MwC 18

62 8 2
                                    

Happy Reading

Shakilla meremas tasnya dengan kuat saat ia melihat Ben yang sedang asik tertawa bersama Devo di sebuah cafe yang letaknya berada pas didepannya hanya jalan raya sebagai pembatas antara mereka.

Mengingat apa yang sudah Ben lakukan padanya seketika membuat darahnya mendidih, tangan Shakilla sudah gatal ingin menampar wajah dua orang itu disebrang sana, Shakilla tidak akan pernah mengingat kejadian dimana ia dan Ibunya dipermalukan didepan banyak orang dan ia juga tidak lupa orang lain juga ikut terseret ke dalam masalahnya, karena ulah Ben. Dani harus menikah degannya yang sama sekali tidak mencintainya dan mereka saling tidak cinta.

Tapi ada satu hal yang membuat Shakilla sangat membenci Ben. Bisnisnya diambang kehancuran, semua itu karena beritanya yang viral di media sosial dan televisi membuat perusahaan yang bekerja sama dengannya banyak yang membatalkannya dan yang lebih parah lagi Shakilla harus mengganti kerugian ratusan juta. Kepala Shakilla ingin meledak mengingat banyak karyawan yang menggantungkan nasibnya di perusahaan Shakilla.

"Dira." Panggil Shakilla kepada asistennya.

"Iya bu, ada apa?" Tanya Dira.

"Dosa enggak sih kalo saya bunuh orang?" Pertanyaan yang Shakilla lontarkan membuat Dira terkejut.

"Dosa Bu, dalam agama kan sudah jelas dilarang untuk membunuh." Shakilla menatap Dira.

Ia menatap Dira dengan jengah. "Bisa enggak sih kamu enggak usah bawa-bawa agama saya kan jadi kepikiran sama dosa saya." Dira menggaruk kepalanya.

"Habisnya mau gimana Bu, saya enggak mau Ibu di penjara." Ucapan Dira ada benarnya juga, kewarasan Shakilla sedikit stabil.

"Rasanya saya pengen bunuh Benanjing, tuh lihat." Shakilla menunjuk dengan dagunya, Dira pun mengikuti kemana arah pandang Shakilla.

"Enak banget dia bahagia di atas penderitaan orang lain, saya mati-matian bangun bisnis saya tapi dia dengan gampangnya menghancurkan semuanya. Kamu masih mau bilang dosa saya bunuh dia padahal dia orang yang menyebabkan butik saya kehilangan investor." Shakilla menatap Ben dengan tajam, jauh di sebrang sana Ben juga sadar akan kehadiran Shakilla dia tersenyum mengejek ke arah Shakilla.

"Sampai kapanpun saya enggak akan maafkan atas semua perbuatannya kepada saya." Shakilla mengepalkan tangannya, bukan hanya bisnisnya yang hancur tapi juga hatinya yang hancur.

Setiap kebersamaan bersama Ben masih teringat jelas dalam memorinya, perlakuan Ben yang ia kira tulus dan sayang padanya ternyata hanya sebatas kebohongan, ia kira Ben mencintainya tapi ternyata dia hanya dijadikan penutup kelainan dalam diri pria itu.

Sakit bukan?
Sudah mencintai seseorang dengan sepenuh hati tapi dia hanya berpura-pura mencintaimu.

"Bu." Shakilla tersentak saat Dira memegang pundaknya.

"Kenapa?" Tanya Shakilla.

"Sebaiknya kita pulang aja Bu, soalnya itu ad-

"Ada apa? Kamu kok kelihatan ketakutan gitu." Belum sempat Dira menjawab Ben menyela ucapannya.

"Hai mantan." Entah dari mana datangnya Ben yang jelas Dira menelan ludahnya dengan susah, mood Shakilla tidak bagus hari ini.

"Ngapain lo kesini?" Ben terkekeh mendengar nada suara Shakilla yang tidak bersahabat.

"Wohho santai dong Shakilla, kayak sama siapa aja."

"Kalau enggak ada yang mau di bicarain gue pergi dulu."

"Eits kamu mau kemana babe?" Ben memegang lengan Shakilla.

Dengan cepat Shakilla menyentak tangan Ben. "Jangan pernah sentuh gue dengan tangan kotor lo itu." Shakilla meninggikan sedikit suaranya membuat Ben menatapnya dengan nyalang.

Married with Crush (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang