"Kakak, Aurel sayang kakak," ucap Aurel dengan terisak-isak.
"Iya sayang, kakak juga sayang Aurel," jawab Anggia dengan mencium pucuk kepala Aurel.
"Kakak pergi sayang," ucap Anggia melangkahkan kakinya keluar dari kamar, meninggalkan Aurel yang masih terus menangis.
"Maafkan kakak Aurel,"
"maafin Aurel, kak Gia, semua ini terjadi karena Aurel," ucap Aurel dan Anggia dengan waktu yang sama dan tempat yang berbeda.
"Hay, nona manis," sapa pria kekar yang berada diposisi paling depan. "Bagaimana nona, siap uangnya, atau siap ikut kita," sambungnya lagi.
"Saya akan ikut kalian," jawab Anggia mantap lalu berjalan mendahului para renternir itu, dengan langkah pasrah menuju mobil. Anggia memilih duduk dikursi samping kemudi.
Anggia tidak ingin duduk dibelakang yang pastinya ia akan diapit dan berjimpitan dengan para pria menyeramkan itu.
Saat dalam perjalanan anggia lebih banyak melamun. Melamunkan takdir hidupnya yang tidak pernah mulus. Anggia pasrah akan diapakan untuk menebus hutangnya. Anggia hanya berdoa semoga saja ia diberikan pekerjaan seperti, pembantu misalnya. Tapi itu tidaklah mungkin, mengingat bos dari para renternir itu adalah seorang yang berkuasa di daerahnya dalam urusan hal yang di ilegalkan.
Yang Anggia tau mereka menjadi pusat perdagangan narkoba, bahkan Anggia juga tau bahwa mereka juga memperdagangkan manusia/wanita untuk dijadikan simpanan ataupun wanita peliharaan.
Anggia tau semua itu, karena ia sendiri juga berencana menjual dirinya jika tidak diberikan pinjaman. Tapi apa bedanya sekarang, mereka mampu membawa Anggia, dengan berbagai cara rencana yang mereka buat.
Memang sangatlah murahan dirinya saat ini, tapi apa yang bisa ia lakukan. Bukankah nyawa lebih mahal daripada kesucianya dan juga kehormatanya. Jangankan tubuhnya, Anggia bahkan rela jika detik ini juga harus menukar nyawanya demi adiknya yang begitu ia sayangi.
Anggia mungkin rela memakan makanan dari tong sampah daripada menjual diri, Tapi, Anggia lebih rela lagi menjual dirinya bahkan nyawanya demi adiknya Aurel.
Anggia dibuat tercengang saat ia tahu bahwa hotel itu mempunyai ruang bawah tanah tersembunyi yang begitu luas dan juga mewah.
Anggia hanya menurut saat para pria kekar itu mengawalnya sampai ke sebuah ruangan yang berisi kurang lebih 20 orang gadis-gadis cantik yang berpakaian sangat minim dan siap untuk diperdagangkan.
Saat ini, pandangan Anggia terkunci saat melihat seorang wanita yang sepertinya seumuran dengan Aurel. Dan saat itu juga Anggia langsung teringat dengan Aurel yang juga kalah malangnya.
"Ini!" seorang wanita paruh baya memberikan Anggia pakaian yang tentunya juga sangat minim.
"Cepat pakai, dan setelah itu ikut saya." sambungnya lagi. Anggia menerima pakaian minim itu dan melangkahkan kakinya ke sebuah kamar kecil yang berada di ruangan itu.
"Pakaian apa ini, apa bedanya dengan tidak memakai busana." ucap Anggia saat memandang pantulan tubuhnya di dalam cermin dikamar kecil itu.
"Aku harus terbiasa memakai pakaian seperti ini mulai sekarang," ucap Anggia menepis kasar buliran bening dikedua sudut matanya. "Anggia kau harus kuat, bukankah kau rela menukarkan nyawamu demi Aurel. Jadi jangan pernah menangis lagi, Aurel membutuhkanmu sekarang," ucap Anggia berbicara pada pantulan dirinya dicermin dan tersenyum paksa.
Sekarang Anggia berada di sebuah ruangan, dan ada seorang dokter cantik yang terlihat lesu dan tak bersemangat. Anggia tidak tau apa yang dialami dokter cantik itu, tapi Anggia lebih bingung lagi kenapa ia berada disini dan kenapa ada seorang dokter disini apakah ia akan diperiksa dulu sebelum di jual.
"Silahkan berbaring di sini!" titah dokter cantik itu. Dan Anggia mengikutinya. "Bukalah kedua kakimu Selebar mungkin." Sambungnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BOSS IS MY HUSBAND
RomanceANGGIA NARA adalah seorang gadis yang rela melakukan apa pun demi adiknya yang begitu dia sayangi. Suatu hari, demi menyelamatkan nyawa sang adik.Anggia pun terpaksa meminjam uang kepada renternir. karna tidak sanggup membayar cicilan dan bunganya y...