Petaka

567 61 2
                                    

Setelah semua pergi, mas Wisnu mengajakku untuk beristirahat dikamar. Dengan begitu telaten mas Wisnu memapahku hingga sampai kedalam kamar. Benar-benar lemas, sampai aku hampir tidak kuat berjalan. Beruntung, ada suami seperti mas Wisnu.

"Jangan dipikirkan omongan Bu Lasmi tadi ya sayang, ingat pesan dokter. Harus selalu senang dan tidak boleh stres."

Dikecup keningku, dengan penuh sayang.

"Mas denger?" tanyaku.

Karena sewaktu ibu-ibu datang menjenguk, mas Wisnu berada didalam kamar.

"Denger, benar kata Ibu dan Bu RT. hamil muda itu wajar kalau lemes, mual muntah."

Lagi, mas Wisnu mencoba membesarkan hatiku.

Bahagia?  Tentu saja. Hingga malu rasanya untuk mengeluh. Bukankah hingga saat ini, sudahh begitu banyak Tuhan menunjukan kebaikanNya padaku?
Apa lagi yang harus aku keluhkan?

Masuk 7minggu kehamilanku saat ini, menurut hitungan Bidan di Puskesmas. Minggu depan aku dan mas Wisnu akan memastikannya dengan melakukan USG.

Pagi nanti, rencananya aku akan periksa ke Dokter kandungan. Dengan diantar mas Wisnu, dan Ibu. Kami pergi menggunakan mobil Pak RT, Alhamdulillah Pak RT mau mengantarkan kami.

Namun, masih tengah malam. Saat aku hendak ke Toilet, Aku merasakan sakit perut yang amat hebat. Sampai aku tidak sanggup untuk berjalan, aku terduduk dilantai depan pintu toilet.

Dengan sisa tenaga, aku mencoba berteriak. Memanggil siapapun yang ada dirumah. Tak butuh waktu lama, mas Wisnu, Bapak, dan juga Ibu,lari menghampiriku. Semua panik! Bertanya, kenapa dan ada apa. Belum sempat menjawab, semua gelap. Tak lagi kudengar suara suara kecemasan mereka.

Saat aku terbangun, mas Wisnu meberitahu bahwa sekarang kami telah berada di salah satu RSIA dikota kami. Lengkap dengan selang infus, aku harus opname lagi. Karena pendarahan ringan. Siang ini, Dokter menjadwalkan untuk dilakakukan USG.

Dalam hati aku terus berdoa agar semua baik baik saja. Mas Wisnu tak pernah bergeser walau sebentar dari sisiku. Menggenggam tanganku erat, mencoba meyakinkanku bahwa semua akan baik baik saja. Namun aku tahu pasti, saat ini bahkan mas Wisnu tidak bisa menututupi ketakutannya.

Takut, sesuatu hal buruk akan terjadi pada calon anak kami.

Ku rapalkan doa, semua yang aku bisa. Semoga semua benar, semua akan baik baik saja.

Tepat pukul satu siang, seorang perawat dengan membawa kursi roda datang. Memberitahukan, bahwa akan dilakukan USG.

Mas Wisnu dengan sigap, membantuku untuk duduk dikursi roda dan mendorongnya.

"Biar saya saja Sus," pintanya. Saat perawat hendak mendorong kursi rodaku.

"Baik Pak, Silahkan. Mari ikuti saya."

Perawat itu menunjukan dimana akan dilalukan USG.

Kami berada dalam ruangan dengan banyak peralatan, aku tidak tahu apa saja nama dari alat-alat ini. Perawat tadi menyuruhke berbaring, menutupi bagian bawahku. Antara lutut hinggak kaki.
Dan mulai membuka bagian perutku, mulai mengolesinya dengan gel.

Seorang dokter laki laki, yang sepertinya seusia Bapak mulai melakukan tugasnya. USG.
Hasilnya, tidak begitu jelas. Detak jantung janinku tidak terditeksi. Dan dokter menyarankan untuk dilakukan USG Trans Vaginal, yang langsung disetujui mas Wisnu. Apapun, asal yang terbaik. Begitu kata suamiku.

"Bagaiman Dok? " tanya mas Wisnu dengan raut penuh kecemasan.

"Alhamdulillah, Pak. Detak jantung terditeksi. Namun sangat lemah," terang dokter.

Sedikit melegakan, Tuhan masih memberiku harapan. Semoga semua baik baik saja. Aku patuhi segala anjuran Dokter, opname untuk beberapa hari. Untuk dilakukan observasi lebih lanjut, aku masih harus tes darah lagi.

Bismillah, semoga hasilnya benar benar baik.

Bersambung....

Selembar Jarit (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang