"Allahuakbar" kejutku melihat apa yang ada di depan ku
Seorang bayi laki laki yang masih berlumuran darah.
Oh ayolah, siapa yang tega membuang anaknya yang baru saja dilahirkan ini?
Masih berlumuran darah bahkan tali pusar belum di putus. Biadab nya perempuan itu. Jika memang tak menginginkan anak ini, baik di titipkan secara baik baik.
"Sus.. Minta satu kamar untuk membersihkan anak ini pada Bu Rumi" pinta ku lemas
"aku harus lakukan apa untuk menolong mu nak?" batin ku teriris perlahan melihat bayi malang ini.
Aku menyeka air mataku tak menyangka menghadapi hal sekeji ini dimasa masa koas ku.
"Dokter.. Dibawa masuk ke kamar saya aja" ucap Bu Rumi menghampiriku bersama suster "Ya Allah" keluh Bu Rumi
Aku membenahi kain yang menjadi penutup badan bayi ini dan mengangkatnya. Tak peduli pakaian ku berlumur darah, yang ku fikirkan hanya bayi ini.
Sampai di kamar Bu Rumi, aku masih tak tau akan lakukan apa. Disini hanya ada aku dan Suster Desi.
Suster Desi mengelus pundak ku "kalo Dokter ga mulai.. Dokter ga akan punya pengalaman dan anak ini mungkin tidak selamat dok" ucapnya
Aku menatap Suster Desi "Saya bantu dokter" Suster Desi menepuk pundak ku memberikan banyak harapan untuk aku yang melakukan ini.
Dengan semua pembelajaran dari mama saat mengurus keponakanku, aku perlahan membersihkan bayi ini.
Tangisan nya membuat air mataku tak berhenti mengalir. Makin teriris hati ku saat tangan lembutnya memegang erat jari ku.
"Kamu tak berdosa nak. Kamu hanya tak diinginkan, mereka benar jika mengantarmu kesini daripada kamu harus dibuang entah dimana" batin ku
"Sus.. Tolong cek tas kerja saya, cari alat seadanya yang mungkin bisa dipakai untuk memotong tali pusarnya" pintaku
Suster Desi sibuk mencari alatnya sedangkan aku mengeringkan tubuh anak ini dan memakaikan baju bayi yang disiapkan Bu Rumi.
"Dok.. Hanya ada gunting dan kain kasa, itu akan melukai kalau tak diolesi alkohol"
"di mobil Sus.. Ada lagi disana"
Suster Desi berlari keluar kamar. Aku memeriksa keadaan anak ini dengan Stetoskop ku. Kini Bu Rumi dan Teh Ani masuk kedalam kamar.
"gimana keadaannya dok?" tanya Bu Rumi
Aku melepas stetoskop dari telinga ku "semua stabil Bu.. Sepertinya anak ini dilahirkan secara paksa, terdapat lebam di rahang nya yang mungkin ada penarikan saat proses melahirkan"
"Dok.. Ini alatnya" Suster Desi kembali dengan membawa alat yang kuminta
Sesegera mungkin aku melakukan penanganan pada tali pusarnya agar bayi ini tak merasakan sakit yang amat.
Tangisnya kembali pecah, mungkin ia merasakan perih karna aku sedikit memotong tali pusarnya. Ini tetap harus aku lakukan.
Setelah selesai, aku menenagkan bayi ini. Tetap saja, bayi ini haus dan harus mendapatkan asi pertamanya.
"kemungkinan bayi ini telah lahir 3 jam yang lalu karna darah nya mulai mengering tadi saat saya bersihkan.. Jadi anak ini butuh asi pertama nya agar ia tak dehidrasi"
"asi saya sudah ga keluar bu.." sahut Bu Rumi
"saya belum nikah bu" sahut Teh Ani juga
"saya juga belum nikah" timpalku
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Dari Ayah
Random"ada dua pilihan untuk Kakak tentang siapa yang Kakak pilih untuk jadi pendamping Kakak seumur hidup.. Ayah percaya pilihan Kakak adalah pilihan terbaik" ucap Adi yang masih mengelus kepala Putrinya itu Putrinya itu bingung. Dia takut salah pilih da...