Bahkan 3 hari setelah operasi, Anggia langsung kembali bekerja, karena ia harus membayar angsuran kepada renternir.
Setiap harinya renternir selalu datang untuk menagih angsuran. 500.000 perhari bagi orang-orang yang berlebih tidaklah besar. Berbeda dengan Anggia, untuk mendapatkan uang sebanyak itu ia harus bekerja tanpa jeda.
Waktu istirahatnya hanya saat menemui Aurel di rumah sakit. Itupun hanya sebentar, setelah memastikan Aurel makan dan akan pergi setelahnya.
Dari pagi, siang, bahkan malam. Anggia tetap bekerja. Jika ditanya kapan ia akan tidur, Anggia hanya akan tidur 3 jam dalam satu harinya.
Aktivitasnya yang padat sangat berpengaruh pada kesehatanya. Dimana biasanya seseorang yang hanya hidup dengan satu ginjal tidak boleh bekerja terlalu keras, tapi Anggia melanggar hal itu.
Dokter Diana juga berpesan, agar Anggia makan makanan yang bergizi untuk mempercepat masa pemulihanya. Tapi apa yang bisa dilakukan. Dapat membeli beras saja Anggia sudah sangat bersyukur.
Selama satu minggu ini, menu makanan Anggia hanya nasi yang dicampur dengan garam, walaupun begitu, tetap saja ia tidak bisa membayar angsuran secara penuh setiap harinya.
Anggia hanya sangup membayar 100 ribu sampai 250 ribu perharinya. Dan tentu saja membuat bunganya semakin bertambah. Semakin dibayar bukanya semakin berkurang, tapi malah semakin bertambah. Dan Anggia tidak tau berapa, ia terlalu takut untuk mengetahui seberapa besar hutangnya sekarang.
Hari ini adalah hari minggu, setelah memastikan Aurel istirahat. Anggia pun langsung berangkat ke cafe tempatnya bekerja,mengisi kekosongan jadwal dihari libur.
Sebenarnya cafe itu buka pukul 08 pagi, karena jaraknya cukup jauh. Anggia pun berangkat lebih awal. Dengan berjalan kaki, butuh waktu 30 menit untuk sampai di lokasi.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 15 menit. Anggia pun berhenti sejenak disebuah taman kecil pinggir jalan. Anggia mendudukkan bokongnya disalah satu kursi
Anggia berhenti karena merasakan nyeri dibagian lukanya yang belum kering sepenuhnya.
Anggia segera mengambil botol yang berisi air putih didalam tas lusuhnya. Dan segera meneguk air putih itu sampai habis. Mengatur napasnya demi menetralisir rasa sakit dan nyeri yang ia rasakan saat ini.
Setelah dirasa nyeri itu berkurang, AnggiA kembali melanjutkan perjalanannya. 35 menit kemudian, Anggia pun sampai di Cafe, sekarang Anggia berdiri didepan cafe itu, yang ternyata masih digembok karena memang belum waktunya untuk buka.
Sambil menunggu, Anggia memilih mengistirahatkan tubuhnya di kursi yang tersedia di depan cafe mewah itu. Dan tanpa sadar, Anggia yang kelelahan langsung tertidur dengan nyenyaknya.
Tak lama Anggia memejamkan matanya, Anggia terbangun dengan guyuran air yang membasahi seluruh tubuhnya. Matanya membulat sempurna, saat menatap seorang lelaki paruh baya, yang tengah berdiri dengan sebuah ember di salah satu tanganya.
Lelaki paruhbaya itu, tak lain adalah seorang Manager di cafe tempat Anggia bekerja sekarang.
"Apa yang kau lakukan? kenapa malah enak-enakan tidur disini! Apa kau sudah bosan bekerja disini? sekarang cepat ganti bajumu dan pakai seragam. Dan satu lagi hilangkan dulu wajah jelek dan pucatmu itu, jangan sampai pelangganku jadi takut melihatmu," bentak Manager itu membuat Anggia hanya terdiam membisu.
"Ba-baik pak, "jawab Anggia terbata karena takut.
Setelah memakai seragam dan memoleskan sedikit liptint dibibir pucatnya. Anggia pun kembali bekerja, mengantarkan pesanan kesetiap meja tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BOSS IS MY HUSBAND
RomanceANGGIA NARA adalah seorang gadis yang rela melakukan apa pun demi adiknya yang begitu dia sayangi. Suatu hari, demi menyelamatkan nyawa sang adik.Anggia pun terpaksa meminjam uang kepada renternir. karna tidak sanggup membayar cicilan dan bunganya y...