Mwc 10

61 4 0
                                    

Happy Reading ❤🍅

Setelah melaksanakan shalat subuh  Shakilla membuka jendela kamarnya. Gadis bertubuh gemuk itu langsung disuguhi dengan udara yang sejuk.

"Ternyata kalo bangun subuh rasanya segar banget." Shakilla bergumam sambil melihat sekeliling rumahnya yang masih gelap dan sepi.

Shakilla yang masih memakai baju tidur itu tersenyum membayangkan bagaimana bahagianya nanti ketika ia sudah menikah dengan Ben, tiap hari ia akan bangun subuh dan mempersiapkan segala kebutuhan suami dan juga anak-anaknya nanti.

Ah, membayangkannya saja membuat pipi Shakilla bersemu.

Saat melihat lampu kamar Dani yang baru saja menyala membuat rasa kepo Shakilla kumat.

"Si kudanil lagi ngapain tuh. " Ujar Shakilla saat melihat bayangan Dani yang sedang mondar-mandir dalam kamarnya.

"Abis sholat mungkin." Ucap Shakilla kemudian gadis itu kembali menopang dagunya dan membayangkan hal manis ketika ia sudah berumah tangga.

Ditengah khayalannya tiba-tiba ada suara teriakan dari depan rumahnya yang membuat khayalannya buyar.

"Oi."

Shakilla berdecak rupanya itu Danil yang sedang duduk di rooftop kamarnya.

"Ngapain lo berdiri disitu? " Teriak Dani.

"Mau terbang." Dani menjulurkan lidahnya.

"Gayanya mau terbang, berenang aja nggak bisa." Ucap Dani disertai senyum mengejek.

"Jangan buat gue emosi yah! "

Tidak tahukah mereka ini masih sangat pagi eh bukan pagi karena matahari belum muncul untuk memulai pertengkaran.

"Yang buat lo emosi siapa? Jangan terlalu emosi nanti lo cepet tua nggak ada yang suka sama cewek tua." Dani tertawa saat Shakilla melipat tangannya di dada.

Dari jarak yang jauh, laki-laki itu sudah memastikan Shakilla pasti sedang marah karena ucapannya.

"Bentar lagi gue udah mau nikah, jadi gue nggak khawatir." Shakilla menjulurkan lidahnya pada Dani, sementara itu Dani tersenyum kecut entah apa yang akan terjadi jika gadis itu tahu perilaku buruk calon suaminya.

Dari pada berdebat tidak jelas dan membangunkan tetangga mereka, Dani memutuskan masuk kedalam kamarnya meninggalkan Shakilla yang masih mendumel diseberang sana.

"Loh, dia kok masuk sih. Wah kurang ajar tuh anak." Shakilla berdecak pinggang.

*****

Susi yang sedang menyapu halaman belakang berlari terbirit-birit masuk kedalam rumah saat mendengar suara benda yang cukup keras terjatuh, saat itu ia melihat pelakunya sedang berjongkok memungut beberapa panci yang berserakan di lantai oh jangan lupa tepung terigu berserakan di meja.

"Kamu lagi ngapain sih, Killa? " Shakilla  seperti maling yang tertangkap basah, ia yang sedang merapikan kekacauan yang dia buat sendiri harus terhenti.

"Mama ngagetin aja." Ujarnya sambil menyengir memamerkan deretan gigi putihnya.

Susi melongo saat melihat wajah Shakilla yang terlihat cemong karena tepung entah karena bedak Shakilla sudah habis atau ia akan mencoba eksperimen baru.

"Itu muka kamu kenapa? " Shakilla meringis.

"Niatnya Killa mau buat brownies untuk Ben tapi malah jadi gini, Ma. "

"Bukannya jadi brownies malah jadi perang ketiga antara Shakilla sama panci-panci Mama. " Ucap Shakilla sambil merapikan peralatan masak.

"Makanya kalo mau buat sesuatu bilang sama Mama. Nanti Mama yang bantuin kamu. " Wajah gadis itu cemberut. "Killa tuh mau belajar mandiri Ma, Killa nggak mau nyusahin Mama terus masa hal sepele kayak gini aja Killa mesti panggil Mama buat bantuin Killa."

Married with Crush (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang