Happy Reading ❤
"Dani, gue mau yang ini ya." Ucap Shakilla yang menunjukkan sebuah dress berwarna merah kepada Dani, sementara laki-laki itu hanya mengangguk.
"Dani, ini lucu nggak? " Dani hanya melihat sekilas kemudian mengangguk.
Suntuk?
Tentu saja.Terhitung sudah empat jam lamanya mereka mengelilingi Mall, mumpung Dani baik hati hari ini, ia berniat mengajak Shakilla untuk berbelanja. Semua itu juga karena Shakilla yang memalaknya.
Dan ini yang sangat Dani tidak suka, jika menemani perempuan berbelanja. Ribet.
"Kalo yang ini? " Shakilla pun kembali menunjuk sebuah dress berwarna putih menjuntai, sangat mewah namun sukses membuat Dani terbelalak karena belahan di bagian dadanya sangat menonjol.
"Lo mau ngelonte? Pake baju ginian. " Dani menatap dress ketat itu dengan tatapan yang menjijikkan.
"Apaansih, orang gue mau pakai bajunya itu pas gue tunangan, kalo gue pakai ini. Pasti kelihatan cantik, gue mau buat Ben dan semua orang terpukau sama kecantikan gue. " Dani menghela napas dalam-dalam.
"Heh jamet, kalo lo pake baju ini, mereka bukannya terpukau lihat kecantikan lo. Tapi, mereka bakalan nafsu natap lo pake baju ginian apalagi laki-laki mata keranjang, kalo lo mau pake, mending pake pas lo udah sah. " Shakilla memanyunkan bibirnya.
"Jadi, gue nggak boleh beli? "
"Enggak." Ucap Dani dengan wajahnya yang datar.
"Yaudah deh, kita jalan lagi. "
"Lah, ngambek? " Dani menggaruk kepalanya. Sekarang, salahnya dimana? Padahal ia hanya menyarankannya kepada Shakilla.
"Killa, tungguin gue. " Dani menyetarakan langkahnya dengan langkah Shakilla.
"Lo, ngambek? " Shakilla menggeleng.
"Gue bukannya ngelarang lo buat beli dress itu, tapi gue pikirin kehormatan lo sebagai perempuan, gue nggak suka anggota tubuh lo dilihat sama laki-laki lain, lo sama Ben belum resmi jadi suami istri. Kalo lo mau pake baju itu,nanti kalo lo udah sah sama Ben, lo bisa pake baju lain yang tertutup. Yang elegant." Dalam diamnya Shakilla mencerna ucapan Dani. Dani hanya temannya dan sangat melindungi kehormatannya, sedangkan Ben, ia malah menyuruh Shakilla untuk berpakaian terbuka. Shakilla menggeleng kenapa jadi membanding-bandingkan antara Ben dan Dani.
"Tau deh, gue pusing. "
"Mau pulang sekarang? " Shakilla menatap Dani sekilas.
"Kita makan dulu. Lo yang teraktir. " Ucap Shakilla kemudian melenggang pergi menuju restoran.
"Nggak papa, asal Killa nggak marah lagi. " Dani menatap nanar kartu kreditnya.
*******
Sepanjang perjalanan Shakilla hanya diam tidak menanggapi ucapan Dani.
"Killa, lo marah? " Dani memberanikan dirinya.
"Killa? "
"Enggak." Ucap Shakilla dengan singkat.
"Lo, masih mau belanja? " Shakilla menggeleng.
"Dari tadi gue ngoceh, satupun ucapan gue nggak lo gubris. " Shakilla memejamkan matanya sejenak.
"Gue capek, habis jalan-jalan di Mall. Sebagian lemak gue terbuang. " Peringatkan Dani untuk tidak menendang wanita disampingnya itu ke samudera Atlantik.
"Jadi, dari tadi lo diem kayak gitu karena cuma kecapean doang? " Shakilla mengangguk dengan lesu.
Sementara Dani mengacak rambutnya menahan kekesalan. Ia pikir dirinya punya salah sehingga Shakilla diam tidak menanggapi ucapannya. Ternyata hanya Capek, wah. Perempuan memang susah untuk di tebak.
"Kok berhenti? " Shakilla menatap sekeliling yang tampak sepi.
"Gue mau singgah boker dulu, lo tunggu disini aja. Jangan ke mana-mana. "
"Lah, gue ditinggal. "
"Dani kampret, kenapa mobilnya pake di kunci segala sih. " Shakilla memukul pintu mobil Dani sebagai tanda kekesalan. Bisa-bisanya Dani mengunci Shakilla di mobil, sekarang Shakilla merasa kepanasan karena Dani mematikan mobilnya dan mengunci seluruh jendela mobil.
*******
Konten 81++
Dosa tanggung sendiri."Akhirnya, lega juga. " Dani menarik resleting celananya, sebenarnya sejak di Mall tadi, ia sudah mendapat panggilan alam itu. Tapi, Dani menahannya karena ia takut Shakilla hilang dari pantauan nya.
Saat ingin keluar dari kamar mandi, telinga Dani yang sangat tajam itu mendengar sesuatu hal yang sangat aneh dan menggelikan terletak di sebelah toilet tempatnya tadi.
Karena punya ke-kepoan yang tinggi, Dani pun mengendap-endap telinganya ia tempelkan di pintu toilet.
Ahhh sayang lebih cepat aahhhh ka.. Kau me... Membuaaaahhh jangan seperti it-ssssshhhh
Dani menutup mulutnya, ia tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan.
Honey apa ini aaaa ahhhh enakhhsshhh
Iya sa-aaaaahhhhhmmm ayangghhh
Uuuhh lebih cep-aaaahhhhttt
Dani melongo ia shok mendengar suara itu. Dua suara yang masing-masing memiliki suara bas, Dani menelan ludah kasar, di dalam sana jeruk makan jeruk. Tidak, Dani tidak boleh berpikiran negatif dulu.
Sayanngggghhh aaa.. Aku mau keluar aaa aaaa ahhhh hh ou uhhhh Ssssshhhh
Dani lantas bersembunyi dari balik tembok. Ia penasaran dengan kedua orang yang ada didalam sana.
Ceklek
"Sayang, thanks untuk malam ini. Maaf ya tiba-tiba aku pengen. " Dani membelalakkan matanya, ia mengucek matanya. Tidak salah lihatkan. Itu Ben dan seorang laki-laki yang memakai jas berwarna merah.
Dani mengerjapkan matanya, takut salah lihat.
"Aku ngerasa kalo aku itu cuma pelampiasan nafsu kamu. " Ucap sosok laki-laki yang memakai jas berwarna merah itu.
"Sayang, udah berapa kali aku bilang kalo kamu itu bukan jalang, kamu itu spesial di hati aku. Cuma kamu satu-satunya."
"Terus, pacar sialan kamu itu? " Dani mengepalkan tangannya, ia tahu siapa yang laki-laki itu maksud.
"Kamu tenang aja, aku akan ninggalin dia dan hidup bersama kamu, aku cuma manfaatkan dia karena dia orang yang terpandang. Cocok untuk bisnis aku. "
"Pokoknya aku nggak mau tau, kamu secepatnya harus ninggalin dia. "
"Iya sayang. " Keduanya berpelukan, hal itu membuat Dani menatap ke arah mereka dengan penuh kebencian.
"Ayo kita pergi, sebelum ada yang liat. "
Begitu mereka berdua pergi, Dani pun keluar, matanya menatap penuh sorot kebencian.
Ben sudah berselingkuh dari Shakilla, ia pikir laki-laki itu akan membuat Shakilla bahagia, justru sebaliknya ia akan membuat kebahagiaan Shakilla hancur jika Shakilla bersama Ben. Jadi, selama ini, Ben tidak mencintai Shakilla. Dia hanya memanfaatkan Shakilla. Ben memanfaatkan cinta Shakilla.
Dani mengepalkan tangannya, dia tidak akan membiarkan Shakilla jatuh pada tangan laki-laki yang salah, Dani harus memisahkan mereka berdua. Sebelum, Shakilla yang jadi korban dan terperangkap dalam bualan Ben sialan itu.
"Duka Shakilla duka gue juga, musuh Shakilla musuh gue juga. Gue nggak akan biarin Shakilla terpedaya sama tipuan lo. Kebohongan lo harus terbongkar di depan Shakilla. " Dani berjanji di dalam hatinya, ia akan melindungi Shakilla.
Bagaimana sama part kali ini?
Please comen 😁✌
Aku sama sekali nggak ada niatan untuk menyinggung seseorang. Jika ada yang tidak suka, saya meminta maaf yang sebesar-besarnya.
Votenya kutunggu
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Crush (On Going)
RandomMenikah dengan orang yang kita cintai adalah keinginan setiap insan manusia. Namun, bagaimana jadinya jika impian itu tidak terwujudkan, sakit ? Tentu saja. Seperti yang dialami oleh Shakilla, pernikahan impiannya dengan sang kekasih kandas begitu s...