Happy Reading ❤
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa" Teriakan menggelegar berasal dari kamar yang ditempati oleh Shakilla dan Dani entah apa yang terjadi, mari kita simak bersama-sama.
"Lo ngapain sih, teriak-teriak." Shakilla yang tidur dengan nyenyak terbangun mendengar teriakan Dani.
Kesadaran yang belum terkumpul membuatnya harus menguap beberapa kali. "Ada apa sih?" Shakilla menatap Dani yang sedang duduk beringsut di pinggir kasur pria itu menaikkan selimutnya sampai dada.
"Lo ngapain di kamar gue?" Hah? Shakilla beberapa mengerjap apa ia tidak salah dengar.
"Maksud lo? " Tanyanya sekali lagi.
"Ngapain lo di kamar gue? Jangan bilang kita berdua tidur bersama?" Shakilla memutar bola matanya dengan malas.
"Lo amnesia, kemarin kita udah nikah artinya udah sah tidur berdua." Shakilla menatap Dani dengan wajah datar, sementara itu Dani tampak termenung dan mengingat kejadian kemarin.
"Astaga gue lupa." Ucapnya sambil menepuk dahinya.
Baru saja ingin kembali tidur Shakilla dibuat kesal dengan ucapan Dani.
"Tapi, tadi malam kita nggak ngapa-ngapain kan?" Pertanyaan macam apa itu, rasanya Shakilla ingin menangis dan menendang Dani lewat jendela hotel.
"Enggak." Ucap Shakilla dengan malas.
"Yaudah kita ngapa-ngapain yuk!" Seru Dani.
"Apaansih lo sana tidur lagi, gue capek." Dani memanyunkan bibirnya ia kemudian mencari ponsel melihat sudah jam lima lewat tiga puluh menit. Dani melihat ke arah Shakilla yang kembali pulas tertidur.
"Killa." Panggil Dani namun tidak ada sahutan.
"Killa." Panggilnya sekali lagi.
"Killa bangun sholat subuh dulu." Dani menoel lengan Shakilla.
"Sholat dulu baru tidur lagi."
"Nanti aja." Shakilla bergumam.
"Sholat jangan ditunda."
"Enggak." Dani menarik napas panjang kemudian tersenyum.
"Oke kalo lo nggak mau bangun sholat biar gue sholatin lo." Tidak cukup satu menit Shakilla bangun dari tidurnya.
"Ini gue udah bangun." Dani tersenyum kecil.
"Bagus, makanya kalo dipanggil sholat langsung bangun jangan nunggu di sholatin baru mau bangun." Tatapan tajam ia berikan pada Dani mulut laki-laki itu sepertinya tidak pernah merasakan pukulan tangan Shakilla.
"Mulut lo lemes banget sih, banguninnya yang lembut kek."
"Gue udah lembut tapi lo aja yang enggak dengar." Dani beranjak dari kasur menuju kamar mandi.
"Ambil cara lain kek, cium atau apa gitu yang bisa buat gue bangun." Dani menghentikan langkahnya mendengar ucapan istrinya. Sementara Shakilla terdiam setelah sadar dengan ucapannya.
"Lo mau di cium, tanpa lo suruh pun gue akan senang hati melakukannya. Sabar yah." Dani tersenyum manis dan masuk ke dalam kamar mandi.
"Bego bego bego." Shakilla memukul mulutnya.
"Kenapa bisa bicara kayak gitu sih, udah tau gue terpaksa nikah sama Dani kenapa harus bilang kayak gitu. Nanti Dani pikirnya gue sasimo." Shakilla duduk di tepian ranjang merutuki ucapannya.
*****
Selesai sholat subuh Shakilla kembali tidur sementara Dani sibuk memakai sepatu olahraga, rencananya ia akan joging di sekitar hotel.
"Lo beneran nggak papa gue tinggal sendirian? " Tanya Dani.
"Pergi aja gue mau bobo cantik." Shakilla mengibaskan tangannya mengusir Dani agar cepat keluar dari kamar.
"Yaudah gue keluar sebentar."
Saat membuka pintu Dani dikejutkan oleh dua penampakan ehhhh enggak deng :) maksudnya ia bertemu dengan Mamanya dan Mama mertuanya yang sedang berdiri didepan kamar mereka.
"Kalian ngapain berdiri disini?" Bukannya menjawab mereka berdua malah berbisik bahkan ketawa cekikikan.
"Ma." Panggil Dani.
"Iya." Keduanya kompak menjawab.
"Mama sama Mami sejak kapan ada didepan kamar Dani?" Tanya Dani.
"Sejak Mama dengar suara teriakan." Dani menganga, maksud Maminya apa?
"Kalian ekhem habis ngapain teriak-teriak." Tanya Mama mertuanya.
Dani gelagapan apakah mertuanya itu mendengar suaranya yang sedang teriak? Aish jika iya, reputasinya sebagai menantu idaman turun di telinga mertuanya.
"Enggak ngapa-ngapain kok." Ucap Dani sambil menggaruk alisnya.
"Tapi tadi Mama dengar ada suara teriakan?" Sepertinya Dani menyewa hotel yang terlalu murah suaranya diluar masih terdengar oleh dua admin lambe turah.
"It-itu tadi k-karena kepeleset. Iya kepeleset." Keduanya kompak mengangguk dan memberi kode.
"Kamu pakaian kayak gini mau kemana?" Tanya Susi.
"Mau olahraga, Mi."
"Terus, Killa kemana?" Tanya Selvi.
"Didalam abis sholat subuh langsung tidur lagi katanya capek." Selvi dan Susi kompak menutup mulutnya.
Sebelum terjadi pertanyaan yang iya-iya lagi, lebih baik Dani segera pergi dari hadapan mereka.
"Dani izin olahraga dulu di sekitar taman hotel, nanti Dani kembali kalau udah mau sarapan."
"Mami juga mau izin pulang duluan soalnya keluarga kita dari Palembang mau mampir."
"Mama juga pulang duluan mau beres-beres rumah."
"Mau Dani antar?" Tawar Dani.
"Enggak usah, Mami udah nelfon supir suruh jemput kita. Kamu sama Killa di hotel aja terserah mau pulang kapan." Susi tertawa geli melihat Dani yang salah tingkah.
"Oh gitu, yaudah Dani antar ke lobi."
*****
Melihat mobil yang membawa Maminya dan Mama mertuanya sudah tidak terlihat lagi Dani kembali melangkah masuk kedalam hotel, niat awalnya yang ingin joging ia urungkan karena tidak mood, entah apa yang membuatnya begitu malas hari ini."Bawa sarapan di kamar saya." Perintah Dani kepada salah satu staff hotel yang berpapasan dengannya.
Staff hotel itupun mengangguk dengan sopan ia bergerak cepat menuju tempat yang dia butuhkan. Siapa yang tidak kenal dengan Dani. Seorang direktur muda yang sahamnya ada dimana-mana termasuk hotel yang ia booking untuk acara pernikahannya.
Sementara itu Shakilla yang sedang mengeringkan rambutnya mengengok ke arah pintu yang terbuka.
"Olahraganya udah selesai?" Shakilla menatap Dani dari atas sampai bawah, tidak ada tanda-tanda keringat dibadan laki-laki itu.
"Gue enggak olahraga." Shakilla menaikkan sebelah alisnya.
"Terus lo ngapain pake baju olahraga kalo enggak olahraga."
Dani memberi tatapan sewotnya. "Suka-suka gue lah." Ujarnya dan ia mendapat lemparan handuk dari Shakilla.
"Durhaka lo jadi istri." Dani melempar balik handuk kearah Shakilla.
"Lo juga durhaka jadi suami, gue tanya baik-baik lo jawab sewot." Shakilla tak mau kalah ia memberikan Dani tatapan sengit.
"Diem kan sekarang, makanya jangan macam-macam sama Shakilla." Shakilla menjulurkan lidahnya kearah Dani.
Dani tidak peduli lagi celotehan Shakilla sekarang ia fokus pada ponselnya mengecek email yang masuk dari kliennya.
Vote!!!!👊
Gue maksa 👊
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Crush (On Going)
RandomMenikah dengan orang yang kita cintai adalah keinginan setiap insan manusia. Namun, bagaimana jadinya jika impian itu tidak terwujudkan, sakit ? Tentu saja. Seperti yang dialami oleh Shakilla, pernikahan impiannya dengan sang kekasih kandas begitu s...