ucap Adi masuk kedalam UKS
"Ayah" Arsya menghampiri ayahnya dan menyalaminya "dari tadi belum sadar" sambungnya
"Udah telfon Bunda?" Tanya Adi membenahi putrinya
"Tadi udah coba telfon tapi yang angkat temen nya bunda"
"Yaudah ayah langsung ke rumah sakit tempat bunda" dengan segera Adi mengangkat Arsyi.
Tampak ia tak merasakan berat tubuh Arsyi. Karna memang Arsyi tidak terlalu besar tubuhnya. Berat badannya ideal.
"Abang ikut" ucap Arsyi sebelum ayahnya pergi
"Anak ayah ga pernah ninggalin tugasnya... Zera om titip Arsya"
Selepasnya Adi langsung keluar dari UKS dan berjalan cepat menuju mobilnya. Harka menuntun di depan nya untuk memastikan tidak ada yang menghalangi jalan.
"Om hati hati ya" ucap Harka setelah Adi masuk kedalam mobil
"Iya.. makasih ya nak"
Lagi, Harka menuntun mobil Adi agar di berikan jalan. Kini Harka hanya berharap perempuannya baik baik saja.
Didalam mobil, Adi memandangi putri kecil yang ia pangku. Mengelus lembut rambut yang terurai. Wajah Arsyi kian membiru.
"Sebentar ya nak.. sebentar lagi sampai.. Arsyi kuat, anak ayah kuat"
Entahlah. Airmata Adi pun tak sanggup menetes melihat putrinya kini lemah dipangkuannya.
Ia tak berhenti merutuki dirinya karna lalai menjaga Arsyi. Ia takut ada suatu hal terjadi pada Arsyi yang tak ia inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Dari Ayah
Random"ada dua pilihan untuk Kakak tentang siapa yang Kakak pilih untuk jadi pendamping Kakak seumur hidup.. Ayah percaya pilihan Kakak adalah pilihan terbaik" ucap Adi yang masih mengelus kepala Putrinya itu Putrinya itu bingung. Dia takut salah pilih da...