Kasih sayang seorang ibu

34 3 0
                                    

"Aurel tau kak, Aurel tau kakak pergi karena Aurel. Maafin Aurel yang selalu bikin kakak susah," batin Aurel serta menangis.

Dengan cepat Aurel menghapus air matanya, lalu kembali bergabung dengan kakaknya dan juga dokter Diana.

"Jadi gimana nih, Aurel hari inikan pindahnya?" Tanya dokter Diana semangat.

"Iya dong bu, kan besok kak Anggia akan pergi ninggalin Aurel," jawab Aurel tiba-tiba datang, dengan salah satu tanganya membawa paha ayam goreng.

"Iya benar bu, kalau gitu. Anggia dan Aurel pamit pulang dulu. Mau beresin barang-barang kita," pamit Anggia lalu berdiri akan pergi.

"Yasudah, kalau gitu Ibu anterin," tawar dokter Diana.

"Eh, nggak usah bu. Kita jadi makin ngerepotin Ibu," sanggah Anggia.

"Apanya yang ngerepotin! Sama Ibu sendiri kok ngerepotin. Anggap saja bantuan kecil dari Ibu ini, sebagai ganti karena Ibu tidak bisa bantuin kalian berdua saat dalam masalah yang besar. Ibu merasa bersalah waktu itu karena tidak bisa berbuat banyak, maafin Ibu ya.

Yasudah ayo kita berangkat, Ibu tidak suka penolakkan," ucap dokter Diana.

Setelah menempuh perjalanan selama 35 menit. Mereka bertiga pun sampai di kontrakkan. Kini mereka tengah berada di dalam kamar Anggia dan Aurel.

"Kak, Aurel saja yang pake tas itu. Kakak pakai koper saja. Kakakkan mau berangkat ke negara orang, masak iya pake tas itu," ucap Aurel memberi saran pada kakaknya.

Aurel tidak ingin kakaknya dipermalukan hanya karena memakai tas yang sudah tidak layak, dengan warna yang telah pudar.

"Aurel, Kakak nggak malu kok. Lagi pula, tas ini kecil mana muat kalau dipakai untuk semua baju-baju kamu. Udah nggak usah banyak bicara, sebentar lagi malam loh. Ayo sini, kakak bantuin beresin barang-barang kamu," ucap Anggia lalu membantu Aurel memasukkan baju-bajunya kedalam koper.

Aurel mengerutkan bibirnya karena keinginannya tidak terpenuhi. Dokter Diana hanya tersenyum tipis dan menggeleng-menggelengkan kepalanya melihat drama kakak beradik itu.

Setelah selesai beres-beres. Anggia membayar sewa kontrakkan sekaligus memberikan kunci kontrakkan karena untuk kedepannya Anggia dan Aurel tidak akan tinggal dikontrakkan itu lagi. Kemudian mereka bertiga kembali ke apartemen. Begitu sampai di apartemen, Anggia membantu Aurel merapikan baju-bajunya. Setelah selesai membantu Aurel, Anggia meminta Aurel untuk mandi terlebih dahulu.

Katika Aurel dan dokter Diana sedang mandi, Anggia keluar secara diam-diam dari apartemen menuju lobby. Begitu sampai Anggia langsung melakukan transaksi membayar sewa apartemen selama 1 bulan kedepan.

Setelah itu Anggia kembali lagi ke lantai 7. Begitu sampai Anggia langsung menuju dapur dan mulai memasak.

20 menit kemudian, Aurel dan juga dokter Diana datang, dan saat itu Anggia tengah menyusun masakkanya di atas meja. Sebuah hidangan sup ayam kesukaan dokter Diana, dan berbagai macam sayuran yang ditumis oleh Anggia.

"Anggia, kamu masak?" Tanya dokter Diana "Hemmm... Wanginya enak banget,sayang."sambung dokter Diana.

"Kak Anggia, emang paling jago kalau urusan masak." Puji Aurel. "Ditangan kak Anggia. Walau hanya ada nasi dan garam saja, bisa disulap menjadi nasi goreng yang sangat lezat, bu." Puji Aurel lagi. "Nggak kayak Aurel, masak apapun selalu nggak bener. Kemarin Aurel masak nasi jadi bubur," keluh Aurel.

"Kamu tenang saja, Aurel. Nanti ibu ajarin kamu masak sampai bisa," tawar dokter Diana.

"Beneran ya bu, terima kasih bu. Aurel sayang ibu," ucap Aurel memeluk dokter Diana.

"Iya sayang, itu hal yang ibu kepingin dari dulu, kalau punya anak perempuan ibu ingin mengajarkannya masak. Tapi sayang anak ibu keempat-empatnya laki-laki," ujar dokter Diana sedih.

"Ibu jangan sedih, sekarang Aurel sama kak Anggia adalah putri Ibu juga," jawab Aurel.

"Terima kasih, sayang. Yasudah, sekarang kita makan yuk," ajak dokter Diana mulai mengambil nasi dan memasukkanya ke piring Aurel dan juga Anggia.

"Terima kasih bu"ucap Anggia dan Aurel bersamaan.

MY BOSS IS MY HUSBAND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang