MwC 7

83 14 0
                                    

Happy Reading ❤

Disinilah sekarang Shakilla dan Dani berada, tadi. Dani membawa Shakilla menuju taman bermain, Shakilla sendiri heran mengapa Dani membawanya ke tempat seperti ini, bahkan sudah sangat jelas, tempat ini hanya di isi oleh anak-anak yang sedang bermain. Padahalkan, masih banyak tempat yang bagus dari pada ini.

Mereka berdua duduk saling bersebelahan, Dani yang sibuk makan pentolnya, sementara Shakilla sibuk dengan ucapan Devo.

"Killa, lo mau nggak? " Dani menawarkan setusuk pentol pada Shakilla.

"Enggak."

"Yakin nggak mau? Entar lo nyesel loh, pentolnya mang Sadi enak banget. " Shakilla menghela napas.

"Bukannya pentol mang Sadi emang selalu enak? " Dani mengangguk seraya menggoyangkan badannya.

"Lo, bisa tenang nggak sih. Lo tuh kayak cacing kepanasan, keselek lagi baru tahu rasa lo. "

"Abisnya ini enak. " Shakilla menatap Dani dengan heran, seorang pimpinan perusahaan seharusnya punya wibawa, dan rasa malu yang sangat tinggi lah ini. Boro-boro punya wibawa, dia yang sering membuat Shakilla malu jika jalan bersama Dani.

"Tumben nggak tergoda sama pentolnya. Gue beli tiga loh. " Shakilla menelan ludah, sekuat mungkin ia harus menahannya untuk tidak memakan pentol itu.

"Gue lagi nggak nafsu. " Dani menampilkan senyum misterius.

"Kalo gue, nafsu nggak? "

"Najis." Desis Shakilla.

"Gue emang tepos, tapi. Tepos-tepos gini suka bikin pacar orang khilaf."

"Khilaf raimu. " Ucap Shakilla yang membuat Dani tertawa.

"Lo kenapa sih, Killa. Dari tadi gue perhatiin lo tuh kayak nggak punya semangat hidup. Seharusnya lo tuh semangat empat lima, sebentar lagi lo bakal nikah. " Shakilla menghela napas, ia menatap Dani.

"Gue bingung. " Shakilla mendadak lesu.

"Bingung, kenapa? "

"Gue, mau nanya sama lo, Kira-kira langkah yang gue ambil ini. Udah bener nggak, ya? " Dani menaikkan sebelah alisnya, laki-laki itu menaruh pentolnya, Shakilla sudah mulai serius berbicara.

"Kenapa, lo nanya kayak gitu? " Shakilla mengedikkan bahunya.

"Ya, gue kayak ngerasa janggal aja. Gue udah iyain semuanya, dan tiba-tiba hati gue tuh kayak ragu dengan keputusan yang gue ambil. Gue bingung. Di satu sisi ini impian gue nikah sama orang yang gue cintai, tapi di sisi lain hati gue kayak nggak nerima semua ini. " Dani mengenggam tangan Shakilla.

"Killa." Ucap Dani dengan lembut.

Deg

Jantung Shakilla berdetak kencang.

"Sebelum lo setuju hal ini, tante Susi gimana, pas dia tahu Ben mau lamar lo? "

"Mama setuju dan dia senang,karena sebentar lagi bakalan ada yang jagain gue. "

"Dan lo? " Shakilla menunduk.

"Gue setuju. " Ucap Shakilla dengan nada yang melemah.

"Hati lo, setengah-setengah. Kalo emang lo belum siap, bilang nggak siap jangan karena cinta, lo mau ngorbanin semuanya, gue tahu kalian berdua saling mencintai. Tapi nggak ada salahnya kalian lebih mengenal satu sama lain lebih dalam lagi. Tiga tahun pacaran belum nentuin sifat aslinya dia, bisa jadi sifatnya yang dia tunjukan ke lo, bukan sifat aslinya dia. " Shakilla menyandarkan kepalanya di bahu Dani.

Married with Crush (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang