Mimpi

492 56 3
                                    

Ku hampiri Ibu. Setelah kepergian Bu Lasmi Ibu masih saja menangis.

"Apa salah kita ya, Ayu? Kenapa Bu Lasmi sepertinya benci sekali dengan keluarga kita?" tanya Ibu disela tangisnya.

"Jangan terlalu dipikirkan Bu, Ibu Lasmi kan memang seperti itu orangnya kepada siapa saja." jawabku.

"Tapi Ayu, Ibu sudah enggak tahan dengan ucapan-ucapannya yang selalu menyakiti hati." keluh Ibu. Tangisnya tidak juga mereda. Aku peluk tubuh kurusnya, berharap mampu memberikannya kekuatan dan ketenangan.

"Sudah ya Bu? Kita berdoa saja, semoga Bu Lasmi tidak lagi mencari masalah dengan keluarga kita," ucapku mencoba menenangkan.

"Iya, Ayu. Kamu juga yang sabar ya nak, jangan sampai terbawa emosi dan akhirnya merugikan dirimu sendiri." nasehat Ibu.

"Iya, Bu. Semoga Tuhan selalu menjaga keluarga kita," harapku. Ibu meng aamiinkan yang menjadi harapan kami, Semoga Tuhan senantiasa menjaga keluarga kami.

Waktu berlalu begitu cepat, tanpa terasa malampun tiba. Bapak dan Mas Wisnu telah sampai di Rumah Sakit. Sementara Ibu, baru saja bisa untuk terlelap.

Bapak memintaku dan mas Wisnu untuk Pulang, dan kembali lagi esok hari. Aku menurut, karena aku melihat Ibu hari ini mulai membaik. Tak lagi kesakitan setelah menelan makanan dan juga tidak lagi memuntahkannya.

"Ayu sama mas Wisnu pamit dulu ya, Pak? " ucapku sebelum meninggalkan Rumah Sakit.

"Kalau butuh sesuatu langsung telpon Wisnu ya, Pak?" pesan mas Wisnu. Begitulah suamiku, baik dan perhatian kepada mertuanya. Mas Wisnu sangat menyayangi dan menghormati Bapak dan juga Ibu. Aku sangat bangga kepadanya. Mas Wisnu, Suami terbaikku.

Setelah sampai di Rumah, aku menceritakan semua kejadian siang ini. Bagaimana Bu Lasmi datang dan mengancam Ibu. Mas Wisnu hanya mampu geleng-geleng kepala.

"Selama Mas hidup, baru nemu orang yang kaya Bu Lasmi loh Dek. Ajaib bener orangnya." ucap Mas Wisnu diiringi tawa khasnya.

"Tapi Adek takut, Mas." keluhku.

"Tenang, Sayang. Kan ada Mas," jawabnya menenangkan.

Aku memeluknya erat. Hanya ini yang mampu membuatku nyaman dan tenang. Apapun yang akan terjadi, mas Wisnu berjani akan selalu ada dan melindungiku. Betapa beruntungnya aku. Terimakasih Tuhan, Engkau jodohkan aku dengan laki-laki sesempurna mas Wisnu. Laki-laki yang benar-benar tulus mencintaiku.

Terlelap aku di dalam dekapannya. Hingga pagi menjelang. Lengannya tak bergeser, menjadi bantal yang nyaman sepanjang malam untukku.

Mas Wisnu beranjak, menjawab panggilan pada ponselnya. Seketika raut wajahnya berubah, kepanikan sungguh terlukis jelas di sana.

"Kenapa mas?" tanyaku sesaat setelah mas Wisnu menutup teleponnya. Aku tahu, ada yang tidak beres.

"Kita harus segera ke Rumah Sakit Dek, Ibu kritis." ucap mas Wisnu. Selebihnya aku tak tahu pasti apa yang dikatakan mas Wisnu. Seketika badanku terasa lemas, bahkan aku tidak mampu menumpu tubuhku sendiri. Aku terduduk seperti orang linglung. Bagaimana bisa, tadi malam aku bahkan bermimpi Ibu pulang mengenakan kebaya yang begitu anggun.

"Dek, sabar. Istigfar sayang," Mas Wisnu coba menguatkanku. Dipeluknya tubuhku yang tak lagi mampu merespon. Pikiranku kemana-mana, Tentang aku yang kehilangan janinku dan mimpi bayi dipangkuanku. Juga Ibu yang kritis dan mimpi tadi malam, Ibu pulang dengan mengenakan kebaya yang sangat anggun.  Ibu terlihat begitu cantik dalam mimpiku.

Semoga Ibu baik-baik saja.
Semoga Ibu akan segera pulang kerumah dengan kondisi yang sudah sehat.

Bersambung...

Selembar Jarit (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang