Kini, waktu sudah menunjukkan saatnya makan siang. Aurel yang kini sudah merasa sangat lapar, sudah tak bisa untuk menahannya lebih lama lagi. Dan akhirnya mereka pun berhenti di depan sebuah warung nasi pinggir jalan. Mereka berdua pun makan di warung nasi itu. Aurel makan dengan sangat lahap bahkan ia sudah menghabiskan tiga porsi nasi ukuran jumbo. Anggia menelan salivanya dengan bersusah payah, melihat selera makan Aurel yang tak seperti biasanya. Anggia bertanya-tanya, apakah setiap perempuan yang hamil nafsu makannya akan meningkat seperti Aurel.
Selasai makan, kakak beradik itu pun mulai melanjutkan perjalanan menuju apartemen dokter Diana. Karena lokasi mereka sekarang sudah dekat dengan apartemen. Jadi mereka berduan memilih melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.
Setelah 5 menit berjalan kaki. kini, mereka pun sampai di depan sebuah apartemen yang tinggi menjulang. Dan mereka pun memasuki apartemen dan menuju lantai 7 tempat dokter Diana tinggal.
"Kakak, biar Aurel yang pencet belnya," pinta Aurel bersemangat.
"Iya baiklah," jawab Anggia menggelengkan kepalanya.
Tak lama setelah Aurel memencet bel, pintu pun terbuka dan tampakalah seorang wanita paruhbaya menyambut Anggia dan Aurel dengan senyuman ramahnya.
Karena tidak punya anak perempuan, membuat dokter Diana mengangap Anggia dan Aurel sebagai anaknya sendiri. Dan ia pun menyuruh Anggia dan Aurel untuk memanggilnya dengan panggilan Ibu.
"Ibu Diana, Aurel kangen," ucap Aurel menghamburkan tubuhnya kepelukan wanita paruhbaya yang masih tampak cantik itu.
"Iya sayang, Ibu juga kangen Aurel, bagaimana keadaan kamu dan kandungan kamu, sayang?" Tanya dokter Diana.
"Aurel dan kandungan baik-baii aja, buk. Aurel makannya banyak sekarang," jawab Aurel polos.
"Dokter, apa kabar? " Tanya Anggia yang kini memeluk dokter Diana. berbeda dengan Aurel, Anggia masih terbiasa memanggil dokter Diana dengan panggilan Dokter.
"Baik kok sayang. Kamu baik juga kan?" Tanya dokter Diana pada Anggia.
Baik dong dok," jawab Anggia.
"Panggil Ibu saja, sayang. Ini bukan di rumah sakit," ujar dokter Diana.
"Baik, Bu." jawab Anggia pada akhirnya.
"Ayo kita masuk dulu. Kita ngobrol-ngobrolnya di dalam saja," ujar dokter Diana mempersilahkan Anggia dan juga Aurel untuk masuk ke apartemennya yang cukup luas.
"Kalian berdua, duduk dulu ya. Ibu bikin minuman dulu"
"Aurel jus kosong saja ya, bu." Pinta Aurel.
"Hah!" Saut Anggia dan dokter Diana bersamaan.mereka berdua bingung tentang apa yang dimaksud Aurel dengan jus kosong.
"Maksud aurel itu, es kosong bu. Biar lebih keren aja jadi namanya jus kosong, hehehe,"jawab Aurel nyengir kuda.
"Kamu ini ada-ada saja, ya sudah tunggu sebentar ya, ibu bikinin dulu," ucap dokter Diana melangkahkan kakinya menuju dapur.
Tak lama kemudian dokter Diana datang dengan membawa tiga gelas minuman dan juga beberapa cemilan.
"Makasih bu," ucap Anggia dan Aurel bersamaan.
"Kak, Aurel lapar!" Bisik Aurel tapi terdengar oleh dokter Diana.
"Tapi kamu baru saja sudah makan 10 menit yang lalu," sanggah Anggia merasa tidak enak. "Sudah Anggia, kamu kayak dirumah siapa saja.
Ibukan juga Ibu kalian. Jadi ini rumah, rumah kalian juga. Aurel nggak usah malu-malu, sana makan gih. Tadi Ibu masak ayam goreng banyak banget, juga ada sup, masih panas lagi," ucap dokter Diana pada Aurel.
"Ibu beneran, ada ayam goreng," jawab Aurel sambil membayangkan paha ayam goreng.
"Tapi bu, Aurel baru saja makan dan itu tiga porsi jumbo lagi," bantah Anggia keukeuh.
"Anggia sudah, biarkan saja Aurel makan lagi. Namanya juga ibu hamil, jadi wajar kalau lapar terus. Malah bagus kalau Aurel makannya banyak. Banyak ibu-ibu hamil diluaran sana yanh nggak bisa makan bahkan melihat makanan saja sudah mual. Aurel beruntung tidak mengalami hal itu," tutur dokter Diana.
"Iya kak, boleh ya Aurel makan lagi. Ibu saja tidakk melarang." ucap Aurel penuh harap.
Melihat mata polos Aurel yang berbinar, Anggia menghembuskan napasnya.
"Yasudah, tapi kamu makan sendiri ya. Kakak mau bicara dulu dengan Ibu Diana," pinta Anggia mengizinkan dengan mengelus pelan rambut gelombang Aurel.
"Makasih kak, Muach"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BOSS IS MY HUSBAND
RomanceANGGIA NARA adalah seorang gadis yang rela melakukan apa pun demi adiknya yang begitu dia sayangi. Suatu hari, demi menyelamatkan nyawa sang adik.Anggia pun terpaksa meminjam uang kepada renternir. karna tidak sanggup membayar cicilan dan bunganya y...