Tangis Bahagia

657 74 1
                                    

Entah berapa lama aku tertidur, sampai kurasakan seseorang memegang keningku. Aku berjingkat, kaget.

"Belum baikan sayang?, kita pergi kedokter ya?" ajaknya. Mas Wisnu terlihat begitu khawatir, melihat aku yang lemas diatas tempat tidur. Bahkan aku tak menyadari kapan mas Wisnu pulang. Bagaima bisa masuk?  Apa aku lupa mengunci pintu?

"Adek lupa mengunci pintunya sayang." Seakan tahu kebingunganku.

Ah..! Aku ingat, aku tak mengunci pintu. Setelah keluar membuang sampah, aku buru buru lari kekamar mandi untuk memuntahkan semua isi perutku. Mual sekali rasanya, bahkan nasi putih yang hanya beberapa suap aku telan semua keluar tak bersisa.

"Mas antar ke Dokter ya?" ajaknya. Aku tak menanggapi. Mataku semakin berat, serasa kantuk yang tak tertahan.

Ku buka mataku, ruangan putih dengan aroma obat yang begitu menyengat. Bukankah tadi aku tidur dikamar?

Panas dan sakit kepala perlahan tak ku rasakan. Hanya, lemas sekali rasanya.

"Mas... " ku panggil mas Wisnu yang terduduk dikursi dekat ranjangku. Bersandar dengan tembok dengan mata terpejam, sepertinya mas Wisnu tertidur.

Ku lihat ada pergerakan, mas Wisnu terbangun. Matanya sayu, terlihat lelah. Namun, senyum itu. Senyum itu masih saja manis. Menenangkanku, dan seakan menjelaskan semuanya akan baik baik saja.

"Kita dimana Mas?" tanyaku memastikan, bahwa kita tidak lagi berada di Rumah.

"Kita Di Puskesmas, Adek pingsan. Kata dokter adek dehidrasi." Terangnya.

"Kita pulang saja ya Mas, Adek baik-baik saja," pintaku. Yang tak ingin berlama-lama ditempat ini. Aku merasa tidak nyaman.

"Ini sudah malam, besok ya? Kita tanyakan Dokter dahulu bagaimana baiknya. Boleh pulang, atau masih ada pemeriksaan lagi."  mas Wisnu coba menenangkanku.

Dan untuk pertama kalinya, kami bermalam di Puskesmas. Tidak nyaman, bahkan sampai pagi aku dan mas Wisnu tak juga bisa terlelap.

Ke-esokan harinya, seorang dokter dengan tampilan khasnya. Jas putih, dan stetoskopnya memasuki kamar dimana aku dirawat.

"Selamat pagi, Bapak, Ibu." sapanya begitu ramah. Dokter cantik dengan perawakan tinggi. Dan senyum yang memperlihatkan lesung pipi di kedua pipinya. Dokter Nani, ku tahu dari pin yang ada didadanya.

"Selamat pagi Dokter," jawab kami bersamaan.

Dokter menyampaikan, aku dehidrasi. Dan dari hasil tes darah, aku mengalami anemia. Hemoglobinku 7. Begitu katanya.
Aku belum diizinkan untuk pulang, tensiku rendah. Dan masih harus tes urin, dan untuk mengetahui hasilnya esok hari.

Sebenarnya aku ingin membantah, aku tidak sabar ingin pulang. Disini aku semakin merasa mual karena aroma obat yang begitu menyengat.

Namun, Ibu dan Bapak juga Mas Wisnu menginginkan aku untuk tetap dirawat. "Biar seha," kata mereka. Terlihat begitu khawatirnya kedua orang tuaku. Mereka langsung menyusul ketika mas Wisnu mengabari.

Dan malam ini, kami semua bermalam di Puskesmas. Semoga esok hari hasilnya baik. Dan aku sehat. Tak sabar, aku ingin segera kembali ke Rumah.

Pagi_pun tiba, matahari yang mulai meninggi. Memancarkan sinar terangnya,  begitu cerah hari ini. Aku dan mas Wisnu menunggu dokter visit. sementara Bapak dan Ibu sudah pulang, selepas salat subuh tadi. Ibu ingin memasak makanan kesukaanku. Oseng tahu putih dengan tauge. Iya, dari usiaku belasan tahun aku sangat menyukai masakan itu.

Bapak dan Ibu akan kembali, membawa makan siang dan baju ganti untuk_ku.

"Selamat pagi, Bapak, Ibu." sapa sang dokter cantik. Waktu menunjukan pukul 8pagi, saat dokter memasuki kamar perawatan dimana aku dirawat.

Dari hasil pemeriksaan, dokter menyatakan aku hamil. Iya, hamil. Alhamdulillah, kata syukur berulang kali terucap dari bibir mas Wisnu. Diciuminya tanganku. Aku, tak tau harus berkata apa. Tak ada kata yang bisa menggambarkan perasaanku saat ini.

"Tuhan, sekali lagi Engkau tunjukan satu dari seribu satu kebaikanMu padaku." Ucapku dalam hati, di-iringi dengan isakan yang tak lagi mampu aku tahan. Aku terisak, tangisan bahagia.

Bersambung...

Selembar Jarit (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang