Suami Siaga

569 60 3
                                    

8minggu usia kehamilanku, janin tumbuh sesuai usia kehamilan. Hasil tes darah cukup baik, tidak ditemukan adanya virus dan juga komplikasi. Hanya, aku mengalami anemia berat. 4hari berada di Rumah sakit, aku diperbolehkan pulang.
Istirahat total, begitu pesan Dokter. Aku tidak boleh melakukan aktifitas, sampai pendarahanku benar-benar berhenti. Tak lupa Dokter mengingatkan, 2minggu lagi kembali untuk kontrol.

Macam-macam obat yang diresepkan. Penguat kandungan, vitamin, anti mual, penambah darah dan entah apalagi. Aku disarankan untuk mengkonsumsi sayuran, buah, dan banyak minum air putih, untuk mengatasi anemiaku.

Hari ini aku meninggalkan Rumah Sakit, dijemput Pak RT dan juga Bapak Ibu. Mas Wisnu, suami terhebatku. Dia tak pernah meninggalkanku walau sebentar. Bahkan ketika Ibu meminta untuk menggantikan menungguiku, dengan lembut mas Wisnu menolaknya. Ingin selalu ada untukku, begitu katanya. Jika boleh, mas Wisnu juga menginginkan ibu ikut menjaga. Hanya saja, peraturan Rumah Sakit yang mengharuskan hanya seorang yang boleh menjaga pasien. Ibu hanya bisa datang, ketika jam berkunjung.

Sampai dijalan depan rumah, kami melihat segerombolan ibu ibu tetangga berkumpul dipekarangan rumah kami.

"Assalamualaikum," ucap Ibu.

Ibulah Yang pertama kali keluar mobil. Semua tetangga menjawab salam ibu secara bersamaan.

"Bagaimana keadaan Ayu Bu?" Bu RT memulai menanyakan kabarku.

"Alhamdulillah Bu RT." jawab Ibu. Menahan pintu mobil, agar aku mudah untuk keluar. Disusul mas Wisnu yang langsung memapahku untuk masuk kedalam.

"Permisi Ibu-Ibu," ucap mas Wisnu Sopan.

Ku lihat ada juga Bu Lasmi, "Semoga, tidak berucap sembarangan." batinku. Karena jujur, untuk saat ini aku tidak akan sanggup mendengar perkataan yang menyakiti hati.

Ku tersenyum saat melewati para tetangga yang berada dipekarangan Rumahku. Senyum, hanya itu yang kusanggup. Rasa nyeri dibagian perut bawahku, dan rasa lemas membuatku tak berselera untuk berbicara. Bukan sombong, tapi entahlah. Aku benar benar malas untuk berbicara.

Saat kami melewati Bu Lasmi, dugaanku salah. Bu Lasmi masih sama seperti biasanya. Hadir dengan ucapan ucapannya yang begitu meenusuk hati.

"Kamu ini hamil apa penyakitan sih Ayu? hamil kok Rumah Sakit lagi, Rumah Sakit lagi," ucapnya. tanpa sedikitpun coba untuk berempati.

Ingin rasanya aku menjawab ucapannya, bahwa kondisiku sekarang bukanlah keinginanku. Siapa yang tidak ingin, hamil sehat dan lancar hingga tiba waktu melahirkan?. Akupun ingin.

Ku lihat mas Wisnu mengepalkan tangan nya. Aku tahu, saat ini suamiku benar benar marah.

Ku pegang sebelah tangannya yang tengah merangkulku. Dengan senyuman kugelengkan kepalaku. Dan mas Wisnu sepertinya tahu, aku tak ingin ini semakin panjang. Kepalan tangannya perlahan melemas.

"Hamil adalah keinginan setiap wanita yang telah menikah Bu. Apapun keluhan nya, bukankah setiap ibu hamil itu berbeda-beda?, dan saya rasa tidak ada satupun ibu hamil yang menginginkan kondisi seperti istri saya." jelas mas Wisnu dengan suara yang sedikit lebih keras dari biasanya.

"Dasarnya Ayu aja manja," cibir Bu Lasmi.

"Tidak masalah! sebagai suami saya siap dengan kemanjaan istri saya," jawab mas Wisnu. Betapa beruntungnya aku. Terimakasih Tuhan.

Mas Wisnu mengajaku untuk segera masuk kedalam Rumah. Tak ingin semakin banyak ucapan racun Bu Lasmi yang akan aku dengar lagi.

Hingga sampai aku dan mas Wisnu memasuki rumah,masih kudengar Bu Lasmi dengan argumen ajaibnya yang tak tumbang ketika banyak orang membantah.

Lagi, mas Wisnu mengingatkanku untuk tidak terlalu memikirkan perkataan Bu Lasmi.

Mas Wisnu, suami yang sempurna bagiku.  Selain tampan, mas Wisnu sangat bertanggung jawab. Bukan hanya soal mencari nafkah. Bahkan ia selalu menyiapkan apa yang aku butuhkan selama masa bedrest ku.

Sebelum berangkat ke Pabrik, dengan telaten mas Wisnu mengupaskan buah buahan. buah naga, mangga dan lain nya. Diletakan dikulkas, agar Ibu tak perlu lagi repot mengupas.

Setiap pulang kerja, aneka buah dan juga Kurma tak lupa dibawanya untukku.

Bersambung....

Selembar Jarit (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang