Aku dipindahkan dari ruang perawatan biasa ke ruang perawatan Poned. Aku masih belum pulang, karena aku mengalami ISK atau Infeksi Saluran Kemih. Disebabkan karena aku kurang minum dan sering menahan untuk berkemih. Begitu, jelas dokter Nani.
Tepat pukul 11siang, Ibu datang membawa makanan kesukaanku. Terlihat dari binar matanya, aku bisa menebak kalau Ibu sudah tahu tentang kehamilanku. Ah... Mas Wisnu, Dia membuktikan ucapannya. Akan menunggu Ibu dan Bapak di Gerbang Puskesmas. Mas Wisnu tidak sabar memberitahukan kabar gembira ini kepada Bapak dan Ibu. Begitupun kepada kedua orang tua mas Wisnu. Mertuaku sangat bahagia, namun mereka tidak bisa mengunjungi kami. Mereka berada diluar kota. Dan saat ini, disana sedang musim panen. Begitulah yang disampaikan mertuaku ketika mas Wisnu menelpon,pagi tadi.
"Selamat ya Nak, sebentar lagi kamu akan menjadi seorang ibu," doanya begitu tulus.
"Terimakasih Ibu, darimana Ibu tahu Ayu sudah dipindahkan?" tanyaku penasaran.
"Wisnu, tadi menghadang Ibu dan Bapak didepan. Dia juga yang memberitahu kalau kamu hamil," Jelasnya.
"Dimana Mas Wisnu dan Bapak sekarang?" tanyaku, saat tak kunjung kulihat kehadiran mas Wisnu dan Bapak.
"Mereka ke Masjid di seberang jalan," jawabnya, Ibu mulai membuka makanan yang dibawa dari rumah.
"Kamu makan ya nak, ini Ibu masak..." belum selesai ibu menyiapkan lauk untuk-ku,
"Hueeek.." aku mulai mual lagi.
"Kamu mual lagi Ayu?" tanya ibu, khawatir. Dijauhkan nya makanan yang Ibu bawa dari rumah.
"Maafkan Ayu Bu."
Aku merasa tidak enak hati. Ibu sudah repot membawakanku makanan, tapi aku malah mual. Bahkan sebelum aku mencoba untuk memakannya.
"Tidak apa-apa Nak, lumrah."
Ibu memastikan bahwa ini bukan salahku. Ini adalah hal yang wajar bagi wanita yang tengah hamil muda.
Ibu mengupas jeruk untukku, ku coba memakannya. Belum habis satu buah, mual kembali menyerang.
Mual sekali rasanya, meskipun apa yang ku makan tidak lagi kembali keluar. Semoga aku segera pulih dan bisa pulang kerumah. Mas Wisnu telah memutuskan untuk sementara kami tinggal bersama Bapak dan Ibu. Seperti saran dari Ibu. Senang sekali rasanya, hamil dan mendapat perhatian dari semua orang yang aku sayang. Begitu bahagia, semoga semua lancar. Seperti doa Ibu dihari pernikahanku, saat memberiku selembar kain jarit.
Setelah satu minggu aku dirawat, akhirnya dokter memperbolehkan aku untuk pulang. Dengan catatan, agar aku segera memeriksakan diri ke dokter kandungan. Untuk dilakukan USG, guna mengetahui usia kandungan dan kondisinya. Memang, di Puskesmas belum ada fasititas untuk USG.
Kabar kepulanganku, dan kehamilanku begitu cepat menyebar. Banyak sekali tetangga berdatangan. Banyak yang mendoakan dan memberi perhatian, tak ketinggalan Bu Lasmi.
"Beneran hamil tah kamu Ayu?" tanyanya, seakan tak percaya atas kehamilanku.
"Alhamdulillah Bu, doa nya agar semuanya lancar," ucapku dengan senyum yang aku paksakan. Lemas sekali, ingin sekali rasanya aku tidur dan istirahat. Namun aku tidak mau mengecewakan mereka, para tetangga yang menyempatkan untuk menjenguk ku.
Semua meng-aminkan doaku. Kecuali Bu Lasmi.
"Hamil kok kaya orang penyakitan," sindirnya.
"Hamil muda wajar kok kalau lemas," bela Bu RT, dan segera mengajak semua ibu-ibu untuk pulang.
"Ayu, butuh istirahat." Begitu katanya.Ada yang setuju dengan Bu RT, dan banyak juga yang beranggapan sama dengan Bu Lasmi. Menurut Bu Lasmi, "hamil itu tidak boleh cuma tidur, jangan kaya orang penyakitan.".
Aku tidak menyalahkan, mungkin mereka hamil tanpa mual muntah seperti yang aku alami. Hamil kebo atau ngebo mereka menyebutnya.Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Selembar Jarit (TAMAT)
General FictionSelembar Jarit, Hadiah pernikahan dari seorang ibu untuk anaknya yang bernama Ayu. Berharap agar Ayu bisa hamil dan memiliki keturunan. Mungkinkah Ayu hamil dan memiliki keturunan? Sementara ia berasal dari keluarga "Turunan Mandul"? inilah kisahnya...