#2 - necklace

1.4K 122 18
                                    

༶⁠ ༶⁠༶⁠༶⁠༶⁠༶⁠༶⁠༶⁠༶⁠༶⁠༶⁠༶⁠༶⁠༶⁠༶⁠༶⁠༶⁠༶⁠

"Dion, apa yang kau pikirkan?" tanya Kana duduk di samping Dion.

Dion hanya melihat ke arah kana sekilas.

"Kau masih menyimpan saputangan ini?"

"Ini sangat berharga untukku." ucap Dion menyimpan saputangan itu ke dalam tasnya.

"Apa kau sudah menemukan orang yang memberikannya?"

Dion menggelengkan kepalanya.

"Kau pasti bisa menemukannya." Kana menepuk pundak Dion.

"Apa kau sudah siap?" tanya tee masuk.

"Ya. Apa kau sudah membawa semuanya?"

"Sudah. Ayo kita berangkat."

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Hari ini Tuan perdana menteri mengunjungi putranya di rumah.

Semua orang menyambutnya dengan hangat.

"Khun-nu, ayahmu menunggu di ruang utama."

Vionz keluar dan turun ke ruangan utama untuk menemui ayahnya.

"Swadee khap pa" Vionz menunduk.

"Kemari lah nak"

Vionz memeluk ayahnya.

●●●

Sementara itu di luar rumah, Dion dan Tee sedang berdebat dengan kepala pengawal.

"Kami datang untuk menemui tuan perdana menteri. Kalau kau tidak mengizinkan kami masuk, itu artinya kau membantah perintah tuan mu!" ucap tee dengan kesal.

"Apa buktinya jika Tuan Triphana mengizinkan kalian datang?"

"Arghh Dion! dia sangat keras kepala!"

"kau izinkan kami masuk atau aku akan membunuhmu!" ucap tee mengancam.

"Di mana si tua Bangka itu! bukannya keluar untuk membiarkan aku dan tee masuk!" Dion berbatin.

"WOYHHH MINGGIR!" tee yang terlewat emosi menonjok kepala penjaga.

.................

"Ada keributan apa di luar?" gumam Khun Triphana.

Mereka lalu keluar untuk memeriksa.

"Ada apa ini?" tanya pengawal pribadi Khun Triphana.

"Ini dia! harus kah aku menonjoknya sampai mampus?" gumam Dion dengan kesal melihat Ayah Vionz.

Vionz menatap Dion beberapa menit sementara para pengawal mengamankan keadaan..

"Apa aku pernah melihatnya?. Dia sepertinya pernah ada di mimpiku." Vio berbatin.

"Kalian yang di kirim oleh agen Kim?" tanya Khun Triphana.

"Iya!. Harunya kami di sambut dengan baik!" ucap tee masih kesal.

"Maafkan Pengawalku, ayo kita masuk."

"Harusnya dari tadi!" ucap Dion berbatin.

Mereka lalu masuk kemudian mengobrol untuk masalah pekerjaan.

"Sekali lagi aku minta maaf. Aku harap kalian tidak membatalkan kontrak dengan keluargaku."

"Tidak masalah. Jadi, apa yang harus kami lakukan?" tanya Dion.

"Kalian harus menjaga putraku tetap aman. Aku menerima beberapa ancaman dari orang-orang asing akhir-akhir ini. Aku yakin mereka dari pihak lawan politikku."

SHUT DOWN [1]  [BBB] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang