Peluk

162 12 0
                                    

"jangan jangan ayang darah tinggi" Harka makin panik setelah mendengar perkataan Arsyi bahwa ia meminum banyak air garam itu.

"Loh emang bisa langsung ngaruh ya?" Tanya Arsyi yang juga belum paham terhadap efeknya

"Kata guru Biologi aku gitu.. beliau kan cerita kalo punya temen yang sakit darah tinggi trus dirawat karna pembuluh darahnya pecah... Faktor utama penyebabnya ya temennya itu abis makan yang asin sin berlebih dalam jangka waktu yang cukup lama" timpal Harka dengan raut wajah serius

"Tapi aku gapapa ko.. ga ngerasa tanda tanda darah tinggi juga" Arsyi mencoba menenangkan Harka yang dilihatnya sudah panik

Ia tau Harka sangat khawatir tentang keadaannya dan tentang apa yang telah terjadi tadi.

"Minum obat ya sayang?" Tawar Harka dengan sangat lembut

Arsyi menggeleng "aku ga sakit sayang.. cuma kecapekan aja, bunda juga ga bilang aku sakit kok, aku gapapa"

Arsyi mengelus lembut pucuk kepala Harka. Bayi ini sedang khawatir rupanya

"Aku gapapa sayang.. beneran deh, lagian kan sekarang ada kamu disini jadi udah lebih baik" sambungnya

Harka mengangguk pelan, mencoba meredakan emosi nya dan berusaha tenang atas apa yang ia khawatirkan.

"Trus kenapa bisa di hukum?" Tanya nya

Arsyi sedikit berfikir, mengingat apa yang dijelaskan oleh Yugo tadi.

"Ada yang bawa masalah pribadi ke organisasi"

"Siapa dan apa?" Harka lebih intens sekarang. Arsyi tau bahwa Harka membutuhkan jawaban yang lebih pasti

Arsyi menarik nafasnya dan bersiap menceritakan apa yang dijelaskan Yugo.

"Itu anak IPS entah namanya siapa aku belum kenal.. dia punya masalah pribadi sama anak sekolah lain katanya sih permasalahan soal cowo dan kebetulan si anak ini juga anggota paskibra di sekolahnya"

Harka mendengarkan cerita itu dengan seksama. Bahkan sesekali ia memakan makanan itu.

"Trus si anak IPS ini ngejelekin Paskibra nya dia. Tanpa dia jelekin pun semua orang tau kalo Paskibra sekolah kita lebih unggul dari sekolah itu, cuma kan kesannya menghina banget.. ya si anak ini ga terima dong , jadi lah dia bilang sama ketua Paskibranya dan si ketua ini bilang sama pelatihnya ya pelatihnya hubungin Kang Yugo trus ya terjadi kaya tadi sore" timpalnya

"Trus dia tanggung jawab ga?" Sahut Harka menghabiskan suapan terakhir

Arsyi menggeleng "dia aja ga datang tadi"

Harka menaruh piring itu di meja dekat ranjang, ia mendekat kearah Arsyi dan memeluknya manja.

"Kacian ayang aku... Nda calah tapi kena hukuman ya"

Arsyi membalas pelukan itu dan bahkan bersandar pada Harka.

"Aku ngantuk" ucap Arsyi melepaskan peluknya

"Yaudah sini sini bobo.. aku temenin sampe bobo" Harka menuntun Arsyi untuk membenahi posisi tidurnya

Ia juga menyelimuti tubuh Arsyi dan membiarkan Arsyi memeluk dn bersembunyi di dada nya.

"Oiya yang... Nanti kalo udah mau balik, kamu pegang kunci itu ya yang di atas meja.. kamarnya di kunci dari luar aja, aku ada kunci juga" pesan Arsyi sebelum ia memejamkan mata untuk tidur

"Trus kunci nya taro mana?"

"Besok aja kamu kasih aku lagi"

Harka mengangguk dan mengelus lembut kepala Arsyi. Sesekali ia mengecup singkat pipi Arsyi.

Arsyi benar benar beruntung karna ia bertemu dengan seorang laki laki yang memperlakukannya selayaknya Ayah memperlakukan dirinya.

AUTHOR POV OFF

*****

HARKA POV

Aku menatap Arsyi yang kembali tertidur. Ia tampak seperti bukan hanya kelelahan, tapi juga ada yang lain yang ia rasakan.

Aku masih membiarkannya menyembunyikan raut wajahnya di dadaku. Bersyukur karna aku bisa membuatnya nyaman berada didekatku, meski aku harus menyelinap masuk ke kamarnya.

"Jangan sakit ya sayang... Aku khawatir" tutur ku di telinganya lembut

Ia mengangguk pelan dan semakin pulas.

Tak bosan dan tak akan pernah bosan, melihat rautnya yang cantik dan anggun. Persis bundanya saat aku bertemu pertama kali.

Bahkan aku sempat melihat pigura bunda nya saat masih muda dulu. Benar benar persis.

Drttt drtttt

Fokusku terpecah ketika mendengar ponselku berdering. Aku menjauhkannya dari Arsyi agar ia tak terganggu

Saat ku kulihat, itu adalah telfon dari Kiki.

"Udah sampe?"

"...."

"Oh oke gue keluar sekarang.. lo liat situasi dulu ya"

"...."

Setelahnya telfon terputus. Rasanya masih ingin bersama dan menemani Arsyi disini. Tapi perjalanan kami tersembunyi dan kisah kami tak banyak orang tau.

Aku mengecup pucuk kepala Arsyi dan mengecup pipinya. Perlahan aku melepaskan tangannya yang memelukku, ia sudah nyenyak bahkan tak merasakan pergerakan ku.

Aku beranjak secara perlahan. Mengambil kunci yang tadi ia beri tau dan keluar dari kamarnya dengan mengunci pintunya lagi.

Perlahan menuruni anak tangga.

"Lah?" Ucap Arsya.

Aku melonjak kaget melihat Arsya yang akan menaiki tangga.

"Sy-sya" ucapku kikuk

"Ngapain?" Tanya nya yang mengintimidasi "ngapain lo dari atas"

"Gue... G-gue" sial. Aku tak tau harus jawab apa karna sudah kepergok seperti ini.

Meow.. meow

"Nah.. ini gue ngejar ini" ujarku menunjuk kucing yang menghampiri Arsya "tadi gue bukain pintu buat Kiki trus kucing ini masuk.. ya gue ikutin dia naik keatas sini, belom sampe atas kucing itu ga ada ya gue balik lagi"

Arsya menghela napasnya dan kembali netral "kucing itu emang biasa kesini di jam segini buat minta makan... Makannya gue mau kasih makan dia"

"Loh ngapain kalian di tangga? Lo lagi Ka, gue tunggu diluar katanya mau balik lagi buat bantuin bawa ini" tutur Kiki yang baru masuk

"Oh ini kucing nya baru ketemu" sahutku sambil memberikan kode pada Kiki "yaudah gue sama Kiki ke belakang lagi ya"

Dengan segera aku langsung menuruni tangga dan menghampiri Kiki.

"Ketauan?" Tanya nya lirih

"Hampir" sahutku

Harka POV OFF

Jodoh Dari AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang